Ken bahagia luar dalam melihat nona Pinky datang dengan penampilan waow seperti yang dia bayangkan!
"Waow!" Ken menyuarakan isi hatinya keluar. Ia berjalan mendekat ke Rika. "Ternyata sweater manis ini jauh lebih indah jika kau yang memakainya dibanding gadis lain," pujinya disertai mata berbinar terang. "Butler, kau boleh pergi, tinggalkan kami berdua."
"Haik, Ken-sama. Hamba permisi," ucap Butler seraya ojigi (membungkuk hormat) dan keluar dari kamar tuannya. Mungkin dia misuh-misuh dalam hati karena selalu saja tuannya mendapatkan wanita-wanita cantik untuk menghangatkan ranjang. Ceritanya ini si Butler cuma bisa pulang sebulan dua sekali ke istrinya untuk minta 'jatah'.
"Sweetie, mulai sekarang, seragam yang begini yang kau pakai selama 24 jam 7 hari. Jangan kuatir, aku sudah memesan 5 lusin dengan berbagai warna. Dan aku juga sudah mengirim uang yang kujanjikan ke rumahmu langsung. Aku menyuruh anak buahku, sih. Dan... Ibumu tampak senang sekali menerima uang itu. Kau lega?"
Usai berpidato, tangan kanan Ken menjulur demi mengelus pinggang belakang Rika yang terbuka.
"Tugas pertamamu di sini.... pijat tubuhku. Ingat, semua yang kuucapkan dan kulakukan itu ab-so-lut, sweetie...." imbuh Ken seraya menepuk sekali pant*t Rika.
Yah, maklumkan saja kelakuan brengs*k majikan barumu ini, Rika-chan. Beruntunglah kau tidak langsung diterjang. Atau.... kau justru berharap segera dilumat, Rika-chan?
Ken menjauh dari Rika dan mulai membuka semua bajunya. Semua. Tak ada yang tersisa.
"Kau pastinya sudah biasa melihat pria telanj*ng bulat, kan Rika-chan? Jadi tak ada masalah dengan ini, kan?" Lalu Ken naik ke ranjang besarnya. "Ayo, Kemarilah dan mulai memijat. Minyak pijat ada di meja kaca dekat kau berdiri, sayank."
'B-brengs*k.' Rika mengumpat seraya elus pant*tnya yang baru saja ditepuk oleh Ken. Baru saja ia menjadi maid tak sampai sejam, pant*tnya sudah menjadi korban pel*cehan.
''Setidaknya tidak perlu telanj*ng juga, kan?!'' Rika berteriak sebal dengan wajah memerah. Ia tutupi matanya dengan tangan seolah-olah kesucian mata itu sudah terenggut dari hidupnya.
Sh*t! Benda yang menggantung di selangk*ngan Ken malah jadi objek pertama penglihatannya.
'Kami-sama (Ya Tuhan/Ya Dewa), ampuni aku,' ucap Rika dalam hati.
Seumur hidup, Rika bahkan tidak pernah sama sekali melihat seorang pria telanj*ng secara langsung. Lupakan soal kakak lelakinya. Itu bahkan ketika mereka masih sangat kecil dan sangat polos. Bahkan umur Rika waktu itu belum genap 4 tahun.
Sang nona Pinky langsung berjalan terburu-buru ke arah meja dan mengambil minyak urut di laci meja. Ia menoleh ke arah Ken yang sudah nampak berbaring tengkurap.
Menghela nafas, gadis Tadashi melangkah ke arah ranjang majikannya. ''Ken-sama tahu, saya sama sekali... ufhh... tidak pandai memjiat seseorang,'' ucapnya yang mana seenaknya naik ke atas tubuh Ken, kemudian duduk dengan nyaman di punggung bawahnya.
Dengan pede, Rika buka tutup minyak, kemudian tuangkan isinya ke punggung sang majikan tanpa takaran sama sekali. Hey! Sudah dibilang bukan kalau dirinya itu tidak pandai melakukan hal semacam ini, bukan?
Setelah merasa cukup, Rika tutup kembali botol minyak dan taruh di samping. Dengan penuh percaya diri kembali, ia gosokan dua telapak tangan kemudian mulai melakukan pijatan lembut pada permukaan punggung mulus Ken.
'Siyal. Cara memijat yang benar seperti apa, sih?' Namanya tidak bisa, ya tidak bisa. Makanya jangan heran jika Rika hanya mengelus, menekan, dan paling gila malah memukul-mukul menggunakan kepalan tangannya. Sesekali ia harus membenarkan cara duduk karena itu sama sekali tidaklah nyaman.
"Anda tidak meminta saya memijat bagian lainnya, bukan?" tanyanya super curiga . "Misal... pen*s Anda?"
N-No!! Nooo!!
Ken memejamkan mata menikmati sentuhan Rika. "Humm... usulmu boleh juga. Lakukan saja kalau sesudah bagian belakang kau pijat semua.
Padahal Rika bukan mengusulkan, tapi Ken memelintirnya seolah Rika yang memberi usulan. Dasar majikan brengs*k.
"Rika, sudah berapa lelaki telanj*ng yang kau lihat? Jujur saja tak apa, sweetie... aku takkan marah atau menghukummu..." tanya Ken masih dengan posisi nyaman dan terpejam.
Yah meski Rika mengaku kalau masih virgin, tapi siapa tau mulutnya sudah biasa menikmati batang lelaki? Bukan menuduh, hanya mengira saja.
Membayangkan itu, Ken pun mengkhayalkan Rika mengulum batangnya. Itu pasti nikmat. Sh*t! Ada yang terasa berkedut di bawah sana.
Mendengar kalimat Ken, jujur saja Rika langsung menyumpah serapah dalam hati. Sayangnya ia masih sayang pekerjaan ini yang bahkan belum sehari bekerja.
Itu sama sekali bukan usulan! Itu hanya sebuah kalimat sarkas dimana Rika seolah-olah ingin berkata : pria brengs*k sepertimu pasti bakal minta yang lain.
Hahh... sayang sekali mulut manis itu tak dapat mengucap racun macam begitu. Bisa-bisa ia bakal dituntut... berapa tadi? Bahkan saking banyak jumlah Yen-nya, Rika sampai lupa.
''Ada, satu orang,'' sahut Rika berusaha sekalem mungkin, namun pijatannya sama sekali tidak. Bagaimana bisa Ken mengira jika ia sudah biasa melihat lelaki telanj*ng?! ''Kakak saya,'' imbuhnya kurang lebih begitu. Jangan sampai Ken berpikir jika sang gadis pernah main-main dengan kakak kandungnya sendiri. Jangan pernah!
Ken langsung membelalak menampakkan manik matanya begitu Rika menyahut. Kakak? Kakaknya? Forsaken Lord! Demi segala dewa dan 1bl1s di dunia, ternyata Rika dan kakaknya—
SRETT!
BRUKK!
Ken sudah membalik posisi di mana kini malah Rika ada di bawah kungkungannya. Setidaknya Ken bisa menerima jika Rika melakukan hal nist* dengan pria lain, tapi ini... kakaknya?!
"Rupanya kau ini wanita yang sangat nakal, ne? Kau justru bernapsu pada kakakmu? Ckckck... Rika-chan ohh Rika-chan..."
Ken makin menggelegak berah*nya. Apalagi alasannya jika bukan karena tubuh aduhai Rika tersaji di bawahnya, dengan dibumbui oleh cemburu yang diam-diam menyelip ikut meramaikan gemuruh perasaan Ken.
"Atas kenakalan yang seperti itu, maka aku akan memberikan hukuman untuk Rika-chan. Kau siap, sweetie?" Seringaian penuh aura misterius mampir di bibir Ken dibarengi dengan terulurnya tangan Ken yang mengunci kedua pergelangan tangan Rika di atas kepala pink-nya. Jangan kuatir, Nona. Kuncian itu cukup kuat untuk menahan berontakanmu, kok.
Tangan lainnya merayap ke paha Rika dan dua kaki itu ia bentang dan ditahan menggunakan kaki Ken sendiri hingga Rika akan susah memberi perlawanan.
Setelah yakin Rika tak berkutik, tangan nakal itu mengelus kewanitaan Rika yang masih terbungkus celana bikini. Ken sengaja menyetok banyak celana jenis begitu di lemari Rika, karena baju yang Rika kenakan dari rumah sudah diamankan Butler dan dibakar sesuai amanat Ken.
"Apakah kakakmu juga mengelus begini di sini, humm? Rika-chan?" Ken mengusap-usap daerah terlarang itu dengan gerakan pelan dan menggoda. Bahkan ia menekan-nekan mutiara peka Rika yang masih tertutup kain.
"Errggghh..." Rika menggigit gerahamnya menahan diri sambil mata mulai terpejam rapat, menolak menatap majikannya.
"Apakah oniichan (kakak lelaki) suka menyentuh seperti ini?"
===BERSAMBUNG===