bc

Moon and Back

book_age18+
1.1K
IKUTI
5.6K
BACA
billionaire
possessive
age gap
drama
sweet
bxg
heavy
campus
secrets
love at the first sight
like
intro-logo
Uraian

Yasmin Dhananjaya

Laki-laki itu adalah semua yang Yasmin tidak suka. Anak keluarga kaya yang manja, seenaknya, dan menganggap dunia berputar padanya. Antara kepercayaan diri yang berlebihan dan kekanak-kanakan - begitulah yang Yasmin lihat dari seorang Kaelan. Tak ada yang benar antara dia dan Kaelan - baik perbedaan umur, perbedaan status, dan kepribadian. Yasmin hanya berharap Kaelan sadar bahwa ia bukan gadis yang bisa ia ajak bermain, karena banyak hal yang harus Yasmin lakukan agar dunianya berputar dan bermain dengan laki-laki muda seperti Kaelan bukanlah salah satunya.

Kaelan Adipati Jourdin

Perempuan itu begitu cantik – dari tubuhnya, meskipun selalu tertutup kemeja kebesaran hingga wajahnya, yang selalu tertutup kacamata - semua tak bisa menutupi kecantikan Yasmin Dhananjaya. Kaelan bertekad untuk membuat perempuan itu menjadi miliknya, meskipun artinya ia harus menjadi orang ketiga karena Yasmin sudah memiliki kekasih. Kaelan selalu serius, tapi perempuan itu selalu menganggapnya bermain-main. Yasmin lebih tua tujuh tahun darinya dan Kaelan sama-sekali tak menganggap itu sebagai masalah. Tapi Yasmin selalu menjadikan masalah sepele itu sebagai senjata melawannya. Seperti keputusan final yang diucapkan hakim di persidangan - bahwa mereka tak bisa bersama.

Namun rupanya, umur hanyalah satu di antara masalah mereka - karena kenyataan yang lebih menakutkan selalu tersembunyi di akhir.

The Tones Series - Daffodil

(Yasmin dan Kaelan)

01/10/2021

#seis

Cover by Canva and Pexels

chap-preview
Pratinjau gratis
PROLOG
"Terima kasih sudah mengantar aku pulang." Yasmin membuka sabuk pengamannya dan tiba-tiba Kavin menarik tubuhnya dan mendekatkan bibir mereka. Lidah Kavin mendesak untuk masuk, tapi Yasmin masih menutup bibirnya. Setelah beberapa detik mencoba membuka bibir Yasmin, tapi tidak berhasil, Kavin menyerah dan menatap Yasmin dengan kecewa. "Kamu jahat sekali, Yasmin," kata laki-laki itu. Yasmin tersenyum tidak enak dan membalas Kavin dengan kecupan singkat di kening laki-laki itu. "Aku tidak biasa dengan ciuman seperti itu, Kavin. Aku akan mencobanya nanti - saat kita sudah menikah," ucap perempuan itu menenangkan Kavin yang masih kesal. Laki-laki dewasa berkemeja putih itu mengangguk dengan semangat dan keluar untuk membukakan pintu mobil kekasihnya. Yasmin mencium tangan Kavin dan mengucapkan selamat tinggal. Kavin pun pergi dan Yasmin membuka gerbang rumahnya ketika mobil Kavin tidak terlihat lagi. Di depan pintu banyak sekali sepatu laki-laki. Total ada delapan pasang - salah-satunya Yasmin ingat kepunyaan adiknya karena ia yang membelikannya. Yasmin mendesah pelan, teman-teman Yasa pasti datang ke rumahnya lagi. Yasa, adiknya yang masih kuliah di jurusan Teknik Sipil di Universitas Harapan itu memang sering membawa teman-temannya ke rumah. Kampus mereka hanya berjarak 500 meter dari rumah mereka, sehingga menjadi tempat paling strategis untuk berkumpul dan mengerjakan tugas kuliah teknik yang katanya berat itu. Apalagi Yasmin selalu membelikan banyak Yasa snack untuk menemaninya belajar - karena itulah berapapun banyak jajanan yang Yasmin belikan selalu habis hanya dalam beberapa hari. Yasmin masuk melalui pintu belakang karena tidak ingin bertemu teman-teman Yasa. Yasmin sebenarnya tidak peduli, tapi Yasa selalu melarang Yasmin menampakkan diri pada teman-temannya. "Aku tidak suka kalau ada temanku yang suka sama, Mbak! Mbak tidak tahu pergaulan anak zaman sekarang, kan? Ini berbeda dengan masa Mbak dulu. Aku tidak mau ada drama-drama yang merusak pertemananku dengan mereka. Apalagi ada temanku yang mengganggu Mbak nantinya. Lebih baik Mbak tidak dekat-dekat sama mereka," kata Yasa di suatu sore. "Kalau mereka anak-anak nakal, kenapa kamu berteman dengan mereka, Yasa? Kamu bisa mencari teman-teman yang baik. Yang bisa kamu kenalkan pada Mbak tanpa ketakutan seperti ini." Yasa mengambil ponselnya dan berdiri dari sofa, "Pokoknya Mbak tidak boleh ketemu sama mereka. Kalau mereka datang ke rumah, Mbak di kamar aja. Jangan keluar! Lagian Mbak tidak keberatan juga kan seharian di kamar? Mbak selalu mengurung diri di kamar selama ini!" Percakapan itu berakhir dengan Yasa yang pergi dengan wajah cemberutnya. Yasmin sadar Yasa belum sepenuhnya dewasa. Meskipun usianya sudah 22 tahun, tapi Yasa masih seperti anak berusia 18 tahun. Mungkin karena Yasmin tidak bisa mendidiknya dengan baik selama ini. Mungkin karena Yasa tidak pernah merasakan kasih sayang orang tua selama ini. Ketika memikirkan itu, entah kenapa Yasmin menjadi sedih. Selalu saja - ketika memikirkan kedua orang tuanya yang sudah meninggal, Yasmin selalu sedih. Dengan berhati-hati, Yasmin menuju tangga rumahnya dan berusaha tidak terlihat oleh teman-teman Yasa. Langkah Yasmin terhenti ketika mendengar suara mengejutkan dari laptop di depan meja tamu yang kini dilihat tujuh laki-laki itu dengan mata melebar. Ekspresi mereka membuat Yasmin jijik dan perempuan itu ingin sekali menarik telinga Yasa dan mengusir teman-temannya dari rumahnya. Bagaimana mereka bisa berpikir untuk menonton video porno bersama-sama di rumahnya? Suara dari laptop itu semakin keras dan ekspresi mereka serentak semakin tegang dan fokus. Yasmin tidak bisa menahan rasa marahnya dan berteriak, "Abiyasa!!!" Serentak semua pasang mata yang duduk di sofa itu menatap Yasmin. Beberapa tampak kesal karena Yasmin mengganggu acara menonton mereka. Yasa dengan cepat menutup laptop di depannya dengan kasar lalu berdiri. Adiknya itu tampak sangat terkejut, apalagi saat Yasmin memanggilnya Abiyasa. Tahu bahwa kakaknya itu memanggilnya Abiyasa ketika marah besar. "Siapa itu, Yas?" "Kamu udah punya pacar, Yas? Berani sekali bawa-bawa ke rumah." "Sialan Yas, pacar kami cantik banget! Kamu tahu tidak kalau di sekitar perempuan cantik itu, pasti ada perempuan yang lebih cantik lagi. Karena itu, kenalin aku ke pacar kamu, dong. Siapa tahu dia mau ngenalin aku ke temannya," kata Dheo, teman Yasa yang paling menyebalkan. Yasa menatap teman-temannya satu-persatu, "Itu kakakku, Sial-an!" Mereka ber- "oh" ria sambil melihat Yasmin dari ujung kepala sampai ujung kaki. Sedangkan Yasmin mendekati anak-anak itu dengan wajah menahan kesal. Terutama kepada Yasa yang masih berdiri di depan laptop terbukanya, seolah tak tahu apa kesalahannya. "Kalian, anak-anak kecil! Bukannya belajar malah nonton video porno! Apa enaknya nonton video itu bareng-bareng? Kalian lebih baik pulang dan puas-puasin nonton video itu di rumah kalian sendiri! Jangan berbuat tidak baik di rumah saya!" Bukannya menanggapi ucapan Yasmin, ke tujuh laki-laki asing itu malah saling mengobrol sendiri dengan Yasa. "Yas! Kamu tidak pernah bilang punya kakak secantik ini? Kamu sengaja nyembunyiin dia dari kita-kita? Kamu kan bilang tinggal di rumah ini sendirian, Berengsek!" ucap salah satu teman Yasa yang menggunakan kameja pantai bercorak abstrak dengan nada bercanda. "Sekarang aku tahu kenapa kamu selalu menolak ketika kita ajak main. Aku tahu kenapa kamu selalu nolak perempuan yang aku kenalin ke kamu. Tipe kamu memang harus tinggi, secara kakak kamu aja cantiknya kelewatan gini." Salah satu dari mereka mendekati Yasa dan berbisik pada laki-laki itu, "Kakak kamu sudah punya pacar?" Kemarahan sudah memuncak di kepala Yasmin. Menyadari tak ada yang peduli dengannya yang sedang marah. Sepertinya Yasa benar, anak-anak zaman sekarang sangat berbeda dengan zaman Yasmin dulu. Mereka lebih berani, padahal Yasmin delapan tahun lebih tua dari mereka. Perempuan itu melotot menatap Yasa dan berteriak, "Kalian tidak mendengar apa yang saya katakan? Saya ingin kalian semua pergi dari rumah saya sekarang juga!" Yasmin mengeluarkan suara terkerasnya dan ekpresi marah yang paling menakutkan. Sedikir bangga pada dirinya sendiri ketika melihat teman-teman Yasa seketika diam dan menatap takut pada Yasmin. Mereka mulai merapikan tas mereka. Merasa bahwa Yasmin sedang tidak main-main. Wajahnya penuh dengan amarah dan tidak ada yang ingin bermasalah dengan kakak sahabat mereka yang cantik, tapi menakutkan itu. "Abiyasa! Kalau kamu mengajak temen-temenmu ini ke rumah untuk menonton video porno lagi, Mbak akan mengurung kamu di kamar selama seminggu!" Yasa menatap kakaknya dengan kesal, "Mbak! Siapa juga orang yang melarang cowok dewasa seperti kami nonton video porno? Mbak jangan berlebihan, aku bukan anak SMA lagi. Aku sudah kuliah Mbak, aku mahasiswa tingkat akhir. Kita lagi pusing mikirin tugas akhir dan ingin bersenang-senang sebentar. Mbak tidak pernah bersenang-senang waktu kuliah dulu?" "Karena itulah Mbak marah, Yasa! Kamu sudah dewasa, tapi bersikap kekanak-kanakan seperti ini. Kamu boleh menonton video itu, tapi bukan bareng-bareng seperti ini, apalagi suaranya keras banget. Bagaimana kalau tetangga kita dengar? Tetangga akan berpikir yang tidak-tidak kalau mendengar suara itu dari rumah kita, Abiyasa!" "Alahh! Mbak aja yang terlalu kuno! Tidak tahu cara bersenang-senang!" Yasmin berjalan dengan kesal mendekati Yasa untuk menampar adiknya itu ketika ia terpeleset karena lantai yang basah bekas tumpahan minuman. Yasmin mendengar Yasa berteriak memanggil namanya. Yasmin pikir dia akan jatuh di lantai - perempuan itu sudah bersiap dengan menutup matanya, tapi Yasmin merasakan sebuah tangan memeluk tubuhnya sebelum ia terlempar ke lantai. "Kamu tidak apa-apa?" Suara berat nan lembut seperti menyeka telinganya. Yasmin membuka matanya dan melihat laki-laki asing - dengan rambut coklat yang terlihat sangat halus dan lembut - memeluk tubuhnya dengan erat. Rambut laki-laki itu menutupi setengah keningnya - mengeluarkan aroma kayu yang memabukkan – Yasmin rasanya ingin menenggelamkan tangannya di rambut laki-laki itu dan memejamkan matanya untuk menikmati betapa lembutnya helaian hitam itu. Menyadari keterpesonaanya pada laki-laki asing itu, Yasmin segera menarik tubuhnya, tapi laki-laki itu tidak melepaskannya. Senyum kecil merebak dari ujung bibirnya yang menggoda. "Ternyata, kamu benar-benar nyata," kata laki-laki itu dengan nada misterius. Yasmin ingin bertanya apa yang laki-laki itu maksud, tapi Yasa sudah menarik tubuh Yasmin menjauh dari laki-laki itu. Yasa berdiri di depan kakaknya, menatap laki-laki yang menyelamatkan Yasmin dengan tajam. "Berhenti menatap kakakku seolah kamu ingin menemukan mainan baru, Kaelan!"

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

My husband (Ex) bad boy (BAHASA INDONESIA)

read
282.5K
bc

Tentang Cinta Kita

read
204.9K
bc

Papa, Tolong Bawa Mama Pulang ke Rumah!

read
3.2K
bc

B̶u̶k̶a̶n̶ Pacar Pura-Pura

read
148.8K
bc

Sentuhan Semalam Sang Mafia

read
146.3K
bc

TERNODA

read
191.0K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
221.1K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook