Bab 9: Rayuan Brian

1044 Kata
Raisa memutar matanya malas saat melihat Brian tebar pesona pada para karyawan perempuan di kantor dengan senyum tampan andalannya. Sambil meletakan kopi di meja mereka Brian juga menyapa satu persatu mereka hingga bisa Raisa lihat mereka merona. "Cih, sudah punya tunangan masih berani menggoda sana sini," cibirnya, bahkan hampir saja Raisa di buat tersipu dengan setiap kata manis dari mulut pria itu, untung imannya masih kuat. Tak ingin terlalu menghiraukan Raisa kembali berkutat dengan pekerjaannya, apalagi dia sedang sibuk- sibuknya karena jabatan pak Willi yang akan segera usai, menuntutnya membantu pria paruh baya itu agar menyelesaikan pekerjaannya sebelum masa jabatannya benar- benar selesai, bahkan sudah di pastikan satu minggu ke depan dia akan lembur, belum lagi dia yang harus memastikan acara penyambutan direktur baru berjalan sesuai keinginan Pak Willy. "Mbak Raisa mau pesan apa?" tanya Brian saat menghampirinya. Lagi Raisa memutar matanya "Gak usah,makasih." tanpa sadar Raisa bahkan cemberut, membuat Brian mengulum senyumnya. "Ya udah, saya permisi Mbak," ucap Brian masih dengan senyumannya. Raisa semakin kesal melihat tampang Brian yang tak merasa bersalah padanya, padahal pria itu selalu merayunya dan menggoda dengan kata- katanya, sedangkan Brian memiliki calon istri. Raisa benar- benar lembur, dua hari ini dia harus pulang sekitar pukul 8 malam, dan karena lelah saat pulang Raisa langsung tertidur, untung saja besok hari minggu, jadi dia memiliki waktu untuk beristirahat dan rencananya dia akan pergi ke spa untuk relaksasi tubuhnya yang selama satu bulan ini bekerja terus menerus. Saat keluar dari lift Raisa mendengus masam melihat Brian sedang di kerumuni karyawan wanita, beberapa dari mereka bahkan terkikik dan merayu Brian. Ya, mereka memang tidak berniat serius dengan Brian, tapi tak ada salahnya kan, memiliki kekasih meski seorang OB, karena Brian yang sangat tampan. Raisa lagi- lagi mendengus lalu memalingkan wajah saat Brian menatap ke arahnya. Seperti biasa di pagi hari saat bangun Raisa bergegas untuk merapikan rumah kontrakannya, kebiasaannya saat bekerja Raisa melakukannya di subuh hari, kali ini pun Raisa melakukannya saat hari masih gelap. Setelah menjemur pakaian, Raisa bergegas untuk membuat sarapan. Karena hari ini dia berencana untuk keluar setelah sarapan Raisa bergegas untuk bersiap. Mematut dirinya di cermin dan melihat bahwa penampilannya sudah sempurna, Raisa keluar dari rumah dan mengunci pintu, namun ada pemandangan aneh saat dia keluar dari rumah. Sebuah motor bebek terparkir di sebelah rumahnya, Raisa mengerutkan keningnya merasa mengenal motor tersebut. "Gak mungkin kan?" Raisa berjalan acuh melewati rumah sebelah dan melanjutkan niatnya untuk pergi ke salon untuk menyegarkan diri. Raisa benar- benar menggunakan waktu dan uangnya untuk bersenang- senang, bukan hanya memanjakan diri di spa, Raisa juga membeli beberapa pakaian kerja. Menggunakan uang sendiri membuat Raisa tak segan untuk berbelanja, dia menghabiskan uangnya dan hanya menyisakan bekalnya hingga tiba saatnya gajian lagi. Setelah uang habis, tubuh segar dan beberapa kantung belanjaan di tangan Raisa pulang dengan taksi online. Saat akan memasuki rumah Raisa sempat menoleh ke rumah sebelah yang kini terlihat kembali kosong, sepeda motor yang tadi pagi ada di halaman pun sudah tak terlihat. Rumah sebelah memang baru di tinggal pengontraknya, dan satu minggu ini kosong tanpa penghuni, rumah kontrakan Raisa adalah rumah kontrakan dengan pintu berderet hingga dia bisa melihat sisi kanan dan sisi kirinya tetangga yang juga pekerja sepertinya, hanya bedanya mereka tinggal bersama keluarga mereka, mereka juga datang ke Jakarta untuk mengadu nasib, datang dari luar kota, bahkan luar pulau, hingga mereka memilih mengontrak rumah seperti dirinya. Raisa merebahkan dirinya di ranjang, lumayan juga menghabiskan uang juga perlu tenaga, untung saja untuk makan malam dia beli tadi, jadi tak perlu lagi memasak untuk makannya. Di pagi hari Raisa terbangun dan siap untuk bekerja, seperti biasa merapikan rumah sejak subuh dan pergi di pukul 6: 30. Raisa baru saja keluar saat seseorang menyapanya di rumah sebelah "Pagi, Mbak? Sudah siap kerja?" Raisa mengerutkan keningnya. "Mas, Brian?" tanyanya tak percaya. Brian tersenyum, pria itu tengah mengeluarkan motornya dari dalam rumah. "Ngapain disini?" Raisa melongokan wajahnya, benar kemarin dia juga melihat motor Brian ini di teras rumah, dia kira dia salah lihat sebab motor seperti ini tak hanya satu di Jakarta, bukan? Tapi, ini benar- benar motor Brian. "Sudah tiga hari saya tinggal disini." Jawaban Brian membuat Raisa makin mengerutkan keningnya. Tiga hari? Kenapa dia tak tahu? Tapi, pantas saja sih, soalnya kan sudah dua hari ini dia lembur dan pulang malam, saat pulang pun langsung istirahat tak keluar rumah, lalu kemarin saat libur, Raisa justru pergi belanja seharian, hingga dia tak tahu ada penghuni baru di sebelahnya. "Kenapa disini?" Brian tersenyum "Soalnya disini ada Mbak." Raisa mengerutkan keningnya, itu juga yang ada di pikiran Raisa, apa Brian mengikutinya? "Gak juga kok, Mbak, kebetulan aja ada yang kosong disini. Waktu kemarin saya nganterin Mbak saya lihat selembaran, kebetulan saya juga mau pindah dari kos saya yang dulu, karena di gangguin melulu sama anaknya ibu kos, saya risi jadinya," jelas Brian Raisa mengangguk lega, setidaknya Brian bukan penguntit "Mungkin karena Mas terlalu ganteng," ucapnya asal- asalan, padahal dia tak bermaksud memuji ketampanan Brian dan murni hanya mengeluarkan candaan, meski Raisa akui Brian memang tampan. Brian terkekeh "Iya kayaknya, dia sampe- sampe ngaku jadi calon istri saya di kantor, dan membuat orang- orang salah paham, saya kan makin risi, belum lagi saya juga lagi ngejar seorang cewek, bisa- bisa dia salah sangka sama saya." Brian menatap Raisa yang tertegun dengan senyum menggoda. "Eh?" wajah Raisa tiba- tiba merona. "Iya, Loh Mbak. Yang waktu itu bawa rantang dan bilang kalau dia calon istri saya, itu anaknya ibu Kos." Raisa menggaruk poninya yang tak gatal, ternyata dia salah paham, dan kenapa juga hatinya merasa lega sekarang? "Saya ini orangnya sangat setia loh Mbak, kalau saya bilang suka sama cewek, ya saya akan kejar terus sampai titik darah penghabisan, dan gak akan tergoda sama cewek lain." Raisa mengigit bibirnya, tak tahu harus bicara apa. "Kalau gitu saya duluan ya Mas, Brian." Raisa tak bisa menanggapi perkataan Brian yang dia rasa semakin menyerempet ke arah cinta- cintaan. "Mbak gak bareng aja sama saya?" tanya Brian, pria itu juga bersiap dan mengenakan helmnya. Raisa tersenyum canggung "Gak usah, saya naik bis aja." buru- buru Raisa pergi dari sana dan berjalan ke arah halte yang letaknya beberapa meter saja. Ada apa dengannya, kenapa mendengar penjelasan Brian dia jadi tersipu, lalu apa katanya, dia akan mengejarnya sampai titik darah penghabisan? Benar- benar perayu ulung!
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN