Mata Febi dengan reflek langsung meneliti sekitarnya begitu ia sadar dari pingsannya. Febi didudukkan di lantai kotor dan lembab dalam ruangan -yang entah apa namanya-. Tempat ini bahkan terlalu kotor dan gelap untuk bisa disebut gudang. Febi menggerakkan tangannya dengan pelan yang diikat di belakang tubuhnya dan hanya bisa meringis begitu tali itu bergesekan dengan pergelangan tangannya, mengingat mulutnya yang ditutup lakban. "Sudah bangun, Tuan Putri?" tanya lelaki yang entah sejak kapan ada di sana. "Mmmmppph!" teriak Febi tertahan. "Jangan banyak bergerak dan melukai dirimu sendiri, kau aset berhargaku untuk mengancam bocah sialan itu," ucap pria yang tidak dikenali Febi dengan nada mengancam, membuat Febi semakin ketakutan. "Dia pikir dia bisa menghancurkan aku begitu saja? Ti