“Rasanya seperti mimpi, Mas,” desah Ola masih dengan senyumnya. Matanya sayu karena merasakan sentuhan jari jemari maut Akhyar ke benda kecil di dalam miliknya. “Berada di dalam pelukan Mas Akhyar.” Akhyar tersenyum melihat wajah Ola yang sangat menikmati sentuhannya. “Boleh aku tanya sesuatu, Ola?” Ola yang matanya sudah tak terarah mengangguk pelan. “Kamu masih menstruasi?” Ola yang mengerang nikmat mengangguk lagi. Sangat lemah. “Kenapa, Mas?” tanyanya di tengah sesak napasnya. “Ada harapan memiliki buah cinta, Sayang,” harap Akhyar disertai kekehannya. Ola pun tertawa kecil. “Jika nggak berhasil hubungan badan ini?” tanyanya. Ola semakin sesak, karena Akhyar sedikit menaikkan tempo gerakan jari jemarinya lebih cepat. Apalagi sepertinya Akhyar sudah mengetahui titik nikmat O