Di salah satu sudut ruangan besar yang dihiasi lampu berkilau, Bu Hanin menepuk-nepuk pundak menantunya lembut seraya mendekapnya. Dia tenangkan Nayra yang tidak sanggup menahan tangisnya. Sedih membayangkan ibunya yang akan berjauhan darinya. "Ibumu berhak bahagia, Nayra. Dia lahir dan hanya dua tahun mendapatkan kasih sayang orang tua. Dia gadis yatim piatu. Besar dan tumbuh sempurna di panti asuhan. Dan Bapakmu yang memberinya kesempurnaan hidup. Tapi dia pergi jauh dan tidak mungkin kembali. Sungguh malang nasib ibumu. Doakan terus kebahagiaan ibumu, Nayra. Dia sudah mendapatkan pria yang sungguh-sungguh mencintainya dengan segenap jiwa raganya. Akhyar pasti jadi papamu yang sangat baik hati. Ibu yakin itu." Bukan Nayra saja yang menangisi pernikahan ibunya dan Akhyar. Hampir seluruh