Arafan serta Abbas tiba di El-Malik Company setelah menempuh perjalanan satu jam. Kantor El-Malik jika dijangkau dari rumah mewah itu memang menjadi lebih jauh dibandingkan saat dari apartemen. Arafan sudah ingin mengumpat namun tertahan begitu melihat ekspresi Abbas yang sudah seperti orangtua melihat anaknya melakukan kecurangan di sekolah. “Oke. Gak masalah lebih jauh,” tutur Arafan. Ia sudah membuka pintu mobilnya. Abbas tak menanggapi. Ia lebih memilih memandangi ponselnya. Merasa ragu terkait idenya yang sempat ia utarakan pada Daisha. Setelah mengetuk nomor orang yang juga menjadi teman adiknya, ia melakukan panggilan. Terdengar sebuah nada hubung dari panggilan itu. Hati Abbas berdebar lebih hebat dari biasanya. Sedikit takut jika ia ber