Setumpukan berkas menjadi teman setia bagi Arafan dan Dimas. Berkutat pada masalah inti mereka sampai lupa diri. Dua hari dua malam Arafan menghabiskan wkatu di kantornya seperti dulu. Seorang work a holic yang sampai lupa dengan keluarganya. “Jam, Bro. Jam,” ujar Dimas mengingatkan sahabatnya. Dulu arafan bebas mau sampai jam berapa. Kali ini, ia harunya membatasi diri. “Nanggung, Dim. Dikit lagi kelar.” “Heh. Loe gak kangen sama anak?” Jemari Arafan terhenti. Ada Hira sekarang di rumahnya dan dia terus saja berkutat dengan masalah perusahaan. “Jam berapa, Dim?” “Dua dini hari, Bro. Kuat nyetir ke Harkit sendiri? Nunggu subuh sekalian aja. “Loe gimana, Dim? Tadi nyuruh gue pulang. Sekarang ngalangi