Something Bad Will Happen

1298 Kata
*** "Terlalu baik itu nggak baik." ~Radius Agraha Mahardika~ *** BRUK! Atha terjerembap. Ia sudah tahu, pasti akan ada waktu di mana semuanya seperti ini. Dan Atha masih tak percaya, bahwa sekarang sudah saatnya tiba. Kay mulai membencinya. Itu terlihat jelas dari sorot matanya. Ditambah, baru saja Kay sengaja menghalangi jalan Atha dengan kakinya, sehingga Atha jatuh tersungkur. Atha berdiri, lantas menoleh ke arah Kay. Melempar seulas senyum. "Eh lo udah pulang Kay. Kok tumben ke kamar gue duluan? Ada apa?" tanya Atha. "Jangan belagu, Atha." Kay menggeram. "Belagu gimana?" "Lo pura-pura tadi kan? Mentang-mentang punya trauma, manja!" sentak Kay. "Enggak gitu, Kay." "Terus juga ngapain Atlan jadi ikut kena batunya? Lo mau bikin Atlan terenyuh sama lo? Lo itu suka kan sama Atlan?" Atha sedikit terkesiap mendengar bentakan Kay. "Enggak, Kay!" elak Atha. "Drama lo! Gue kira lo sahabat gue ya, Tha. Ternyata gini lo aslinya? Munafik!" sergah Kay. Atha menangis. Ia benar-benar tak ingin hubungannya dengan Kay hancur begitu saja. "Nangis aja terus! Bikin semua orang iba sama lo! Terus aja keliatan baik, keliatan disakitin seolah cuma elo yang paling menderita di sini!" "Padahal Tha, gue baru kali ini suka sama orang segininya. Eh lo malah nikung. Mau lo apa sih? Uang gue? Butuh berapa, Tha? Gue kasih. Tempat tinggal juga udah gue kasih. Kerjaan ibu lo, baju lo, sekolah lo, semuanya gue kasih, Tha. Tapi ini balasan lo?" Atha menggeleng. Ia menghapus air matanya. "Kay ... nggak gitu. Gue minta maaf. Semua nggak kayak yang lo pikirin. Gue bisa jelasin, semuanya salah paham, Kay." "Gue nggak nyangka ya, Tha," lirih Kay. Atha berusaha meraih tangan Kay, tapi dengan cepat Kay menepisnya. "Lo udah main-main sama gue. Liat aja, apa yang bisa gue lakuin, Tha," bisik Kay. Atha diam memandang Kay yang kian menjauh. Lalu matanya tak sengaja melihat Agra. Agra sedang berdiri di depan kamarnya, menyender ke pintu, sambil melipat tangannya di depan d**a. Entah sejak kapan ia di sana. Atha tidak melihatnya tadi. "Lo liat? Terlalu baik itu nggak baik. Makanya, nggak usah sok terlihat baik. Munafik sih lo. Rasain akibatnya," ketus Agra. Ia masuk ke kamarnya. Atha menunduk. Semuanya perlahan meretak. Dan sebentar lagi akan hancur, kemudian sirna. *** Keadaan di sekolah cukup baik. Event kembali berjalan lancar dan kejadian di gudang tidak diketahui banyak pihak. Sekarang, Atlan, Agra, dan Atha sedang disidang di ruang OSIS oleh Kevin, Merry, dan Cakra. Para guru menyerahkan masalah ini pada Kevin. "Jadi, bisa ceritain gimana kronologi kejadiannya?" tanya Kevin. Ruang OSIS itu lengang. "Atha?" panggil Kevin pelan. Atha berkeringat dingin. Ia meremas tangannya sendiri. Semua orang menunggu Atha bicara. Setelah dua menit menguatkan hatinya, Atha mulai bercerita. Bagaimana awalnya Elang meminta bantuan kepada Atha. Elang bertanya tentang lokasi toilet, lalu meminta Atha mengantarnya. Tapi, Elang justru menyeret dirinya menuju gudang, lalu.... Napas Atha tercekat. "S-setelah itu ... Elang...." "Udah, Tha. Jangan dilanjut, udah cukup. Kalo elo, Gra? Bisanya lo ada di sana?" tanya Kevin. Merry mengusap-usap lengan Atha yang menunduk. "Harus banget ya gue ngomong? Nggak penting juga. Malah gue nyesel ngapain kemarin nolongin dia," ketus Agra. Semuanya terkejut mendengar pernyataan Agra. Terutama Atha. Ia mendongak, menatap Agra. Namun Agra membuang wajahnya ke arah lain. Kevin merasa tak enak. "Ehm, Gra, pernyataan dari lo penting, bu Ros minta kronologi kejadiannya." Agra mendengus. "Abis dari perpustakaan, gue ngelewatin gudang, terus iseng aja buka pintu gudang, eh malah ada cowok sama cewek. Si cewek gobloknya diem aja, malah nangis nggak jelas, b**o!" Atha semakin menunduk. Menahan tangis. "Gra, lo apa-apaan sih? Nggak usah ngatain Atha gitu lah!" teriak Atlan yang tak tahu tentang hubungan Agra dan Atha. "Nggak papa, Lan," jawab Atha serak. "Kalo lo sendiri, gimana, Lan?" tanya Kevin. "Gue lagi nyari Agra, dan kebetulan gue denger suara orang berantem dari gudang, ternyata Agra lagi digebukin Elang. Ya gue bantu lah, orang Agra nggak bisa bela diri, mau ngelawan Elang yang udah sabuk item." Atlan menjelaskan. "Sialan lo," cibir Agra. "Intinya, Elang yang salah di sini kan. Tha, lo mau bikin laporan ke polisi nggak? Kalo iya, gue bisa ban—" "Nggak usah. Nggak papa," sahut Atha cepat. "Tapi kan—" "Gue nggak mau tambah dibenci. Cukup dua orang yang udah benci sama gue," kata Atha lirih. "Ya udah kalo itu mau lo. Tapi lo udah nggak papa kan?" tanya Cakra khawatir. "Iya, nggak usah khawatirin gue." Agra mendecih. "Cari muka." Ia berdiri, keluar dari ruang OSIS. Hati Atha sakit. Ya, tentu saja. Agra kembali membencinya. Dan ditambah, Kay.... "Tha, nanti temenin gue ya," kata Atlan. "Ke mana?" "Sisil," bisik Atlan. Mata Atha berbinar. Ia ingin bertemu Sisil dan mengobrol dengannya. "Oke!" Dan Cakra, menatap keduanya sendu. *** "Atlan, biar gue ngomong sama Kay dulu ya, kalo lo sama gue mau pergi sebentar," kata Atha. Meski tak yakin apa Kay mau bicara lagi dengannya atau tidak. "Nggak perlu. Cuma sebentar kok," ucap Atlan. Baiklah, Atha menurut. Mereka berangkat menuju rumah sakit. Lalu masuk ke ruang rawat inap biasa. Oh, rupanya Sisil sudah pindah ruangan. "Masuk, Tha," ajak Atlan. Sisil yang sedang membaca n****+ tampak melirik Atha. Ia meletakkan novelnya. "Hai," sapa Atha kikuk. "Hai." Sisil balas sungkan. Atlan terkekeh. "Kan, kalian itu cocok. Sama-sama pendiam." "Sisil udah inget lo lagi?" tanya Atha kepo. "Belum sepenuhnya. Dia cuma inget sampe di hari sebelum kecelakaan." Atlan tampak muram. Atha tersenyum. "Itu udah bagus." "Lo Sisil? Boleh gue tebak, lo umur enam belas?" tebak Atha. Sisil menggeleng. "Kata Atlan, gue baru lima belas jalan enam belas sekarang." "Oh gitu." "Lo, pacarnya Atlan?" tanya Sisil. "Eh? Bukan kok," kata Atha canggung. "Tapi Atlan sering cerita tentang lo." Atha menoleh ke Atlan, cowok itu sedang menggaruk tengkuknya. Diam-diam mengumpati Sisil yang keceplosan bicara. "Bukan, Atlan udah punya pacar." Ada nada sedih di dalam ucapan Atha. Atlan jadi canggung. "Lo cocok kok sama Atlan." Sisil tersenyum tipis. "Enggak. Eh, gue mau nanya. Boleh?" Sisil mengangguk. "Apa?" "Lo ... temennya Atlan? Atau mantannya?" tanya Atha. Sisil tertawa. Lalu menengok ke arah Atlan. "Lo kepo juga ternyata ya," kata Atlan yang ikut terkekeh. Atha merasa tak enak. "E-eh, maaf kalo—" "Gue adiknya Atlan." Atha melebarkan matanya. Adik? Tapi, tapi ... kata-kata Atlan waktu itu sangat ambigu. Aku masih dan akan selalu sayang sama kamu. Ah, kalimat itu Atha rasa tidak cocok untuk seorang adik. "Nggak usah bingung. Sisil adik gue. Bukan temen, apalagi mantan," jelas Atlan. Atha tersenyum malu. "Maaf." "Nggak papa. Pulang yuk. Sil, gue anter Atha dulu, ya?" "Iya. Makasih Kak, mau dateng." Sisil tersenyum. "Maaf nggak bawa apa-apa tadi," kata Atha, "Gue pulang." "Yuk, Tha." *** "Tha, tolong angkatin teleponnya. Kay telepon ini, gue lagi nanggung," kata Atlan sambil menunjuk ponselnya yang berada di dashboard. "Eh? Nggak ah, lo aja, Lan." "Tolong, Tha. Macet ini." Atha mengambil ponsel Atlan, lalu mengangkat telepon itu. Benar, itu suara Kay. "Atlan, kamu di mana sih? Aku chat nggak dibales!" Atha mengarahkan ponsel itu ke telinga Atlan. "Gue sama Atha, pergi sebentar Kay. Ini mau pulang kok," ucap Atlan. "Bisa ngomong sama Atha?" "Tha, Kay mau ngomong sama lo." "Ini Atha?" "Iya Kay, kenapa?" tanya Atha kikuk. "Gue lagi keluar sama mama. Nanti kerjain PR gue. Bukunya di meja belajar." "Oke. Lo lagi ke ma—" Teleponnya dimatikan sepihak oleh Kay. "Kay ngomong apa, Tha?" tanya Atlan. "Bahas PR doang." "Oh ya udah." Mobil BMW Atlan nampak lengang. Atlan fokus menyetir dan Atha fokus melamun. Entah kenapa perasaan Atha tidak enak. Firasat Atha selalu benar. Pasti akan terjadi sesuatu. *** Di lain tempat di waktu yang sama, Kay menyeringai. Ia jamin rencananya kali ini berhasil 100%. Ia memandangi fotonya dan Atha. Lalu merobek bagian Atha. "Salah sendiri main-main. Nanti lo liat apa yang bisa gue lakuin buat lo." Kay menyalakan pemantik api, lalu mulai membakar bagian foto Atha yang tadi ia robek. "Lo nggak lebih dari sampah, Agatha." ***

Baca dengan App

Unduh dengan memindai kode QR untuk membaca banyak cerita gratis dan buku yang diperbarui setiap hari

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN