Rasa penasaranku semakin bertambah, ini keajaiban karena bisa mengalihkan kondisi perasaanku yang memburuk saat Jack berada di depanku. Identitas Albert dan segala misteri tentang dirinya dan kejutan yang terjadi di sekeliling kami menggelitik rasa penasaran yang semakin mencekik ini.
Mungkin bukan aku saja yang menyadari jika perhatianku hanya tertuju pada Albert.
Aku bisa merasakan mata Jack membakarku meskipun aku berpura-pura tidak melihatnya. Tatapannya tidak lepas dariku sejak pertama kali aku disini. Kepuasan memenuhi dadaku, sangat menyenangkan. Aku bahkan tidak menganggapnya ada.
Sejujurnya aku memang lebih tertarik pada wanita hebat di depanku yang meskipun tidak terlalu cantik tapi memiliki karakter yang kuat. Dia memiliki aura kepemimpinan yang menonjol. Debora mungkin mengendalikan segala hal yang berputar disekitarnya. Dia adalah salah satu wanita kebanggaan kaum adam.
Jack beruntung menikahinya. Aku mengakui jika hanya menang dari segi fisik bukan lainnya. Aku memiliki b****g indah, wajah cantik dan tinggi semapai, kulit putih mata hijau. Sedangkan wanita disamping Jack memiliki ribuan ide hebat yang bisa menaklukkan dunia. Aku sangat berharap seperti dia. Debora seolah memancarkan kecerdasannya yang menyilaukan.
Perasaan malu kembali menelusup hatiku mengingat jika aku hampir menjadi bagian rencana jahat Jack untuk memanfaatkan dia. Aku dulu bahkan tidak berpikir bagaimana melewati hari-hari dengan rasa bersalah jika kemauan Jack terwujud. Debora tidak pantas diperlakukan seperti itu, tidak hanya Debora. Setiap wanita tidak berhak dimanfaatkan apapun alasannya.
"Aku harap kita bisa menjalin kerja sama yang menguntungkan mr. Actexi. Dan nyonya Mortomery-"
"Nyonya Actexi. Dia Merrien Actexi. " Koreksi Albert yang langsung membuat Debora memucat. Aku bahkan kasihan saat melihatnya panik. Albert tidak pernah gagal membuat gugup bahkan itu diatas ranjang.
"Oh my bad. Maafkan aku. "
"Sudahlah, suamiku agak sedikit kaku. Kurasa dia perlu sedikit rileksasi. Benarkan, Sayang?" aku bertindak manja padanya. Meski terlihat palsu tapi aku suka memerankan wanita manja yang mengoda suaminya. Terutama di depan b******n di depanku ini.
"Tentu Sayang. Hanya kau yang bisa merilekskan sesuatu ototku yang tegang. "
Aku memerah, ucapannya terasa m***m saat dia mengucapkan hal itu. Dan aku melirik Debora, kurasa tidak cuma aku yang memerah karena ucapan Albert. Tetapi aku menjaga mataku tidak mengarah ke Jack.
"Baiklah, aku tidak ingin menganggu waktu kalian." Debora menarik Jack untuk mengikutinya. Dia nampak seperti anjing yang diseret majikannya.
Anjing? Serius...
Aku terkejut dengan pemikiranku. Tak pernah terpikirkan oleh otak cantikku jika menyamakan Jack dengan anjing. Rupanya rasa kecewaku berubah menjadi kebencian pada pria itu.
"Waktunya melakukan hal yang kau sebutkan tadi, Sayang. Aku butuh rileksasi. "
"Apa? Tapi pestanya belum selesai. " Tanganku tidak sependapat dengan ucapanku. Mereka sudah membelai jas mahal Albert yang seperti magnet.
"Satu rahasia yang perlu kau ketahui. Aku membenci pesta terlebih ketika ada wanita cantik memakai gaun cantik berwarna merah tanpa lengan. Dia nampak menakjubkan. "
Aku baru tau jika suamiku ternyata perayu ulung. Aku bahkan tersipu dengan ucapannya.
"Eh, kita belum mengucapkan eh tunggu... "
Aku hanya pasrah ditarik Albert menuju ruang samping. Disana terdapat lift yang letaknya cukup tersembunyi.
Dari mana pria ini tahu tentang lift rahasia ini.
Ini semakin membuat rasa penasaranku meluap. Aku bisa gila jika harus menjawab teka teki tentang Albert. Suatu saat aku pasti tau identitasnya.
Tiba-tiba Albert menghimpitku ke dinding lift. Dia menekan tubuhku, menahan kedua tanganku keatas dan membuatku mencium aroma segar dan maskulin.
"Mengapa hari ini aku tidak mencium aroma terbakar dari wanita yang cemburu, " bisik Albert.
Aku setuju jika berbisik menjadi salah satu tindakan yang seksi. Bisikannya menghantarkan kesemutan ke seluruh sel tubuh ku.
"Aku tidak perlu cemburu. Sebaliknya aku melihat jika Debora cemburu padaku. " Aku selengkungkan tubuhku hingga dadaku menghantam d**a bidang Albert. Ini adalah pesan dari sesuatu yang berkedut dan tidak mendapatkan perhatian tadi pagi.
Aku yakin Albert bahkan tidak menghiraukan ucapanku. Tangannya sudah berada di tanganku dan mengigitnya dengan keras.
"Akh mengapa kau menggigit tanganku... Aku setuju menjadi patner ranjangmu tapi tidak untuk b**m. " Meskipun aku berkata demikian, aku tidak menarik tanganku, sebab dia sekarang meniup bekas yang ia gigit. Tanganku tidak tinggal diam, kuraih lehernya dan mendekatkan bibirku pada telinganya.
"Dan juga, aku mencium aroma terbakar dari pria yang cemburu. Aromanya begitu kuat. "
Hei, aku hanya bercanda. Reaksi tubuhnya yang mendadak kaku cukup mengejutkanku. Aku tidak menyangka jika dia bereaksi seperti itu.
"Aku akan membuatmu tidak bisa berjalan. "
Bibirku menutup bibir tipisnya. Rasa mint dan aroma cengkeh membuat indra penciumanku menjerit bahagia. Ini akan menjadi malam yang panjang jika aku menuruti Albert atau sebaliknya. Rupanya ia tau jika aku sedang membutuhkan pelampiasan dari rasa marahku yang tidak tersalurkan pada Jack.
"Sebentar lagi aku akan membawamu ke ranjang hingga kau tidak akan mengingat b******n itu lagi."
Andai aku seorang pria yang ku butuhkan adalah samsak. Tetapi aku wanita jadi aku memutuskan untuk mendapatkan perhatian dari pria seksi yang menjadi suamiku. Aku bisa menganggapnya gigolo pribadiku yang berkelas.
Kami sampai kamar yang dipesan Albert. Tanpa menunggu lama pakaian kami berhamburan di lantai. Saat ini Albert aku ibaratkan sebagai obat penenang. Aku membutuhkan dirinya secepatnya. Sekarang juga.
"Kau begitu cantik Merrien. "
"Aku tau. Semua pria yang merayuku mengatakan aku cantik. "
"Aku memang salah satu pria itu tapi jelas aku lebih dari pada mereka. "Kini Albert mulai melakukan apa yang ia ucapkan. Dia merayu sambil melakukan skin ship.
Aku memejamkan mata. Mengingat bagaimana dahulu aku memimpikan kebersamaan dengan Jack. Sayangnya tidak pernah terwujud. Semua hancur karena ambisinya, dia menghancurkan hatiku dengan menjadikanku transaksi bisnisnya. Kebenaran yang menyedihkan. Semenyedihkan diriku yang dimanfaatkan begitu lama. Bagaimana bisa aku bisa jatuh cinta pada pria egois sepertinya. Otakku saat itu pasti miring sampai- sampai tidak menyadari keegoisannya.
'Haaah, memang aku yang bodoh,' ucap batinku sengsara.
Kini aku tahu sebab mengapa Jack dan aku tidak melangkah ke arah yang lebih dalam. Mungkin Tuhan sangat baik padaku sehingga tidak membiarkanku menyesali memberikan pertama kali pada Jack, atau memang itu keberuntungan tak terduga. Hanya saja aku bisa bangga karena bisa memberikan mahkotaku pada suamiku yang sekarang. Tidak ada penyesalan karena memberikannya pada Albert. Sekarang aku tidak lagi menanggapnya dildo seperti dulu. Tidak lagi menganggapnya hanya suami bayaran. Dia jauh melampaui semua dan menjadi sempurna di mata siapapun.
Tbc