Disaat anak-anak sudah tidur, ia bahkan belum juga beranjak. Ya masih mengelus kepala mereka. Suaminya melihatnya bernaring memeluk ketiga anaknya di ranjang itu. Tentu saja sempit. Kalau sudah begini, memangnya masih bisa protes? "Yang...." Suaminya memanggil. Sedari tiba, ia memang tak begitu banyak bicara. Tpi matanya berbicara banyak hal. Tentu saja menangis ya? Karena ia sudah berpikir macam-macam. Lalu dokter tadi bilang kalau itu luka tembakan. Luka tembak? Bagaimana bisa terjadi? Tentu saja banyak pertanyaan yang menggelayut di dalam benak. Icha tak tahu kalau menikah dengan konglomerat itu akan begitu berbahaya. Ia pikir ya, hidupnya akan aman-aman saja. Kenyataannya, banyak orang yang tak suka. Bahkan saat ia belum menjadi apa-apa dulu, banyak temannya yang iri kok. Makin naik
Unduh dengan memindai kode QR untuk membaca banyak cerita gratis dan buku yang diperbarui setiap hari