kesucianku telah di renggut

1662 Kata
Albert duduk sendiri di sebuah restauran pinggir pantai. Sembari menikmati beberapa minuman. Dia yang sekarang lagi patah hati karena di putusin sepihak begitu saja oleh pacarnya. dia mulai melupakan semua perasaanya dalam bentuk minuman. Dan Vina hanya duduk menatap Albert hang begitu lucu di saat dia mabuk. Dnegan ucapan yang ke kanan kiri gak jelas. "Dasar wanita selalu saja membuat aku pusing." decak kesal Albert, mengambil botol minuman dan mulai menuangkan di gelas dalam cengkeramannya. Vina terkekeh kecil. Dia terus menuangkan minuman pada gelas kosong Albert. "Ternyata kamu juga bisa patah hati? Tapi memang jamu patah hati dengan siapa?" Albert mengangkat kepalanya menatap Vina, ia mengerutkan matanya. Dengan ke dua mata menyipit tak jelas wajah siapa di depannya. "Yang jelas bukan kamu," tegasnya, membuat Vina mengerutkan keningnya, menahan tawanya. Lagian juga siapa yang mau dengan kamu. Dasar laki-laki nyebelin. Makanya kak Kesha dia gak suka padamu. Dan lebih memilih Vino. Gumam Vina menggeram kesal. "Lagian siapa juga yang mau dengan kamu. jangan harap," ucap tegas Vina, memutar matanya kesal. Albert terus saja meneguk minumannya hingga menghabiskan beberapa botol minuman. bahkan Vina hanya diam, menatapnya, sembari mendengarkan curhatannya yang membuat dirinya merasa sangat kesal, dan telinganya benar-benar harus segera periksa ke THT nantinya. Apa masih normal mendengar ucapan Albert sembari berteriak gak jelas. Karena dalam pengaruh alkohol dia seperti orang gila yang berteriak tidak jelas. Ah... Ini manusia apa sih. Kenapa dia minum gak ada habisnya. "Udah, jangan terlalu banyak minum." ucap Vina mencoba mengingatkan. Albert meneguk satu gelas sisa minuman terakhirnya. Dan seketika membuat tubuhnya lemas tak berdaya. Vina memutar matanya malas, melihat wajah Albert yang sudah mabuk tepat di depannya. Ia hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat ulah Albert yang seperti anak labil baru putus cinta. Bau alkohol mulai menyeruak masuk dalam pennciumannya. Membuat perutnya rasa di aduk-aduk. Makanan yang semula dia makan terasa memutar dan ingin sekali keluar dari kerongkongannya. Tapi gimanapun juga aku harus membantunya. Tapi apa aku betah dengan bau busuk ini. Gumam Vina, ujung bibirnya kesal. Wanita dengan rambut sepunggung itu, menutup hidungnya rapat-rapat. Mencoba mendekati Albert. "Hey... Kamu masih sadar, gak?" Vina menepuk nepuk bahu Albert. Laki-laki itu hanya diam menggerakkan tangannya ke atas. Tubuhnya yang sudah terkapar di atas meja itu, seakan berat untuk berdiri. Bahkan menoleh saja sudah tak sanggup. "Eh.. Bangun," Vina menarik jari telunjuk Albert tepat di depannya. Tergeletak lemas di atas meja. "Emmm... Jangan.. Ganggu.." desah Albert, mengibaskan tangannya, tanpa beranjak dari tempatnya. "Sekarang cepat bangun. Ayo, berdiri sendiri. Aku tidak bisa mengangkatmu." pinta Vina sedikit galak. Vina berdesis pelan, memutar matanya malas. Ingin rasanya nampol tuh orang. Entah kenapa rasanya ingin sekali mencakar wajahnya yang nyebelin dan selaku menyusahkannya. Vina menarik napasnya dalam-dalam, menahannya, lalu mengeluarkan secara perlahan. semoga saja aku bisa sabar. Karena aku sedang baik hati. Dengan terpaksa aku harus membantu kamu. Dari pada kamu jadi bahan penculikan. Terus terjadi apa-apa dengan kamu. Aku tidak bisa bayangkan itu. Tidak bisa... "Eh.. Kamu, jangan ngoceh terus. Cepat bantu aku." Albert, mengangkat tubuh lemasnya mencoba duduk tegap. Namun tetap saja tubuhnya masih lunglai tak berdaya. Vina menarik napasnya, menahan emosi yang hampir saja meledak. Bukanya tadi sudah aku bilang kalau aku akan membantunya. Apa dia langsung pendengaran ya? Decak kesal Vina. Vina menggeram kesal, dalam hatinya dia tak berhenti mengumpat kesal. Lalu tersenyum paksa di depannya. "Oke. Aku akan bantu kamu. Tapi kamu harus beri aku imbalannya," ucap tegas Vina, menarik kompak ke dua alisnya. "Imbalannya kamu tidur denganku," Albert menarik tangan Vina, mencengkeram erat tangannya. Mendekatkan wajahnya, yang kini hanya berjarak dua telunjuk tangan. Hembusan napas mereka saling berpacu, pandangan mata mereka terkunci dalam diam. Vina mendorong tubuh Albert menjauh darinya. Hingga tubuh lemasnya itu terkapar lagi di atas meja. "Ogah! Dasar m***m!" Vina mencoba menarik tangannya, namun cengkeraman erat tangan Albert membuat dia tidak bisa berkutik sama sekali. "Aku hanya bercanda, cepat bantu aku.." ucap Albert. Vina menghela napasnya. "Oke. Aku bantu sekarang." ucap Vina terpaksa. Dia beranjak berdiri. Mengangkat tubuh Albert, dengan tangan kanan ia letakkan di atas pundaknya. membantu Albert berjalan ke kamar yang lumanyan jauh. "Aku akan bawa kamu ke kamar," ucap Vina membantu tubuh Albert, berjalan pergi dari restauran itu. sudah cukup dia menyakiti tubuhnya sendiri dengan menyiksanya meminum beberapa minuman sekaligus. Gila ini.. Bada kenapa berat banget ya? Dia makan batu atau kakan nasi? Tapi kalau makan batu pantas. Soalnya otaknya keras juga seperti batu. Ledek Vina dalam hatinya. Sesekali dia melirik ke arah Albert, hembusan napas mereka saling berpacu. Dan Albert sudah tak sadarkan dirinya. Sampai di depan pintu lobi hotel. Wajah Vina sudah mentah. Tubuhnya benar-benar sudah capek. Harus memapah tubuh berat Albert. Kalah bukan karena kasihan. Sudah ditinggalkan dari tadi. "Kesha.." "Kesha.. Kenapa kamu meningggalkanku? Apa salahku? Apa aku kurang baik bagimu?" gumam Albert, tanpa membuka ke dua matanya. Pikirannya membayangkan wajah Kesha yang menghantui dirinya. Ternyata dia benar-benar sangat mencintai Kesha. Dari cara bicaranya memamg terlihat dia sangat tulus padanya. tetapi cinta bertindak lain. Kesha lebih memilih Vino. Laki-aki.hang pernah singgah di hatiku sejenak. Dan aku memutuskan untuk mengalah demi kebahagiaan cintaku. Kesha berhenti pada receptionis. Dia bertanya pada penjaga receptionis berapa kamar Albert. Vina yang sudah tahu kamarnya segera memapah tubuhnya lagi masuk ke dalam kamar Albert yang ternyata tam jauh dari kamarnya. Brukk... Seketika Vina menjatuhkan tubuh Albert di atas king size berukuran besar dengan warna putih, kamar yang begitu luas dan sangat indah. Dengan hiasan kecil seakan dia pengantin baru di sana. Albert membuka matanya, pandangan matanya tak begitu jelas. Dua mulai berhalusinasi saat melihat Vina seperti sosok Kesha wanita yang di cintainya. "Kesha? Kamu di sini?" tanya Albert menarik tangan Vina, hinga tubuhnya jatuh tepat di atasnya. Degup jantung Vina terasa begetar lebih hebat dari biasanya. Wajahnya yang semula tak takut sama sekali. Kini wajahnya terlihat sangat gugup. Ke dua matanya tak lepas dari mata Albert yang menyipit. "Jangan pergi lagi," ucap Albert, meletakkan ke dua telapak tangannya tepat di atas ke dua pipi Vina mengusapnya lembut. "Apa yang dia katakan," umpat kesal Vina, mencoba berdiri. Dengan sigap tangan Albert menariknya kembali. Dengan tangan kiri memegang pinggangnya. Mencegahnya pergi tak terlalu jauh darinya. "Apa yang ingin kamu dapatkan dariku?" tanya Vina heran "Aku ingin semuanya dari kamu. Cinta dan tubuh kamu." jelas Albert, otak membuat Vina mengerutkan keningnya. Dia menggertakkan giginya kesal, berkali-kali mencoba menghindar dan beranjak berdiri. Tetapi berkali-ali juga Albert menarik pinggangnya. Seakan tak mau melepaskannya. "Apa kamu mau menemaniku malam ini?" bisik Albert lembut. Bibirnya mulai berdengus di lehernya. Hembusan napasnya membuat Vina geli. Merasakan setiap kecupan mesra di lehernya. "Tidak, Albert tidak!" Vina mencoba meronta. Ini salah. Ini tidka boleh terjadi. Aku harus segera lepas darinya. Aku tidak mungkin seperti ini. Aku harus pergi sekarang. Albert membalikkan tubuh Vina yang dalam bayangan matanya terlihat wajah Kesha di sana. "Kesha, aku mohon jangan pergi lagi. Aku sayang padamu. Aku ingin memiliki kamu seutuhnya." ucap Albert lirih tanpa sadar siapa dalam dekapannya. Tubuh Albert tepat di atas Vina, membuat tubuh mungil wanita itu tak bisa berkutik. Vina memukul.dada bidang Albert berkali-kali. Namun, tetap juga tidak mempan. Albert meraih dua tangannya, mencengkeramnya sangat erat mengunci tangannya tepat di atas kepalanya. "Kamu sekarang jadi milikku," "Albert.. Jangan Albert. Sadarlah. Aku bukan Kesha. Aku mohon sadarlah!" ucap Kesha, tubuhnya terus meronta-ronta. Laki-laki tampan itu tidak perdulikan Vina. Dia mengecup bibir tipis mungil milik Vina, membungkam mulutnya penuh gairah. Ia menggulum vibirnya, bermain dengan lidah penuh gairah membara. Seakan meluapkan emosi jiwanya selama ini. Air mata Vina menetes dari ke dua matanya. Di saat Albert berhasil memilikinya. Tubuhnya seakan sudah menyatu merasakan surganya seorang pengantin muda. Tetapi dia bukanlah pengantin muda lagi. Apa hati ini aku akan kehilangan kesucianku..Apa aku akan di renggut semua olehnya. Albert merobek paksa helaian baju tipis Vina begitu ganasnya. Bibirnya tidak berhenti terus mengecup bibil mungil itu. "Kamu jadi milikku sekarang, sayang!" bisik lembut Albert. Membuat air mata Vina gak kunjung berhenti. Apa yang harus aku lakukan? Apa? Aku sudah tak punya harga diri lagi. Dia sudah merenggut semuanya darimu. Vina memejamkan matanya. Merasakan pasrah tubuhnya di jamah jemari tangan Albert yang bertindak liar leluasa mejalar sekujur tubuhnya. Hingga tak terduga sebuah olahraga malam yang membuat teriakan keras dari mulut Vina. Ini pertama kali bagiannya. Dia harus merelakan kesuciannya pada musuhnya. Albert memeluk tubuh Vina, merasakan hentakan tubuh Albert, Vina hanya diam menahan rasa sakit yang luar biasa di saat Albert berhasil membobol begitu mudah. Desahan demi desahan terdengar sangat jelas. Albert bertindak semakin brutal dan tak tekendali lagi. Hingga 1 jam berlalu. Permainan yang berlangsung sangat lama itu. Membuat ke duanya merasa sangat lelah. Vina berbaring di samping Albert, dengan tubuh lemas tak berdaya. Air matanya tak mau berhenti keluar dari matanya menyesali semuanya. "Sekarang apa uang kamu ibginkan?" tanya Vina lirih. "Menikah denganmu," jawab lirih Albert, berbaring di samping Vina. Lalu meletakkan tangan kirinya tepat di atas perut Vina. Memeluk tubuhnya erat yang kini sudah tertutup helaian selimut putih tebal. Pertama kali dalam hidupku. Aku merasakan hal yang begitu menyakitkan. Tetapi entah kenapa aku merasa bayanhkan dengannya. Apa aku menyukainya. Atau aku menikmatinya.. Ah.. itu tidak mungkin! tidak mungkin! Dasar menjijikkan. "Jangan pergi lagi dariku. Tetaplah di sini bersamaku. Bermalam setiap hati denganku. "Apa yang dia bicarakan. Aku tidak sudi lagi melakukan hal ini." Tubuh lemas mereka saling memeluk erat. Vina yang tidak bis atidur. Dia memutar tubuhnya ke kanan dan kiri. Hatimya merasa sangat gusrah. Entah apa hanya karena dia tidak rela kesuciannya di renggut. "Kesha, menikahlah denganku." Deg! Sebuah kata yang seketika menghentikan hatinya. Rasa sakit saat mendengar kata itu terasa melilit hatinya. Dia ingin menangis. Ingin rasanya merenggut semua nyawanya. Tak terasa butiran air mata keluar dari ke dua matanya. Apa jadinya jika aku menikah dengannya. Orang yang sama sekali tidak mencintai aku. Dan apalagi aku. Sama sekali tidak mencintai dia. Aku takut! Aku takut jika aku hamil anak dia. Hanya itu yang aku takutkan. Gumam Vina dalam hatinya. Sembari melirik ke arah Albert yang sudah tertidur pulas.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN