"Awas! Dia akan tertabrak!"
Teriak seorang perempuan yang melihat Kenzi—anak berusia lima tahun yang berlarian dan hampir tertabrak troli dorong. Namun, bersamaan dengan itu, Nada yang juga tahu situasinya, langsung menarik Kenzi kecil sehingga tidak jadi tertabrak. Membuat semua orang yang melihatnya langsung lega.
Nada berhasil menyelamatkan Kenzi kecil. Beberapa orang di sekitar langsung berlari ke arah Kenzi dan Nada. Pendorong troli pun juga memutari trolinya dan segera melihat yang terjadi di depannya.
"Astaga! Maaf, saya tidak tahu kalau ada anak kecil yang berlari di depan tadi," kata pendorong troli yang terlihat cemas. Beberapa orang yang berkumpul pun membantu Nada dan Kenzi berdiri.
"Tidak apa-apa. Aku hanya melihat anak ini tadi berlari hampir tertabrak. Makannya aku langsung menyelamatkannya," jawab Nada.
Nada lalu melihat ke arah Kenzi dan berjongkok supaya tingginya sepadan dengan Kenzi. "Apa kamu tidak apa-apa? Apa kamu terluka?" tanya Nada pada Kenzi kecil.
"Kakak siapa? Kenapa aku tidak pernah bertemu dengan Kakak?" Kenzi kecil justru balik bertanya.
"Kenalkan, namaku Nada!" jawab Nada dengan bernada ceria menyodorkan tangan ke arah Kenzi. Kenzi tidak membalas jabat tangan Nada. Ia hanya terus memandangi Nada. Membuat Nada heran melihatnya.
"Eee ... siapa namamu?" Nada pun memiliki inisiatif untuk bertanya.
"Kenzi," jawab bocah itu terdengar lugu.
"Kenzi, di mana orang tuamu? Apa kamu sedang tersesat?" tanya Nada lagi.
"Kenzi ...!"
Belum sempat Kenzi menjawab, tiba-tiba terdengar suara seorang laki-laki yang memanggil Kenzi. Laki-laki tampan dengan setelan rapi, berjalan cepat ke arah Kenzi kecil dan langsung berjongkok memegang kedua bahu Kenzi. Nada pun berdiri. Melihat ekspresi laki-laki itu, Nada sudah bisa menebak kalau laki-laki itu mungkin adalah ayah Kenzi.
"Kenzi?! Kemana saja kamu?! Papa mencarimu ke mana-mana!" ujar laki-laki itu dengan setengah mengguncang lengan kecil Kenzi.
Sedangkan Kenzi, hanya diam melihat ayahnya setengah ketakutan. Nada yang melihat sikap ayah Kenzi, langsung mengkerutkan kening. Membuat Nada tidak bisa diam saja.
"Permisi? Apa Anda ayah anak ini?" tanya Nada pada laki-laki itu.
Laki-laki berjas rapi itu pun mengangkat kepala dan melihat ke arah Nada. Ia lalu berdiri. Ia tidak menjawab pertanyaan Nada dan hanya memandangi Nada dengan heran.
"Maaf sebelumnya. Kenapa kamu memarahi anakmu? Bukankah seharusnya kamu menjaganya dengan baik?! Kalau saja tadi aku terlambat, Kenzi pasti sudah tertabrak troli dorong itu!" omel Nada pada ayah Kenzi.
Kenzi yang melihat Nada memarahi ayahnya langsung tersenyum nakal. Ayah Kenzi tidak segera membalas kalimat Nada. Ia hanya memperhatikan Nada dengan tatapan bingung.
"Siapa kamu?" tanya ayah Kenzi pada Nada. Melihat ekspresi ayah Kenzi, Nada justru semakin kesal.
"Wah! Bisa-bisanya kamu tidak berterima kasih dulu, ya?" gerutu Nada sembari berkacak pinggang. "Aku ke sini karena dipanggil interview! Gara-gara kamu yang lalai menjaga anakmu, aku jadi telat menghadiri interview! Kamu orang dewasa, bisa-bisanya kehilangan anak berusia lima tahun?!"
Nada seperti sedang memarahi ayah Kenzi. Kenzi yang melihatnya justru semakin tertawa terpingkal dan nampak puas. Ayah Kenzi pun melihat Kenzi dengan menautkan kedua alisnya setengah kesal dan bingung. Sedang Nada, melihat jam tangannya.
"Astaga! Ini sudah waktunya aku interview!" kata Nada yang setengah terhenyak. Nada lalu kembali berjongkok menghadap Kenzi. "Kenzi, lain kali kalau lari-lari hati-hati, ya," tuturnya.
Kenzi hanya mengangguk dua kali kencang. Sedangkan ayahnya, hanya melihat Nada dan tidak bisa berkata apa pun lagi.
"Bye, Kenzi!" Nada berdiri sembari melambaikan tangan pada Kenzi. Kenzi pun masih tersenyum membalas lambaian tangan Nada.
Tanpa berpamitan dengan ayah Kenzi, Nada langsung berjalan cepat ke arah lift. Setelah itu, ia menuju ke lantai lima untuk interview. Nada merasa gugup dan gelisah menghadapi interview kali ini. Semoga ia bisa diterima kerja menjadi sekretaris di sini.
Tidak lama Nada sampai di lantai lima. Ia pun keluar dan mencari ruangan pak Ardian. CEO yang akan mewawancarainya itu. Setelah sampai di depan ruangan pemilik perusahaan, Nada langsung masuk ke dalam ruangannya.
Namun, begitu berada di ruangan Ardian, Nada melihat ruangannya kosong. Membuat Nada menautkan kedua alisnya heran.
"Ke mana yang namanya pak Adrian itu? Aku dengar dia sangat perfeksionis, tepat waktu dan tidak mentolerir karyawan yang telat? Tapi dia sendiri telat?" gumam Nada berbicara sendiri.
Tidak lama setelah itu, terdengar langkah kaki masuk ke dalam ruangan itu. Nada yang mendengarnya langsung menoleh ke arah pintu masuk. Ia melihat ayah Kenzi yang tadi, berjalan masuk sembari menggendong Kenzi. Membuat Nada heran melihatnya.
"Loh?! Kamu kenapa ikut masuk ke sini?" tanya Nada sambil menunjuk ke arah ayah Kenzi yang sudah berdiri di sampingnya itu. Ayah Kenzi pun justru nampak bingung mendengar pertanyaan Nada padanya. Ia masih terdiam dan tidak segera menjawab Nada.
"Apa jangan-jangan kamu juga dipanggil interview?" tanya Nada lagi. Ayah Kenzi pun semakin menautkan kedua alis heran mendengarnya.
"Apa kamu mau interview?" Ayah Kenzi balik bertanya.
"Ya! Aku kira hanya aku yang dipanggil hari ini. Tidak tahunya ada orang lain. Tapi bukankah kalau sedang interview tidak boleh membawa anak?"
Kenzi yang sedang digendong ayahnya itu kembali tertawa sambil menutup mulut mendengar Nada. Membuat ayah Kenzi dan Nada melihat ke arah Kenzi. Ayah Kenzi lalu hanya menghela nafas berat. Nada pun semakin kebingungan melihat ekspresi mereka.
"Permisi?!"
Tiba-tiba dari arah pintu masuk ruangan, terlihat seorang laki-laki yang masuk. Ia langsung berjalan ke arah ayah Kenzi sembari menundukkan kepala sopan. Nada hanya diam melihatnya.
"Maaf, Pak. Saya tadi sempat kehilangan Kenzi. Syukurlah Kenzi sudah ketemu," ujar laki-laki tersebut. Melihat kejadian itu di depannya, membuat Nada masih berpikir bingung.
"Lain kali perbaiki kerjamu! Sekarang kembalilah bekerja!" pinta ayah Kenzi dengan nada angkuh.
"Ba ... baik, Pak," jawab laki-laki tadi dengan setengah panik. Setelah itu laki-laki tadi langsung ingin undur diri dan akan segera pergi.
"Tunggu!" panggil Nada mencegah laki-laki tadi. Menghentikan langkah laki-laki tadi. "Kalau boleh tahu, apa Anda tahu kapan pak Ardian datang?" tanya Nada dengan polosnya. Laki-laki tadi pun keheranan mendengar pertanyaan Nada.
"Apa kamu masih tidur?! Beliau inilah pak Ardian!" jawab laki-laki tadi menunjuk ke arah ayah Kenzi.
Sontak Nada pun langsung terhenyak dan ia merasa jantungnya langsung naik ke atas leher. Kakinya lemas dan ia merasa panik. Ia bahkan kesusahan menelan ludah karena dalam masa bingung. Sedangkan Kenzi kecil, semakin tertawa terpingkal karena merasa itu lucu.
Aisten laki-laki Ardian pun segera pergi menjauh. Ardian kembali melihat ke arah Nada dengan tatapan dingin. Setelah itu ia mengabaikan Nada dan langsung berjalan ke arah meja kerjanya. Ardian yang sudah sampai menurunkan Kenzi di sampingnya.
"Maafkan saya, Pak! Maafkan saya! Saya benar-benar tidak tahu kalau Anda adalah pak Ardian!" ujar Nada sambil membungkukkan badan berkali-kali.
Ardian hanya terdiam sejenak memperhatikan Nada. Ia lalu mengambil dokumen profil Nada yang rencananya hari ini akan ia interview. Membuat Nada melebarkan kedua matanya dan jantungnya berdebar.
"Ini data profilmu, bukan?" tanya Ardian pada Nada.
"I ... iya, Pak," jawab Nada terbata salah tingkah.
Ardian hanya mengangguk-anggukkan kepalanya pelan dengan tersenyum remeh. Setelah itu ia langsung membuang data profil Nada ke tempat sampah. Membuat Nada terhenyak dan langsung panik.
"Kamu tahu apa artinya, kan? Silahkan keluar!" pinta Ardian dingin dan nada datar.
"Pak! Saya mohon, Pak. Beri saya satu kesempatan lagi, Pak! Saya benar-benar tidak tahu kalau Anda adalah pak Ardian itu. Saya mohon maaf, Pak!"
"Kata maafmu sama sekali tidak ada gunanya! Keluar dari ruanganku!"
"Tapi Pak, bukankah seharusnya Anda tidak mencampurkan masalah pribadi dengan masalah pekerjaan? Saya tadi benar-benar tidak tahu, Pak," mohon Nada.
"Siapa bilang aku mencampurkan masalah pribadi dengan pekerjaan? Aku melihatmu tidak memiliki attitude yang baik. Kamu juga sangat lemot untuk menyadari aku adalah pimpinan di sini. Perusahaan ini tidak membutuhkan orang sepertimu!" ujar Adrian.
Nada sangat kecewa mendengarnya. Tapi, mau bagaimana lagi? Padahal kemarin Nada sangat senang karena secara pribadi dipanggil dan disuruh interview langsung oleh CEO utama perusahaan ini yang bernama pak Ardian. Tapi sekarang ia tidak berdaya karena yang menyuruhnya keluar, juga adalah pak Ardian sendiri.
Ardian sudah mengabaikan Nada dengan kembali menatap fokus laptop miliknya. Membuat Nada semakin tidak ada harapan lagi. Nada pun membalikkan badan dan ia berjalan keluar ruangan Ardian dengan lemas.
"Kakak, tunggu!" seru Kenzi tiba-tiba memanggil Nada. Membuat langkah Nada terhenti. Nada membalikkan badan dan melihat Kenzi. Ardian pun juga menoleh ke arah putranya itu.
"Papa! Aku ingin Kakak itu jadi Mamaku!" ujar Kenzi pada Ardian. Nada terkejut dan langsung melebarkan kedua mata mendengar kalimat lugu Kenzi.