Bab 3. Dicuri Mantan Pacar

1430 Kata
Ardian berjalan memasuki rumahnya. Begitu sudah berada di dalam, ia melihat bi Surti, asisten rumah tangga di rumahnya sedang membersihkan ruang tamu. Bi Surti yang tahu Ardian pulang segera menyambutnya. "Selamat datang, Tuan," "Kenzi di mana, Bi?" tanya Ardian langsung bertanya tentang Kenzi. "Eee ... sebenarnya dari tadi tuan muda terus mengurung diri di kamar dan sama sekali tidak mau makan apa-apa, Tuan," kata bi Surti. Ardian pun menautkan kedua alis. "Sejak kapan?" "Sejak pulang dari sekolah, tuan muda langsung masuk ke kamar. Kelihatannya dia juga sedang marah, Tuan," jelas bi Surti. Ardian pun hanya menghela nafas pelan. "Ya sudah. Kembalilah bekerja." "Baik, Tuan." Bi Surti pun berbalik dan berjalan menjauh. Ardian lalu berjalan menuju kamar Kenzi. Sesampainya di depan kamar Kenzi, Ardian mengetuk pintu Kenzi beberapa kali. "Kenzi? Papa pulang!" ujar Ardian. Namun, dari dalam kamar tidak ada jawaban sama sekali. Membuat Ardian menghela nafas beratnya. "Kenzi, kalau kamu tidak mau menjawab panggilan Papa, Papa akan menghukummu lagi!" hardik Ardian. Namun, sayangnya tetap saja tidak ada jawaban. Ardian tidak bisa sabar lagi. Ia mengambil kunci cadangan yang ia simpan. Setelah mengambilnya, Ardian langsung membuka pintu kamar Kenzi. Ardian melihat Kenzi sedang bermain video game dengan memasang wajah cemberut. Meski ia tahu papanya masuk, tetap saja Kenzi tidak menghiraukannya. Ardian mendekat sembari menghela nafas panjangnya. "Kenzi, apa itu sikap sopan yang sering Papa ajarkan pada orang tua?" tanya Ardian. Tapi Kenzi tetap diam tidak menjawab. "Sekarang katakanlah pada Papa, apa yang membuatmu sangat marah?" "Papa bohong! Papa bilang sebentar lagi aku akan mendapatkan Mama!" jawab Kenzi dengan tetap bermain video games. "Jadi kamu marah hanya karena itu?" "Papa sudah janji untuk mencarikanku Mama! Tapi sampai sekarang aku tidak punya Mama!" seru Kenzi sambil menaruh tabletnya dan melihat ke arah Ardian. "Kenzi, kamu pikir mencari seorang Mama untukmu mudah? Kalau begitu, kenapa kamu terus memusuhi perempuan-perempuan yang dekat dengan Papa?" "Aku ingin Kakak yang menolongku tadi jadi Mamaku!" ujar Kenzi. Ardian pun menautkan kedua alis heran. "Kakak siapa?" "Kakak yang diusir Papa di kantor tadi!" "Kenapa kamu mau dia jadi Mamamu?" "Karena hanya dia yang berani melawan Papa! Selama ini semua perempuan yang Papa kenal selalu mendukung Papa dan balik memusuhiku! Pokoknya aku mau kak Nada yang jadi Mamaku!" Setelah itu Kenzi kecil naik ke atas ranjang dan menutup badannya dengan menggunakan selimut. Tanda bahwa ia tidak mau berbicara dengan Ardian lagi. Membuat Ardian menggelengkan kepala lelah beberapa kali. "Setelah ini kamu harus makan malam! Papa tidak bisa menemanimu karena ada acara dengan Om Ivan," ujar Ardian. Namun Kenzi kecil tidak mau menjawabnya. Ardian hafal jika Kenzi sudah marah dan bersembunyi di dalam selimut seperti itu, maka ia tidak akan mau menjawabnya. Ardian pun hanya mengambil tablet milik Kenzi dan mematikannya. Setelah itu ia keluar kamar lagi dari kamar Kenzi. Ketika sudah berada di luar, Ardian menutup pintu Kenzi. Tepat saat itu, Ivan yang sudah mengenakan jas rapi, baru saja datang dan memasuki rumah. Ardian berjalan menyambut Ivan yang datang. "Kau sudah datang?" sapa Ardian. "Ya! Kita tidak boleh telat," jawab Ivan. Ia menoleh ke arah kamar Kenzi. "Kenapa lagi dengan Kenzi?" "Entahlah? Dia marah dan tidak mau bicara denganku." "Ya sudah. Sekarang kita harus berangkat ke acaranya sekarang!" *** Ardian dan Ivan baru turun dari mobil. Mereka sudah berada di depan gedung megah tempat acara yang sangat penting. Di mana mereka akan mendengar pengumuman hasil proposal pengembangan produk pilihan investor. Acara ini tentu juga diikuti oleh beberapa pimpinan perusahaan snack yang lain. "Seharusnya hari ini kita akan menang! Andai saja kau tidak mengusir perempuan itu. Proposalnya sangat bagus!" ujar. Ivan sambil menghela nafas. "Meski kita memakai proposalnya, kita juga belum tentu menang," jawab Ardian dengan nada datar. "Ya sudah! Ayo masuk saja!" ajak Ivan. Tiba-tiba ponsel Ardian berdering. Ardian pun terhenti, lalu mengambil ponsel dan melihat layar bahwa ada panggilan dari rumah. Ia lalu menunjukkan layar benda pipih itu pada Ivan. "Kau duluan saja. Aku angkat dulu. Ini dari rumah. Pasti dari bi Surti yang melapor keadaan Kenzi," ujar Ardian. Ivan pun hanya menganggukkan kepala menurut. Setelah itu Ivan masuk lebih dulu. Sedangkan Ardian mengangkat ponselnya. "Halo, ada apa, Bi?" "Tuan muda bertanya kapan Tuan akan pulang malam ini, Tuan?" "Aku baru datang, Bi. Tentu tidak akan pulang. Bilang saja tidak usah menungguku dan suruh tidur lebih dulu." "Baik, Tuan," jawab bi Surti. Panggilan pun terputus. Ardian memasukkan kembali ponsel ke dalam sakunya. Ketika ia akan berjalan masuk, tiba-tiba ia terhenti sesaat. Ia melihat seorang perempuan yang tidak asing. Perempuan itu adalah Nada. Nada berjalan dan ekspresinya terlihat kesal. Sepertinya Nada ingin masuk ke dalam. Namun, belum sempat Nada masuk, seorang laki-laki berjalan cepat ke arahnya untuk menghadang. Laki-laki itu sepertinya laki-laki yang dilihatnya dari kaca jendela Ardian dari lantai atas perusahaannya waktu itu. Tentu saja, siapa lagi kalau bukan Haikal. "Nada?! Untuk apa kamu ke sini?!" tanya Haikal yang nampak panik. "Aku pikir aku tidak mau rugi sendiri! Aku ke sini untuk mengambil proposalku yang sudah kamu curi!" jawab Nada tegas. Ardian bisa mendengarnya dengan jelas. Ia jadi menautkan kedua alis heran. "Nada, kita bisa membicarakannya baik-baik. Aku janji akan memberikan apa pun yang kamu mau nanti. Asalkan sekarang kamu pergi dari sini." "Enak saja! Kamu sudah mengatasnamakan dirimu dengan hasil kerja kerasku!" "Nada, tolong. Posisi manajer ini sangat penting untukku." "Kamu pikir usahaku juga tidak penting?!" "Cukup, Nada!" Tiba-tiba terdengar suara seorang perempuan yang datang ke arah Nada dan Haikal. Ardian masih bisa melihat itu dengan jelas, karena terjadi di jarak yang tidak jauh darinya. Tunggu! Perempuan yang baru datang itu bukankah anak pak Hendra? Pemilik perusahaan PT. Mitra Snack? Ardian juga kenal dengan ayah perempuan ini, karena mereka sama-sama pimpinan perusahaan di bidang makanan. Sudah tentu perempuan itu adalah Felisa. Pacar baru Haikal. "Kenapa kamu berani menginjakkan kaki di sini?! Bukankah Haikal sudah memutuskanmu?!" hardik Felisa. "Jangan salah sangka! Aku sendiri sudah tidak sudi dengan Haikal. Tapi aku ingin proposalku kembali! Aku tidak rela jika buaya ini menggunakan proposalku dengan seenaknya!" balas Nada. Melihat drama asli di depannya, Ardian sepertinya langsung bisa menebak apa yang terjadi di antara mereka bertiga. "Tidak bisa! Itu sudah menjadi hak milik Haikal! Sekarang pergi kamu dari sini!" Felisa yang sedang membawa segelas minuman itu langsung menyiramkannya ke arah baju Nada. Tentu saja Nada terkejut dibuatnya. Begitu juga dengan Haikal yang tidak menyangka. Sedang Ardian hanya menautkan kedua alis melihat tontonan gratis di depannya. "Kurang ajar! Berani-beraninya kamu menyiramkan minuman di bajuku?!" seru Nada tidak terima. "Security!" panggil Felisa pada beberapa security yang ada di dekat mereka. Dua orang security pun datang menghampiri. "Iya, Nona?" "Bawa gadis itu keluar! Dia tidak punya undangan!" pinta Felisa. Security pun langsung menjalankan perintah Felisa. Kedua security itu langsung memegangi kedua lengan Nada secara bersamaan. Sedangkan Felisa langsung menggandeng lengan Haikal dan mengajaknya kembali masuk ke dalam. Ardian melihat Felisa dan Haikal sudah masuk kembali. Lalu Ardian melihat Nada yang ditarik paksa oleh security itu. Membuat Ardian jadi sedikit kasihan. Ardian pun akan berjalan mendekati Nada untuk menolongnya. "Ar! Apa yang kau lakukan?!" Tiba-tiba Ardian merasa ada yang memukul pundaknya pelan. Membuat Ardian terhenyak. Ia menoleh ke samping dan Ivan sedang menyusulnya. "Pengumuman pemenang segera akan dimulai! Ayo masuk!" ajak Ivan yang kemudian berjalan masuk lebih dulu. Ivan sudah kembali masuk ke dalam. Namun, Ardian tidak langsung mengikuti Ivan masuk. Ia kembali menoleh ke arah Nada yang sudah dipaksa security menjauh itu. Ardian nampak ragu sejenak. Tapi karena ia mendengar pengumuman pemenang akan segera muncul, Ardian pun memutuskan untuk masuk saja. Ardian sudah masuk dan melihat pembawa acara mengumumkan hasilnya. Ia berdiri di dekat Ivan. Ivan juga nampak lega melihat Ardian sudah ada di sampingnya. "Siap-siap! Kita masih memiliki kesempatan," kata Ivan penuh harap. "Dan yang berhasil menjadi pilihan para dewan direksi kali ini adalah ...." Pembawa acara membuka sebuah kertas yang menunjukkan hasilnya. "Snack Bar Kolagen dari Haikal PT. Mitra Snack!" seru pembawa acara lagi. Seketika saat itu, Ardian dan Ivan sama-sama terhenyak. Mereka tahu jelas tentang ide produk Snack bar kolagen yang menjadi pemenang itu adalah proposal milik Nada yang telah lolos seleksi Ardian awalnya. Sebelum ia membuang proposal itu ke dalam sampah. Tapi, proposal itu sekarang milik laki-laki bernama Haikal. "Bukankah itu proposal dari pelamar perempuan bernama Nada itu?!" tanya Ivan yang sama sekali tidak tahu apa-apa. "Kenapa bisa atas nama Haikal?! Siapa dia?!" tanyanya lagi. Sementara Ivan masih kebingungan, tapi Ardian tahu apa yang terjadi. Ia lalu menolehkan kepala ke arah luar pintu gedung ini. Dari sana, ia masih bisa melihat Nada yang baru diusir tadi. Nada berjalan menjauh dari gedung ini dengan langkah lemas dan terus menundukkan kepalanya. "Jadi proposalnya benar-benar dicuri oleh pacarnya yang berselingkuh itu?" gumam Ardian dalam hati.

Cerita bagus bermula dari sini

Unduh dengan memindai kode QR untuk membaca banyak cerita gratis dan buku yang diperbarui setiap hari

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN