Hari itu usai dirinya menari, Iwan dan Subroto Pun pulang kerumah masing-masing, Kinanti istri Iwan telah lelap tertidur di sofa depan, ia tak terbangun saat Iwan datang. Mungkin ia telah terlalu lelah menunggu semalaman.
Kinanti yang rupawan tidur terlelap dengan daster tersingkap sebatas paha tak membuat Iwan suaminya tertarik.
Iwan memilih masuk kamar tidur dan menguncinya dari dalam. Tubuhnya nampak letih hingga ia terbawa oleh keadaan. Imajinya menerawang pada kecantikan Kenanga dan aroma melati yang menyebar dari tubuhnya setiap ia mendekati laki-laki yang dipilihnya. Bila banyak uang yang ia terima maka Kenanga akan mengecup bibir sang hartawan yang dermawan kemudian melepasnya. Hanya sekejap bibir kenanga tertempel namun telah mampu membangkitkan gairah yang luar biasa.
Khayalan Iwan terus mengembara, Kenanga menggeliat diatas perut buncitnya. Iwan tak tahan, ia meliuk melawan ciuman Kenanga hingga lahar miliknya terlempar. Malam itu ia demikian telah terpuaskan oleh Kenanga.
Iwan sama juga seperti lelaki lainnya, mereka berlomba mendapatkan kepuasan setiap malam.
Lelaki mana yang tak tergoda dengan pelayanan dan erotisme tingkat tinggi yang mampu membuat mereka kembali hidup dan bersemangat. Mereka hampir tak berfikir dengan apa kenikmatan itu mereka dapatkan mereka hanya berfikir bagaimana caranya menjadi nikmat. Itu saja.
Para lelaki di desa Mekar giat bekerja, pagi hingga senja, tapi sayang uang mereka tersedot oleh keganasan tarian Kenanga.
Saat mereka lelah, senyum Kenanga mampu membangkitkan semangat mereka.
Sepanjang hari mereka memeras keringat hanya agar dapat hadir menyaksikan tarian Kenanga. Mereka tak lagi perduli oleh nasehat para istri di rumah.
Hari berganti, minggu berjalan, bulan berlalu, diskotik itu makin ramai, semakin viral, semakin dikenal.
Cerita tentang Kenanga bertebaran, tentang tarian, tentang kecantikan dan tentang khayalan laki laki yang terpuaskan.
Sebagian mencibir, sebagian lagi percaya bahwa Kenanga memang murni seorang penari.
Bram sang pemilik pun banjir uang, Kenanga bergelimang kemewahan. Hampir setiap malam Bram meraup keuntungan tiga kali lipat dari sebelum Kenanga datang.
Tarif para pelacurnya pun ikut bertambah, hal ini otomatis membuat Kenanga jadi punya banyak teman. Bram melupakan semua istri istri yang dulu didatanginya bergantian. Baginya Kenanga adalah pusaran yang berisi kemenangan, juga kepuasan. Bram enggan berpaling.
“Trims ya cantik, gara-gara kamu ada di sini tarif ku sekarang jadi naik satu juta lho say,”
Kenanga tersenyum saat Nurul masuk kamarnya dan bercerita. Kenanga rebah di atas ranjang empuk hadiah dari Bram untuknya waktu itu.
“Mbak, tinggal dimana?” tanya Kenanga tiba-tiba.
“Aku asli kampung durian, kenapa”
“Mbak punya anak ?” tanya Kenanga lagi
“Punya kenapa?”
“Mbak nggak kangen ?” Kenanga bertanya lagi.
“Ya, kangen lah. Emangnya kenapa ?” Nurul tersenyum.
“Aku kangen anakku.”
Kenanga tengkurap, membenamkan wajahnya di balik bantal. Tiba-tiba ia terisak membuat Nurul merasa iba.
“Kamu kan kangen dengan anakmu, kenapa nggak ijin saja dengan bos Bram untuk minta pulang mengunjunginya.”
Kenanga bangkit. “ Bos Bram tidak akan setuju aku pulang mbak, lagipula aku tidak siap dengan cibiran warga saat melihat aku datang nanti.”
Nurul mengangguk-angguk seolah faham.
“Mbak hari ini istirahat disini ya, aku ingin punya teman malam ini,”pinta Kenanga memohon pada Nurul.
Nurul memahami isi hati Kenanga, Nurul merasakan derita yang dirasakan Kenanga. Tak ada seorang pun yang ingin jadi p*****r, andaipun ada yang sampai menjadi p*****r karena hatinya telah patah, jiwanya telah cedera, dunia telah melukainya.
Para p*****r yang berada di diskotik inipun mempunyai rasa yang sama, andaipun mereka sampai tenggelam karena mereka belum punya keberanian untuk pulang.
Meski apapun alasannya dosa akan menjerat mereka. Dimata Tuhan mereka menjadi hina terlebih pun di mata manusia. Mereka semua menyadarinya namun sungguh, mereka juga butuh hidup layak dan dibanggakan, suatu hari nanti, meskipun tidak satu orangpun tahu kapan itu terjadi.
“Aku mau tidur di sini, asal kamu mau bilang sama bos Bram dulu,” Nurul memberi perintah seperti mami Sisil Kenanga terbahak.
“Mas,”, panggil Kenanga lembut saat panggilannya diterima oleh Bram.
“Iya, kenapa sayang ?”
“Malam ini mbak Nurul tidur di sini ya,” Kenanga merengek.
“Nurul yang mana?”
“Mbak Nurul yang tinggi, yang cantik, yang rambutnya pirang.”
“Ach, aku tidak ingat satu persatu dari mereka,” tukas Bram kemudian.
Bram mengalihkan panggilannya menjadi panggilan video hanya sekedar untuk memastikan siapa Nurul yang dimaksudkan Kenanga. Kenanga sigap segera menerima panggilan tersebut.
“Oh, Nurul yang itu, iya, oke” suara Bram mengijinkan.
“Terimakasih ya sayang,” ujar Kenanga senang. Malam itu Kenanga dan Nurul bercerita panjang lebar. Sejak saat itu Kenanga merasa memiliki teman.
Di tempat yang lain,
Seorang petinggi negri datang menemui Bram. Mereka berjanji bertemu di sebuah hotel mewah.
Bram datang, penasaran dengan keinginan petinggi tersebut. Itu sebabnya hari ini ia tidak berada di kamar Kenanga.
Laki laki empat puluh lima tahun yang sudah dua kali menjabat sebagai wakil rakyat, juga putra dari pengusaha tambang emas terkaya itu menawarkan sebuah pulau dengan tanaman gaharu 15 hektar.
Bertukar dengan mempertemukan Kenanga dengannya tiga malam saja.
Bram gamang,
Kenanga adalah kunci kesuksesan usahanya, akankah ia biarkan hilang begitu saja.
Tapi tawaran yang diberikan begitu menggiurkan.
“Bagaimana pak Bram?”
“Beri saya waktu untuk berfikir,”
“Berapa lama ?’”
“Tiga hari.”
“Ach itu terlalu lama.”
“Oke kalau begitu satu malam “ tukas Bram cepat. Mereka saling menjabat pertanda pembicaraan mereka usai dan akan bersambung esok malam. Pejabat tersebut mengantarkan Bram pulang. Bram melangkah dalam gamang. Disepanjang jalan Bram membayangkan Kenanga bergumul dengan laki-laki lain, entah kenapa ia demikian merasa cemburu. Kecemburuan luar biasa yang tidak pernah ia rasakan pada para istrinya yang lain.
Saat Bram datang Kenanga bersiap menari, tapi Bram memegang lengannya.
"Kamu tidak lelah?"
"Tidak" jawab Kenanga datar, heran juga ia kenapa Bram tiba tiba menanyainya begitu.
Bram menyentuh pipi Kenanga lembut, “aku kangen, Kenanga” jawab Bram. Ia menghambur kedalam pelukan Kenanga. Kenanga heran, ada apa dengan Bram hingga bisa seaneh ini.
Bagi Kenanga akan lebih baik menjadi penari dari pada harus melayani banyak lelaki.
“Mas kenapa?” tanya Kenanga lekat. Yang ditanya hanya diam wajahnya memancarkan mendung.
Kenanga akan kehabisan waktu bila terus berada di sini menunggui Bram, ia tak akan punya waktu untuk berbenah sebelum tampil. Akhirnya Kenanga memilih berjalan meninggalkan Bram dalam diam.
Bram tak menghalangi kepergian Kenanga ke lantai bawah tempat suara dentuman musik berpendar-pendar, Bram sedang sibuk dengan kegelisahannya sendiri. Selama ini ia begitu menghargai uang dan kekayaan tapi kenapa ia menjadikan Kenanga melampaui semuanya.
Lamat-lamat suara Kenanga terdengar dari kamarnya, Bram enggan turun, ia ingin di kamar ini menanti Kenanga hingga usai dengan aksinya.
Hingar-bingar dan teriakan laki-laki liar itu terus bergemuruh. Meneriakkan kehebatan Kenanga. Mereka seolah tersihir, gegap gempita ini terjadi setiap hari sepanjang malam.
Uang berterbangan menuju panggung, laki laki berbaju hitam memunguti uang yang berserakan.
Kenanga tersenyum,
Semua terpesona...
Terdengar suara pintu di buka, pukul 02.00 dini hari.
"Kenanga...."
“Hmmm “ jawab Kenanga pendek. Ia meletakkan setumpuk uang kertas diatas tempat tidurnya. Bram sama sekali tidak berkomentar.
“Nanti usai mandi aku ingin berbicara denganmu,”
Kenanga tidak menjawab, ia hanya ingin membersihkan tubuhnya. Usai semua Kenanga selesaikan, ia duduk bersilang kaki di depan Bram dengan gaun malam berwarna hitam tanpa penutup bagian dalam.
Bram akhirnya bercerita tentang tawaran itu.
"Bagaimana menurutmu?" tanya Bram.
"Terserah" jawab Kenanga datar. Hatinya sudah tidak mampu merasai apapun. Bahkan ci**man pun terasa seperti air mineral.HAMBAR.
"Aku akan membagi nya denganmu"
Penjelasan Bram panjang lebar.
"Oke..." jawab Kenanga tegas.
Bram melenguh...
Malam ini Bram tidak minta bercinta, ia hanya ingin melihat Kenanga tertidur tenang.
Jatuh cinta kah Bram pada Kenanga? Kenapa ada perasaan tidak rela dalam hatinya saat membiarkan Kenanga bersama orang lain?
Tapi...
Tawaran itu...
'Aku akan menikahi mu Kenanga, dan kita akan hidup dengan baik...' hati Bram menggumam, sambil menyaksikan Kenanga terpejam.