Lily melangkah menuju ruang kerja Bram, ia tegarkan hatinya. Sesampai di ruang kerja itu ia melihat Bram sedang bersandar di kursi besarnya. Ia menatap Lily dengan tatapan dingin, seolah telah lupa pada semua kenangan bersama dengannya. Lily pun tersenyum tipis. "Aku pergi." "Semoga kamu baik-baik saja." Ucap Lily tanpa memandang. Bram masih diam. "Aku minta hak ku atas harta yang sudah kita kumpulkan bersama." "Berapa yang kamu minta ?" "Berapa yang kamu punya." "Kamu sebutkan saja aku akan tanda tangani permintaanmu." "Aku minta dua puluh lima persen dari harta mu. Uang tunai, tanah, juga mobil." "Oke." Bram bangkit menuju brankas, membuka brankas itu dan mengeluarkan surat berharga dari dalamnya. Sepertinya Bram memang niat menceraikan dirinya. Lily makin merana. "Aku berik