TJCPP 23

1018 Kata
"Bersyukurlah karena aku tidak akan menindasmu di tempat ini," bisik Myrin lagi. Alvaerelle tahu cara berdansa, ini berkat tubuh Alvaerelle yang mengingat dengan jelas gerakan dari dansa ini. Meski dirinya tetap gugup. Menyentuh tangan Myrin saja membuat tubuhnya meremang. Ketakutan. Sensasi dari sentuhan mereka sangat mengerikan. Dia tidak suka itu. Alunan musik pun berhenti. Dia lalu membungkuk dan memberi kehormatan satu sama lain. Pesta ini lebih baik cepat selesai. Dia tidak ingin menimbulkan kekacauan di aula. Belum lag Myrin itu lebih menyebalkan dari pada yang dia duga. Ingin rasanya menjitak laki-laki itu habis-habisan. Bahkan kalau bisa membunuhnya saja. Sikap menyebalkan itu sangat mengganggunya. Alvaerelle awalnya mengira jika pertunjukan ini sudah selesai. Nyatanya tidak. Dia tidak menyangka kalau Myrin justru kembali menariknya lagi. Kali ini lebih erat dan tidak lupa tatapannya lebih tajam. Entahlah mau ke mana lagi elf laki-laki ini akan membawanya. Mereka menaiki satu per satu anak tangga hingga berada di puncak. Lalu dia melihat Raja dan Ratu sebelumnya tengah berdiri. Oh sial, jangan katakan kalau ini adalah tempat di mana dia harus bertunangan dengan Myrin. Andai saja dia bisa meminta Kyle membawanya kabur sejak awal. "Kalian tampak serasi," ujar sang Ratu dengan senyum mengembang. "Jika saja gadis itu tidak memiliki sihir, aku tidak akan menjodohkannya dengan keluarga Myrin," sindir sang Raja. Lalu seorang pelayan masuk membawa sebuah cincin yang sangat cantik, tetapi mematikan. Tentu, setelah jarinya tersemat oleh cincin, maka dia akan terjebak dengan Myrin sampai pernikahan. Tidak ada kata berpisah. Miris sekali. Dia bahkan tidak tahu harus berkata bagaimana lagi. "Myrin, sematkan cincin ini di jari calon tunanganmu. Dengan begitu, kalian bisa menunjukkan kalau kalian adalah tunangan sekarang," jelas sang Raja. "Tentu, Yang Mulia Raja. Terima kasih sudah menyeduakan cincin indah ini," balas Myrin sambil tersenyum memaksa. Alvaerelle tahu kalau tidak ada cinta di sana. Dia lalu menengok ke bawah. Tidak ada yang baik dalam keadaan ini. Bahkan ketika matanya bertatapan langsung dengan elf berambut hitam di hadapannya. Dia sama sekali tidak tenang. Cincin ini memiliki hawa yang aneh. Dia tidak tahu kenapa rasanya sangat aneh. Bahkan setelah terpasang, kepalanya menjadi sangat pusing. "Selamat datang di nerakamu, Alvaerelle Zinsastra. Aku sudah menyihir cincin itu agar kamu tidak bisa memberontak dengan apa yang kukatakan," bisik Myrin di samping telinganya. Belum sempat membalas, Myrin justru mencium mulutnya. Melumat bibir Alvaerelle di depan khalayak. Jujur dia ingin menampar laki-laki itu. Namun, ternyata Myrin sudah lebih dulu menahan kedua tangannya. Sungguh, perasaannya tidak tenang. Dia tidak yakin kalau saat ini dirinya baik-baik saja. Sensasi aneh ini, apakah berasal dari cincinnya? Myrin lalu melepaskan pegangan pada tangan Alvaerelle. Namun, tidak sampai di sana, laki-laki itu justru semakin memperdalam ciumannya. Bahkan memaksa agar Alvaerelle menikmatinya. Hal yang paling tidak mungkin dia lakukan. Bisakah dia menangis sekarang? Dia sudah sangat malu. Tiba-tiba Myrin pun melepaskan ciumannya. Melihat gadis di hadapannya dengan wajah yang begitu merah. Lalu dia menyeringai. Alvaerelle sangat ingin menangis menyadari apa yang sudah ditunjukkan oleh Myrin di depan umum. Ini terlalu bertentangan dengan norma yang berlaku di dalam hidupnya. "Lebih baik jika kalian ingin melanjutkannya, carilah tempat yang tertutup. Pesta ini tidak akan ada masalah meski kalian tidak ada," ucap sang Ratu yang malah mendukung Myrin. Refleks Alvaerelle pun menggeleng. "Tidak, ini ... Ini ... tidak seperti apa yang dibayangkan oleh Yang Mulia Ratu dan Raja. Terima kasih, saya izin menyapa tamu lebih dulu." "Kamu pikir, kamu bisa menyapa tanpaku?" lanjut Myrin yang lalu menarik tangan gadis tersebut. Buru-buru laki-laki itu pun menggenggam tangan Alvaerelle. Mereka pun turun ke bawah bersama-sama. Benar ucapan Myrin. Di tempat ini, laki-laki itu tidak dapat menindasnya. Alvaerelle tidak ingin mendapatkan masalah lebih lanjut. Cukup dengan ciuman tadi. Oh bahkan memikirkannya saja sudah membuat merona. Hebat sekali. Myrin benar-benar mengajak Alvaerelle untuk menyapa satu per satu tamu. Memperkenalkan bahwa mereka adalah pasangan resmi yang tidak terikat apa pun. Benarkah? Alvaerelle ingin menangis jika dapat mengingatnya lagi. "Ikuti aku," ucap Myrin. Bagai sihir, kakinya turut mengikuti langkah laki-laki itu. Dia tidak dapat menolak bahkam sekedar bicara. Ternyata pengaruh sihir Myrin sangat mangkus. Sial. Jika dia harus menuruti segala permintaan laki-laki itu, maka dia tidak akan tahu hal aneh apa yang akan dimintanya. Asal bukan ciuman, Alvaerelle tidak akan masalah. "Alvaerelle, kamu memang menyebalkan. Mungkin sedikit hukuman bisa menyadarkan pikiranmu lebih dahulu," jelas Myrin dengan senyum menyungging. Alvaerelle berusaha untuk lepas dari genggaman tangan itu. Tempat ini sepi. Tidak ada yang berlalu lalang. Dia paham kalau balkon menjadi sepi karena orang-orang sedang berpesta di dalam sana. Oh, entah kenapa dia merasakan firasat yang buruk. Myrin tiba-tiba membanting tubuh Alvaerelle ke tembok. Laki-laki itu mempersempit jarak di antara mereka. Tidak. Ini sangat menyebalkan. Apakah begini caranya Myrin ingin menindasnya? Dia tidak mau melakukan ciuman tanpa cinta. Bukankah dasar dari kesetiaan adalah cinta? Pertunangan ini pasti tidak akan bertahan lama. "Kenapa kamu memiliki sihir pelindung dari Ayred?" tanya Myrin pelan, tetapi menusuk. "Tuan Ayred hanya berlaku sopan. Aku tidak tahu betul soal sihir pelindung itu. Tolong menjauhlah dariku, Pangeran Terhormat, Myrin Elpentor," titah Alvaerelle dengan tegas. Myrin mendengus. Laki-laki itu justru mengangkat kedua tangannya di atas kepala. Menahan kuat-kuat. "Sihir pelindung tidak akan menyelamatkan dirimu dari cincin yang aku tempa dengan sihir kebencian." "Kamu tega, aku tidak mungkin pernah mencintaimu, Myrin," ucap Alvaerelle tidak mau kalah. "Hah! Kamu tidak tahu diuntung. Tenang saja, aku akan membunuhmu perlahan-lahan dengan siksaan batin dan fisik. Ini tugasmu untuk membalas kesalahan Keluarga Zinsastra," jelas Myrin. "Bahkan meski bukan aku yang melakukannya? Bagaimana mungkin seorang Raja tidak mau mendengarkan rakyatnya bersuara? Aku selalu benci makhluk sepertimu. Mengandalkan intuisi tanpa mengetahui perasaan orang lain. "Hentikan omong kosongmu, atau aku akan mencium dirimu lagi," ujar Myrin dengan tatapan tajamnya. "Lakukan saja. Kamu memang lebih buruk ketimbang Tuan Ayred. Sudah kukatakan aku akan membencimu selamanya. Silakan tindas aku sesukamu!" tantang Alvaerelle tanpa ada rasa takut sedikit pun. "Kamu akan menyesal dengan pilihanmu," ucap Myrin. Laki-laki itu segera mendekatkan wajahnya pada Alvaerelle. Kembali dia mencium gadis itu. Kali ini memaksa masuk, memaksa agar gadis itu mengikuti kehendaknya. Menikmati tiap sensasi dari mulut mereka yang bertaut. Tanpa Myrin ketahui kalau Alvaerelle sudah menangis. - - - - - - - - - - - - - - -                                           
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN