TJCPP 31

1053 Kata
Hari semakin membenamkan dirinya hari ini, meminta untuk beristirahat barang sejenak. Pertanda buruk untuk para elf. Jika mereka berdiam lebih lama, makhluk-makhluk aneh dan mengerikan akan bermunculan. Tidak jarang hewan yang terlihat sangat imut pun menjadi ganas ketika malam tiba. Salah satu hewan itu adalah kelinci berekor merah. Hutan yang menutupi wilayah Kerajaan Iredale membuat mereka tidak lupa kalau berbagai macam hewan pun ada di sana. Tidak baik jika malam datang, para elf yang lemah dalam pertarungan tetap berada di ruang lingkup monster. Jadi sore hari adalah waktu yang tepat untuk para gadis. Myrin juga tidak mau membawa banyak-banyak masalah jika selanjutnya para gadis terluka atau bahkan hilang di malam hari. Kecuali itu para prajurit terpilih. “Putra mahkota, satu per satu gadis mulai kembali ke tempat persinggahan dan tidak ada satu pun yang berhasil membawa kelinci dengan ekor merah. Bagaimana tindakan Anda selanjutnya?” jelas seorang prajurit yang merupakan tangan kanannya juga. “Bagaimana dengan para prajurit?”  tanya Myrin acuh tak acuh pada perburuan ini. “Mereka juga tidak menemukan keberadaan kelinci dengan ekor merah. Sepertinya kali ini pun kelinci itu terlalu sulit untuk dilacak. Kecuali kita mencarinya di tengah malam,” jelas si prajurit. “Apa ada baiknya Anda mencari orang yang memiliki buruan paling baik?” “Sejak awal aku berencana begitu. Tidak mungkin mereka bisa menangkap kelinci merah dan mereka hanya akan mendapat apresiasi, bukan permintaan khusus sesuai yang aku janjikan,” balas Myrin sambil tersenyum memperhatikan satu per satu kontestan yang berwajah murung. Dia tidak akan membiarkan orang lain mengacaukan niatannya untuk menindas keluarga Zinsastra. Perlahan-lahan Myrin akan melukai gadis yang telah membuat orang tuanya terluka. Satu per satu, dia akan mulai membunuh batin gadis itu sampai tunangannya berlutut. Memohon-mohon agar Myrin membunuhnya saja. Hanya itu yang dia inginkan. Dia tidak akan membiarkan para gadis keluarga Zinsastra akan hidup dengan aman dan damai. Termasuk tunangannya, Alvaerelle Zinsastra. Hari sudah semakin larut dan memintanya untuk mencari tahu keadaan tentang bagaimana kondisi gadis tersebut. Padahal sejujurnya dia memerlukan waktu untuk mengetahui apa saja yang terjadi. Jika gadis itu mati, ajang balas dendamnya tidak mungkin terjadi. “Pangeran Mahkota, mereka sudah datang semua dan ini sudah terlalu larut jika kita harus mengumumkan hasilnya. Apa kita harus pergi sekarang?” tanya sang prajurit lagi. Myrin mengangguk. Dia menanggapi ucapan prajurit yang mengatakan semuanya sudah datang. Tentu itu termasuk tunangannya, Alvaerelle. “Baiklah, ayo kita pergi.” Prajurit itu mengangguk dan segera menghampiri jajaran orang di ujung sana yang sedang merapikan barang bawaannya. Sementara Myrin baru saja menyelesaikan doanya kepada Dewi Hutan. Sudah menjadi hal lumrah, karena sang Dewi sendirilah yang mengizinkan mereka untuk berburu dan menjaga ekosistem di dalam hutan. Setelah itu, dia pun segera mengikuti orang-orang yang mulai masuk ke kereta kuda masing-masing. Dia sebenarnya enggan. Namun, tidak ada salahnya untuk mengejek buruan gadis itu. Myrin sangat percaya jika tunangannya hanya akan berhasil menangkap satu ekor burung. Tidak ada hal lain lagi. Jadi dia berjalan ke kereta kudanya. Akan tetapi, ketika dia membuka pintu kereta kuda, tidak ada siapa pun di sana. Buru-buru dia menutupnya kembali dan melihat ke sekitar. Satu per satu elf sudah masuk ke dalam kereta kuda mereka. Lantas di mana tunangannya? Myrin pun segera melirik pada kusir dan pengawal yang berada di sekitarnya. “Di mana dia?” tanya Myrin selintas. Tentunya semua orang tahu siapa yang tengah tuan mereka katakan. “Apa dia belum menaiki kereta kudanya?” “Maaf, pangeran Mahkota. Sejak tadi kami tidak melihat sedikit pun keberadaannya di sekitar sini. Bahkan mencium nafas atau mendengar langkah kaki nya saja tidak. Mungkin dia memang belum sampai,” jelas kusir yang tidak lupa menundukkan kepalanya. Myrin mengepalkan tangannya. “Sial! Kenapa dia menyusahkan saja? Para pengawal kembalilah bersama para gadis. Tinggalkan dua kuda dan isi saja kereta kudanya oleh kalian, lalu pergilah.” “Pangeran Myrin, karena ini sudah hampir malam ... ada baiknya jika Anda tidak menyuruh saya untuk pergi tanpa Anda,” jelas Tangan Kanannya Myrin. “Kesatria Filan aku senang karena kamu memiliki pendapat yang serupa denganku. Baiklah, mari kita pergi sekarang sebelum semua tampak lebih buruk lagi,” jelas Myrin pada Tangan Kanannya sambil tersenyum simpul. Baik Myrin ataupun Filan pun segera menaiki kuda yang telah ditinggalkan oleh para prajurit. Mereka berniat untuk menyusuri hutan dengan kuda-kuda tersebut agar lebih cepat. Selain Myrin berpikir kalau saat ini Alvaerelle sudah membuatnya bingung setengah mati, dia juga belum punya alasan yang tepat. Akan menjadi buruk jika Kerajaan Fayfault memiliki reputasi bahwa kedua tunangan dari Pangeran Myrin Elpentor justru meninggal dalam waktu singkat. Dia tidak memikirkan tentang dirinya sendiri yang dikatakan memiliki kutukan atau bahkan memang terkutuk. Ini mungkin diakibatkan oleh kejadian beberapa tahun lalu ketika Myrin bertemu dengan peri kecil di hutan saat berburu. Apa karena dia sedikit usil jadi peri itu memberikannya kesialan. Oh tidak dan tentu tidak. Dia tidak memercayai hal seperti itu. Lalu dia mendengar aungan cukup keras. Suara familier dari kelinci ekor merah yang sudah berubah menjadi monster mengerikan. Setahunya mereka hanya akan mengaung ketika ada mangsa dan makanan. Jantung Myrin berdegup dengan keras. Entah kenapa dia merasa jika tunangannya mungkin belum menyelesaikan perintahnya. Gadis itu tidak mungkin berani melarikan diri darinya. Jadi segera dia mengarahkan kuda itu ke tempat di mana Myrin membuat tunangannya terdiam di sana. Matanya yang sipit memberikan jangkauan lebih tajam ke depan sana. Jarak penglihatannya pun semakin luas. “Pangeran Mahkota, apa Anda akan pergi ke tempat di mana kelinci ekor merah berada,” jelas Filan. Myrin memekakan kembali pendengarannya. Dia tahu suara kelinci merah berasal dari tempat di mana dia meninggalkan Alvaerelle. “Kita perlu memeriksa tempat itu. Terakhir kali aku meninggalkan dia di sana dengan sihir yang membuatnya tidak akan bisa pergi sebelum menyelesaikan tugasnya.” “Apa maksud Pangeran, Nona Zinsastra mungkin belum menyelesaikan tugasnya di sana? Kalau begitu ini akan sangat gawat. Bisa saja monster kelinci dengan ekor merah akan menyerangnya. Anda tahu seberapa ganasnya kelinci itu jika sudah berubah jadi monster,” jelas Filan. “Benar, Filan. Kemungkinan besar begitu. Sebaiknya kita lebih cepat. Alvaerelle Zinsastra tidak boleh mati lebih dulu. Hidup dan matinya ada pada tanganku,” jelas Myrin sambil memacu kudanya lebih cepat. “Filan, siapkan senjatamu. Kemungkinan terburuk kita akan menyerang kelinci berekor merah itu di sini dan sekarang.” - - - - - - - - - - - - - - -
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN