TJCPP 2

1006 Kata
Fayfault, itu adalah tempat yang sama sekali tidak dia kenali. Meski dia memiliki ingatan yang bagus dalam pelajaran sejarah, dia tidak dapat menemukan satu nama yang serupa. Tidak ada negara dengan nama seaneh itu. Dugaannya mungkin benar, ini bukanlah tempat tinggalnya. Ini bukanlah rumahnya. Jika diingat-ingat kembali, dia seharusnya baru saja keluar dari toko. Pergi dengan buru-buru menggunakan bus. Lalu, tiba-tiba kepalanya sakit. Ada suara nyaring yang membuat kepalanya semakin didera, sakit. Matanya melotot dan napasnya tersenggal-senggal. Lalu semua itu berganti dengan ledakan dan dia merasa akan bangun di rumah sakit, bukan di Fayfault. Apakah ini negeri dongeng? Entah bagaimana, tetapi Alvaerelle meyakini hal itu. Lihat saja bagaimana mereka memiliki telinga yang panjang. Mirip dengan para elf di film-film fantasi yang sekelebat muncul di TV. Apa mereka juga memiliki sihir? Jika benar, habislah Alvaerelle. Seharusnya dia tidak macam-macam pada Gaylia jika dirinya masih ingin hidup. Setidaknya dia harus bertahan hidup untuk mengetahui jalan untuk pulang. Lantas, bagaimana bisa dia menyeberangi dimensi lain ini? Alvaerelle cukup kebingungan dalam menjawabnya. Dia bukanlah seseorang yang menyukai ilmu fisika dan dia tidak mentehaui apa-apa soal dunia paralel.. Dia tidak mengerti. Kenapa dirinya di dunia ini pun memiliki nama Alvaerelle? Apa mungkin ini kehidupannya setelah kematian? OH JANGAN SAMPAI! “Nona Alvaerelle, sebaiknya Anda kembali beristirahat saja. Mungkin setelah beristirahat, ingatan Nona akan pulih secepatnya,” jelas Leia. “Tidak, aku tidak bisa. Tolong jelaskan padaku sedikit tentang apa tempat ini, sepertinya ingatanku tidak akan pulih,” ucap Alvaerelle dengan keahliannya dalam berakting. Hanya trik itu yang bisa membuatnya memperoleh informasi.. Dan dia sedang sangat membutuhkannya, siapa tahu ada cara untuk terlepas dari belenggu ini.  Leia, pembantu berambut pirang itu baru saja akan berbicara sampai seorang pria dan wanita dengan rambut jerami seperti Gaylia pun muncul. Wajah mereka sangat tegas seperti petarung yang siap menjadikan musuhnya menjadi sekaleng sarden. Alvaerelle menelan ludah. Apa mereka diperintahkan datang oleh Gaylia? Gawat-gawat. Dia tidak ingin mati, dia harus segera kembali ke tempat asalnya. Bersekolah tinggi, lalu menata hidupnya dengan lebih baik lagi. Intinya dia tidak ingin mati lebih dulu. Alvaerelle mencoba menenangkan dirinya. Dia tidak boleh gegabah apalagi salah berbicara.. Bisa gawat. Dia tidak mau kepalanya dipenggalbudakan kapak berukuran besar yang dijatuhkan dari atas. Ini terlalu dramatis untuk dipikirkan, tetapi cara pembunuhan di dunia fantasi selalu aneh dan sangat menakutkan. Di satu sisi dia sangat suka jika orang yang bersalah dihukum mati, tetapi di sisi lain dia tidak suka kalau kepalanya yang ada di sana. Bagaikan sedang terkena karma dari pemain-pemain yang tidak dia sukai. Oh ayolah! Andai rasa sakitnya ini menghilang begitu saja, dia akan berusaha untuk kabur dari tempat ini. Lalu dia akan mencari cara agar dapat kembali ke tempat awal tempat di mana dirinya harus berada. “Aku dengar kamu sudah bangun, Alvaerelle. Setelah seminggu tidak sadarkan diri karena kebodohanmu sendiri, apa kamu sudah menentukan keputusanmu?” ucap pria dewasa itu. Alvaerelle menggigit bibir bawahnya. Aduh, dia tidak mengetahui apa yang akan terjadi ke depannya. Dia sangat membutuhkan tempat untuk menenangkan diri barang sejenak. Lagi pula, dia seharusnya mendapatkan informasi lebih dulu dari Leia. Tidak langsung ditanya-tanya seperti sekarang. Bagaimana pun, dia bukanlah Alvaerelle yang ada di dunia ini. Bagaimana pula dia dapat menjelaskannya pada mereka semua? Leia buru-buru membungkuk. “Mohon Maaf, Nyonya dan Tuan Zinsastra. Nona Alvaerelle tidak dalam keadaan baik untuk berbicara. Beliau memiliki masalah dalam ingatan dan saya baru saja akan menjelaskannya pada Anda.” “Masalah ingatan karena terbentur? Apa saja yang kamu ketahui Leia?” balas wanita yang dipanggil Nyonya Zinsastra oleh Leia. “Sepertinya Nona hanya perlu beristirahat. Dia melupakan segalanya tentang apa yang dilaluinya. Namun, saya rasa ini masih bisa diperbaiki, Nona Alvaerelle hanya syok. Jadi Nyonya dan Tuan Zinsastra saya harap Anda sekalian bisa lebih tenang sekarang,,” jelas Leia yang masih membungkuk. Alvaerelle harus berterima kasih pada Leia. Jika gadis itu tidak ada, sepertinya dia sudah mati saat ini juga. Leia bahkan tidak menjelaskan tentang dia yang semena-mena pada Gaylia. Jika dugaannya benar, Tuan dan Nyonya Zinsastra adalah orang tua dari Gaylia. Dia terlalu takut kalau besok kepalanya akan langsung dipenggal begitu saja. Belum lagi, nada bicara Tuan dan Nyonya Zinsastra sama menyebalkannya dengan anaknya itu. Rasanya dia ingin langsung pergi saja. Namun ini bukan saat yang tepat. Pasti ada cara lain untuk mendapatkan kebahagiaan meski dia harus merasakan sakit lebih dulu. Ya, dia yakin itu. Nyonya dan Tuan Zinsastra pun segera beranjak dari kamarnya. Membiarkan dirinya bersama dengan sang pelayan. Leia pun kembali mengangkat wajahnya dan melihat ke arah Alvaerelle dengan sendu. Entahlah apa yang sedang dipikirkan oleh gadis tersebut, tetapi yang jelas, dia harus berterima kasih atas bantuan dadakan. Jika tidak, entahlah bagaimana nasibnya. “Nona memiliki mana yang berbeda dari sebelumnya. Saya jadi merasa yakin kalau Nona tidak sama seperti yang sebelumnya. Terutama saat ini, Nona melupakan tempat asal. Jadi Saya akan menjelaskan sedikit tentang kehidupan Nona Alvaerelle sebelumnya. “Nona merupakan anak yang diangkat oleh pemimpin ras keluarga Zinsastra. Dua pekan lalu, Tuan dan Nyonya Zinsastra meminta Anda untuk menikah dengan pangeran mahkota yang akan memimpin kerajaan. Namun, Nona tidak mau dan akhirnya memberontak minggu lalu dengan jatuh dari tebing. Untungnya seseorang telah membantu Nona agar tidak mengalami luka yang terlalu parah,” jelas Leia panjang lebar. “Menikah dengan pangeran? Kenapa aku tidak mau? Apakah pangeran itu tidak tampan?” tanya Alvaerelle spontan. “Tidak tampan? Jangan bercanda, Nona. Pangeran sangat tampan dan hebat. Namun, alasan kenapa Nona tidak menginginkannya, aku pun tidak tahu. Selama ini Nona selalu menjadi pribadi yang pendiam dan tidak pernah mengucapkan apa pun. Jadi saya cukup khawatir,” ucap Leia, “biar saya coba periksa Nona setelah obat pada supnya bereaksi.” Alvaerelle mengulum senyumnya. Dia sangat berterima kasih untuk saat ini. “Kamu baik sekali, Leia. Tolong jangan panggil aku begitu formal. Aku tidak terbiasa mendengarnya.” “Permintaan ditolak. Saya seorang pelayan, Nona. Sebaiknya Anda beristirahat lebih dahulu. Biar saya bantu menjelaskan keadaan Anda pada Nona Muda Gaylia,” balas Leia yang langsung meninggalkannya begitu saja. Alvaerelle mengembuskan napasnya. Dia tidak tahu harus berkata apa dan bagaimana menanggapinya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN