TJCPP 19

1016 Kata
"NONA ALVAERELLE!" pekik Leia yang baru saja selesai merapikan pakaian dirinya di kamar tamu kerajaan.  Refleks Alvaerelle menutup kedua telinganya rapat-rapat. Dia sebenarnya tahu kalau apa yang akan dikatakan oleh Leia. Tentu saja kemarahan gadis itu ketika tahu apa yang dilakukannya di hadapan seorang pangeran mahkota. Sampai-sampai Myrin si pangeran dengan rambut hitam dengan telinga panjang itu mengeluarkan ultimatum. Hidupnya tidak akan damai sampai laki-laki itu menarik kembali kata-katanya. Alvaerelle hanya tidak suka direndahkan, dia juga tidak suka karena harus menanggung masalah dari apa yang tidak dilakukan olehnya. Belum lagi, meskipun dia tersiksa, keluarga Zinsastra tidak akan merasakannya. Bahkan lebih mungkin lagi jika mereka tengah berpesta atas ketidakhadiran 'aset' yang menyelamatkan nyawa anak perempuannya. Menyebalkan! Pokoknya menyebalkan! Kenapa dia diberikan takdir yang rumit seperti ini? Tidak bisakah dia menjadi mahasiswi saja? Alvaerelle lalu mendengus. Dia melirik ke sisi lainnya. Di mana Leia benar-benar marah bahkan gadis itu menggembungkan pipi saking kesalnya. Di satu sisi Alvaerelle bersyukur. Itu artinya pelayan pribadinya sudah tidak lagi bersikap formal dengannya. Sungguh, itu benar-benar mengganggu penglihatannya. Bersikap sopan itu baik, tetapi terlalu sopan itu menyebalkan. Dia lebih suka kalau gadis itu bicara apa adanya, tidak akan berbalik memusuhi ketika dia melakukan suatu kesalahan. Seperti yang terjadi sekarang. "Nona Alvaerelle! Apa Anda tahu apa yang baru saja Anda lakukan?" tanya Leia di hadapan Alvaerelle. "Aku baru saja menampar seorang pria," balas Alvaerelle tanpa sedikit pun membuka pendengarannya. Dia pura-pura merasa kalau itu adalah hal yang baik-baik saja. Dia tidak mau ambil pusing. Iya Alvaerelle sangat bodo amat dengan kejadian yang tengah menimpanya saat ini! Leia langsung menepuk jidatnya. Berjalan bolak-balik tidak karuan. Padahal dia yang melakukan, kenapa malah pelayannya yang kebingungan? Alvaerelle tidak habis pikir. Padahal seharusnya gadis itu bersikap santai saja. Tidak perlu terlalu khawatir. Semua yang  akan  baik-baik saja. Mungkin. Jika ditanya menyesal atau tidak, Alvaerelle tentu akan menjawab tidak sama sekali. Laki-laki pantas mendapatkan tamparan telak darinya. Ucapan dan tindakan laki-laki itu menyebalkan. Tidak wajar kalau dia diam saja. Oh ayolah, dia tidak seperti karakter di dalam komik yang lemah dan hanya ingin menunggu tokoh utama laki-laki baru menyadari betapa penting dan berharganya dia. "Nona dalam bahaya. Jika pangeran mahkota sudah mengeluarkan kata-kata itu, maka hidup Nona tidak akan tenang selama di Kerajaan. Ini cukup berbahaya, apalagi jika Nona berhadapan dengan gadis-gadis di kalangan atas," gumam Leia yang sempat sedikit-sedikit dia dengar. Lalu Alvaerelle pun menurunkan pegangannya. Dia sibuk memperhatikan Leia yang panik. "Apa bahayanya dari para gadis? Yang kulihat tadi, mereka hanya pandai bicara." "Nona? Sungguh Anda bicara begitu? Ya ampun! Padahal seharusnya Anda yang lebih tahu bagaimana sikap mereka yang menganggap sudah berada di atas langit!" jelas Leia. Wajah gadis itu sangat pucat. Sebegitu khawatirnya dengan dia yang melakukan hal-hal aneh. "Leia, aku sudah menceritakannya padamu. Aku bukanlah Alvaerelle Zinsastra. Aku tidak berasal dari dunia ini. Hanya sebagian kecil yang aku ketahui soal kehidupan Alvaerelle," jelas Alvaerelle setelah mendengus sebal. Rasanya dia seperti dipaksa untuk menjadi Alvaerelle yang sesungguhnya. Beberapa saat setelah mengatakan itu, Alvaerelle tiba-tiba terbatuk. Tubuhnya meremang. Oh tidak. Kemungkinan sakitnya mulai muncul lagi. Leia buru-buru menghampiri dan memeriksa keadaan. Tidak lupa gadis itu juga mengambilkan racikan obat yang katanya sudah dibuat cukup banyak sejak hari dia terbangun. Tentunya, obat itu sangat efektif. "Jujur aku belum bisa sepenuhnya percaya dengan apa yang Nona katakan. Ada beberapa hal yang tidak dapat kita ambil begitu saja. Namun, yang aku yakini kepala Nona masih pemulihan. Ini salah keluarga Zinsastra. Seharusnya mereka tidak egois dan langsung menyuruh Nona pergi begitu saja," jelas Leia. "Aku sudah katakan pada mereka. Tidak masalah. Ini adalah kawasan bebas mereka. Bahkan, jika ingin macam-macam pun tidak mungkin dilakukan lagi," jawab Alvaerelle santai dan benar-benar tidak mempermasalahkan apa pun. "Para elf tingkat tinggi cenderung sombong. Mereka yang memiliki mana meski hanya sedikit, selalu memamerkan kebanyak orang. Contohnya seperti Keluarga Zinsastra. Hanya karena tidak ingin aku terekspos, mereka mengeluarkanku," ucap Leia mulai menjelaskan tentang sifat para elf yang ada di Fayfault. "Jadi menurutmu, mereka yang tadi mengitari pangeran pun sama sombongnya? Aku sudah menduga itu sejak melihat mata dan ekspresi mereka. Mungkin mulut bisa berbohong, tetapi gerak tubuh tidak," lanjut Alvaerelle dengan senyumnya. Dia cukup andal dalam hal seperti ini. Leia melihatnya dengan berkata-kata, entahlah apa yang ingin dikatakan oleh gadis itu. "Aku tidak tahu kalau Nona juga cukup pintar. Padahal Tuan Durlan selalu mengeluh kalau Nona sulit diajarkan." "Ngomong-ngomong, Nona. Malam ini Anda akan pergi makan malam dengan keluarga kerajaan. Ketiga keluarga tertinggi juga hadir. Salah satunya Tuan Ayred," tegur Leia. Alvaerelle mengangguk. "Akhirnya aku bisa makan enak!  Aku akan makan sepuasnya sampai kenyang!" "Rasanya itu tidak mungkin," balas Leia. Pelayannya yang berambut kuning itu pun menjelaskan etika sebelum makan. Ada beberapa peraturan yang harus dipenuhi. Seperi, ketika mengambil makanan, dia harus menunggu orang sebelumnya. Tidak bisa sembarangan. Selain itu, dia dilarang untuk menatap seseorang lebih dari lima detik. Belum lagi, dia juga tidak bisa mengambil makanan seenaknya. Setiap orang memiliki batasan saat makan besar. Salah satunya memakan sedikit saja makanan dari menu yang disiapkan. Ini diajarkan agar mereka terlatih untuk disiplin, sabar dan menghormati leluhur yang lebih tua. Cukup merepotkan. "Lebih baik aku tidak hadir saja, Leia. Beri alasan sakit atau apa pun itu," ucap Alvaerelle kesal dengan kebijakan yang berlaku di tempat ini. Leia mengembuskan napasnya. Dia memang sadar kalau sekarang Alvaerelle bukanlah gadis penurut seperti dulu. Satu-satunya pemberontakan yang dilakukan oleh tuannya adalah dengan melompat dari tebing. Dia tidak menyangka kalau itu pun mampu untuk membuat Alvaerelle menjadi pemberontak terus-menerus. "Nona, lebih baik hadiri saja meski sebentar," ucap Leia. "Pelayanmu benar," balas seorang laki-laki yang berdiri di ambang pintu. Entah sejak kapan. Namun, Leia tahu kalau laki-laki itu sudah berdiri sejak lama di sana. Artinya laki-laki itu sudah mendengarkan banyak hal. Ayred masuk ke kamar dan dia tersenyum pada dua gadis itu. Seperti biasa, senyum menyebalkan. Belum lagi karena ulahnya, dia mendapatkan penghinaan. Menyebalkan. "Aku tidak menyangka keluarga Zinsastra seberani itu untuk menampar Ayred. Padahal aku sudah memperingatkan kamu," balas Ayred, "Tapi aku senang." Tunggu, apa yang harus laki-laki ini senangi dari dia yang menampar putra mahkota? - - - - - - - - - - - - - - -
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN