Rayuan pertama di tolak

903 Kata
Serkan mengernyitkan keningnya bingung melihat suasana rumah yang sangat sepi sore ini. Biasanya, anak atau isterinya setiap sore hari seperti saat ini, suka sekali duduk di kursi panjang yang ada di taman mini depan rumah. Tapi, sore ini tidak ada anak, dan isterinya di sana. Kursi besi panjang yang biasa di duduki oleh isterinya, anaknya, dan kadang dirinya terasa dingin, serkan mencolek sedikit dengan jari telunjuknya. Sungguh, perasaannya merasa tak enak dengan tiba-tiba, membuat Serkan yang menyempatkan dirinya, dan waktu untuk melangkah mendekat pada kursi panjang itu, kini terlihat berlari tergesa memasuki rumah minimalisnya yang sangat elegant, dan mewah. Sial! Bahkan pintu rumah tidak di kunci dari dalam oleh isterinya. Kemana anak dan isterinya pergi? "Ella..."Geram Serkan menahan rasa panik yang sangat besar menyapa dirinya saat ini. Di saat kedua manik hitam pekatnya, menangkap betapa berantakan sekali mainan anaknya Hanin yang bertebaran di atas lantai saat ini. Tivi menyala dengan volume yang cukup keras. Lipstik berwarna merah menyala mengotori telak lantai putih bersih yang ada di ruang keluarga hampir sebagian besarnya. Benarkah anaknya yang melakukan semua ini? Kalaupun benar, rasanya Serkan tidak percaya. Anaknya tak sesemberono, dan sekotor ini. Anaknya calm, tidak terlalu aktif, dan suka memainkan jenis-jenis mainan yang bertebaran dengan mengenaskan saat ini. Serkan tau, walau ia tak terlalu dekat, dan memperhatikan aktifitas anaknya. Anaknya pendiam. Berbicara kalau ia bertanya, dan ajak ngomong saja. Menangis'pun jarang, hanya pada saat lapar, popok penuh, dan merasa sakit misalnya ia terluka karena jatuh, dan sebagainya. Ah, Serkan...Serkan sebenarnya sering memperhatikan anaknya dalam diam, tapi ia tak terlalu memperlihatkan pada anak maupun isterinya. Yang penting kebutuhan finansial anaknya terpenuhi dengan baik. Itu sudah cukup'kan? Andai anak laki-laki... mungkin Serkan tak akan tak seacuh itu. Serkan terlihat menarik nafas dalam, lalu di hembuskan dengan perlahan oleh laki-laki itu. Mengingat anak laki-laki membuat dadanya terasa perih, dan sesak di dalam sana. Demi Tuhan, andai... andai ia tidak mencintai Ella. Anak mereka Hanin dulu... dulu pada saat mereka melakukan usg di saat usia kandungan Ella empat bulan untuk mengetahui jenis kelamin anak mereka, Serkan hampir menyuruh dokter diam-diam untuk melenyapkan anaknya Hanin. Tapi, untung saja dokter itu kekeuh tidak mau melaksanakan perintahnya walau ia mengiming akan memberi imbalan besar, dan untung saja hati nuraninya juga terketuk, dan untung saja ia juga teramat sangat mencintai Ella. Satu-satunya perempuan yang bisa memikat hatinya, dan tak ia benci keberadaannya di dunia ini. Dokter menjelaskan kalau nyawa Ella juga bisa ikut terancam apabila ia memaksa dokter itu untuk meluruhkan kandungan Ella secara diam-diam dulu. Karena ternyata Ella juga mengandung bayi kembar. Kembar perempuan, dan Serkan tak suka akan kabar itu, mengharap apa yang di tampilkan di layar monitor salah, dan ada keajaiban dari Tuhan, anaknya adalah seorang atau dua orang laki-laki dulu, bukan perempuan membuat Serkan hanya satu kali itu saja melakukan usg pada kandungan isterinya Ella, dulu. "Hidup kita akan tenang, dan damai kalau anak pertama yang kamu lahirkan laki-laki. Terutama hidup aku. Aku nggak akan seresah, dan tak nyaman seperti saat ini. Tapi, kenapa harus anak perempuan? Aku ngga suka, sayang!"Gumam Serkan dengan kedua tangan mengepal erat saat ini di bawah sana. Rasa cemas, dan khawatir yang hinggap di hatinya akan keberadaan anaknya, dan isterinya seakan hilang dalam sekejap dari pikirannya. Di gantikan dengan rasa amarah, dan kecewa yang tidak bisa di salurkan dengan puas oleh Serkan. "Sangat sialan, 5 tahun panjang aku menunggu kamu hamil lagi, tapi apa yang aku dapat? Zonk!"Desis Serkan masih dengan nada marah, kecewa, dan geraman tertahannya. Mengacak rambutnya kasar, sebelum kakinya melangkah dengan langkah lebar menuju kamarnya, meninggalkan televisi yang masih menyala dengan volume yang cukup keras saat ini. ***** "Gagal lagi?"Tanya orang itu dengan tawa yang di tahannya sebisa mungkin. Kedua manik cokelatnya menatap miris sekaligus geram pada seorang wanita yang terduduk dengan posisi mengenaskan di atas lantai yang ada dalam ruangan kerjanya saat ini. "Dia itu sok suci. Aku sangat membencinya. Aku sangat membenci semua yang ada, dan melekat dari dalam Serkan sialan itu!" Ucap laki-laki itu kali ini dengan nada yang sangat benci, kedua mata melotot merah, dan marah. Menahan amarahnya yang hampir meledak saat ini. "Tutup mulutmu, ada cctv di sini. Kamu mau mampus?"Ucap wanita itu seraya bangkit dari simpuhan menyedihkannya di atas lantai. Menghapus kasar jejak air mata yang ada di kedua mata, dan kedua pipinya. Karena rasa sesak, sakit, dan harga dirinya di coreng habis oleh Serkan sialan tadi. Ya, wanita itu Sharon! Sharon'lah yang duduk dengan menyedihkan, hati hancur, dan sesak di dalam sana. Semua karena perlakuan Serkan, dan kata-kata laki-laki itu. Laki-laki yang di incar oleh Sharon bahkan sejak mereka mengenakan seragam putih abu. Kata-kata Serkan tadi sangat pedas, dan kejam untuk Sharon dengar. Menurunkan harga diri Sharon seturun-turunnya. "Kalau aku mau kamu, sejak SMA dulu aku sudah menjadikanmu milikku. Tapi, apa yang melekat di diri kamu tak berhasil menarik minatku. Jujur saja, lebih cantik, dan indah telapak kaki isteriku Ella di banding keseluruhan tubuh indahmu yang sudah kau permak habis itu!" Begitu lah kira-kira, kata-kata pedas yang keluar dari mulut Serkan di saat dengan beraninya Sharon menawari rahimnya untuk menampung anaknya. "Argggg, Plak!"Sharon bahkan barusan menampar pipinya sendiri dengan sangat kuat. Membuat laki-laki tinggi tegap yang ada di depannya , terlihat kaget. "Lebih sakit ucapan Serkan tadi dari pada tamparan barusan!"Desis Sharon pelan. "Tolong, Adit. Tolong kamu rasuki, pengaruhi Serkan sampai laki-laki itu meyerah pada isterinya. Gunakan obsesi gila laki-laki itu pada anak laki-laki untuk menghancurkan rumah tangga, dan apa yang ia miliki saat ini."
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN