Saga saat ini masih menangisi kepergian dari Arga, ia benar-benar menyesal saat itu ia memilih pergi menjaga Bian. Andai saja ia tidak pergi pasti dirinya sekarang masih bisa bersama dengan Arga dan juga Adara. Pasti hubungan mereka akan membaik dan kemungkinan besar mereka bisa bersama sampai maut memisahkan mereka, kemungkinan besar Saga bisa menikahi Adara dan mereka bertiga akan menjadi keluarga kecil yang bahagia.
Namun sekarang semua itu hanya akan menjadi angan-angan semata. Keluarga kecil bahagia itu hanya akan menjadi cita-cita yang tidak akan pernah bisa Saga raih, karena semua cita-citanya kandas bersamaan dengan putra kecilnya yang pergi meninggalkan dunia ini untuk selama-lamanya.
"Apa Lo ga sadar Anya! Apa Lo ga sadar kalo apa yang Lo lakuin itu bener-bener ga bermoral! Lo udah buat gua kehilangan anak kandung gua Anya! Jadi ini balasan Lo setelah gua udah jadi Papanya Bian selama bertahun-tahun buat gantiin Kak Alga? Ini balasan Lo Anya? Gua harus kehilangan anal kandung gua karena Lo Anya!" teriak Saga yang kini sudah tidak bisa lagi ia cegah. Sementara itu kini Alex juga tampak tidak menyangka dengan apa yang terjadi sekarang. Ia tak menyangka bahwa Anya seburuk itu.
"Lo jahat banget Nya, egois banget Lo. Lo udah bunuh keponakan gua Nya, Lo udah bunuh Arga dan sekarang Lo cuman minta maaf aja? Minta maaf ga cukup Anya! Minta maaf ga akan mengembalikan Arga ke Adara. Arga sekarang udah pergi dan itu semua gara-gara Lo dan Lo juga Saga. Lo berdua salah, Lo berdua apa ga bisa ngeliat Adara tenang sedikit aja? Apa Lo berdua ga bisa biarin Adara bahagia sama Arga?" tanya Alex dengan penuh emosi kepada mereka berdua. Sungguh Alex benar-benar sangat kesal juga.
"Anya, kenapa kamu tega banget sama Saga Anya? Saga udah baik banget sama kamu. Dia yang menggantikan peran yang seharusnya di emban oleh Alga yang saat itu masih terbaring koma. Kenapa kamu tega membuat Saga kehilangan anaknya seperti ini Anya. Mama ga nyangka kamu kayak gini Anya. Kamu benar-benar mengecewakan kami." ujar Mama Saga dan Alga.
Melihat orang-orang terdekatnya kini mengeroyok Anya dengan berbagai kata itu membuat Alga kini menatap ke arah Anya. Benar kata mereka, kenapa Anya tega melakukan hal sekeji ini. Kenapa Anya tega menyembunyikan telfon milik Saga hanya karena Anya ingin Saga tetap bersama dengannya dan Bian.
Melihat kekecewaan dari orang-orang terdekatnya itu membuat Alga kini menarik Anya dengan sedikit kasar yang mana membuat Anya terkejut. Sekarang ini semuanya tampak membiarkan Anya dibawa oleh Alga, Alga pasti akan tahu apa yang harus ia lakukan pada Anya. Mereka membiarkan pasangan yang berencana untuk menikah secepatnya itu pergi dari makam.
Sementara itu sekarang Alex tampak masih tak percaya dengan apa yang ia dengar disini, ia pun memutuskan untuk pergi dari sini. Rasanya sudah cukup ia mendapatkan info disini. Ia sudah tidak kuat lagi untuk mendengar lebih banyak lagi, dirinya benar-benar tidak mengerti harus bagaimana lagi.
Saga sekarng masih menangis disana, Mama dan Papanya kini pulang. Disana hanya tersisa Saga bersama dengan kedua temannya yaitu Sultan dan Zean. Mereka kini masih terlihat menemani Saga meskipun Saga tidak ingin. Namun mereka memutuskan tetap berada disana karena mereka ingin menemani Saga, mereka tidak ingin terjadi apa-apa drngan Saga saat ini. Karena mereka tahu bahwa dengan suasana hati dan psikis Saga yang seperti ini bisa saja Saga melakukan hal-hal yang tidak mereka inginkan. Apalagi Saga juga masih merasa bahwa ia adalah penyebab dari mereka semua kehilangan Arga.
Pikiran Saga masih berkelana dan juga berandai-andai saat ini. Andai saja ia tidak pergi saat itu, andai ia masih stay di Bali dan bermain bersama dengan Arga. Andai ia tidak menunggu Bian saat itu. Andai ia sadar jika handphonenya hilang saat itu. Andai ia bisa menyadari itu semu mungkin sekarang ia masih bisa bersama dengan Arga.
Saga memang benar-benar bodoh, Saga tak tahu malu karena dirinya sudah diberikan waktu dan juga kesempatan untuk bersama dengan Arga dan melakukan pendekatan pada Arga tapi ia malah membuat Arga pergi. Ia malah menbuat Arga tak lagi bisa ia raih meskipun ia meminta hal itu kepada siapapun atau bahkan pada Tuhan. Karena ia meminta sebuah ketidakmungkinan.
"Sayang, Papa sayang sama kamu Arga. Kenapa kamu ninggalin Papa. Kenapa kamu ga nunggu Papa sayang. Papa benar-benar sayang sama kamu. Harusnya kita sekarang lagi bareng-bareng sama Mama kamu juga Arga. Harusnya kita bisa berkumpul terus liburan kayak yang kamu mau Arga. Harusnya kita bisa lakukan itu semua nak." ujar Saga kepada makam Arga.
Tangis masih mendominasi saat ini, Saga tidak bisa berhenti. Ia tahu ia cengeng, tapi ia hanya cengeng saat ia benar-benar membutuhkan rasa itu. Sekarang ia sangat cengeng, ia akui itu. Siapa yang tidak cengeng jika merasakan hal seperti yang ia rasakan? Kehilangan anak kandung karena kesalahan yang seharusnya tidak dilakukan. Ia mengalami hal itu dan itu sangat menyakitkan. Ia sekarang seperti mati rasa, ia tak tahu harus gimana.
"Saga, kita balik ya Ga. Kasihan Arga kalo Lo tangisan terus Ga. Biarin Arga tenang disana ya Saga. Perbanyak doa buat Arga." ujar Sultan tersebut.
"Tan, Lo mungkin bisa bilang kayak gitu karena Lo bukan Papanya Arga. Gua Papanya Arga Tan, gua juga belum lama ketemu sama Arga dan tahu kalo gua punya anak. Masih banyak list keinginan yang gua sama Arga pingin lakukan bersama. Bahkan anak kandung gua itu, Arga sama sekali belum pernah manggil gua dengan sebutan Papa meskipun dia tahu kalo gua papanya. Arga bilang kayaknya dia baru mau panggil gua Papa kalo Mamanya udah ngijinin. Tapi sebelum itu terjadi Arga udah ga ada. Lo ga akan pernah bisa ngerasain gimana sakitnya jadi gua." ujar Saga kepada mereka berdua.
Saga benar, mereka berdua tak akan mungkin bisa merasakan bagaimana perasaan sakit yany dirasakan oleh Saga. Namun mereka berdua dapat merasakan perasaan penyesalan yang mendalam saat ini. Mereka berdua benar-benar paham karena mereka pun juga tampak merasakan itu.
Sekarang ini tampak Abraham masih berada disana. Kini Abraham tampak menidurkan Adara di tempat tidur Adara. Ia benar-benar merasa prihatin sekali saat ini, apa yang sudah dialami Adara pasti menyakitkan sekali.
Kini tak beberapa lama kemudian tampak Alex yang berjalan menuju ke kamar adiknya itu, ia ingin mengecek keadaan adiknya yang snagat malang. Saat ia masuk ia mendapati adiknya sekarang masih tampak pingsan. Adiknya benar-benar terlihat sangat pucat juga sekarang, kini ia pun masuk ke dalam. Di dalam juga ada Abraham yang duduk di sofa dalam kamar Adara.
Untuk sekarang Abraham merupakan orang yang ia dan keluarganya percaya untuk berada disini menjaga Adara dan menyembuhkan segala luka Adara. Itu adalah harapan dari Alex dan juga keluarganya, mereka berharap bahwa Abraham bisa mewujudkan harapan dari mereka tersebut nantinya.
"Adara bakalan baik-baik aja kan Ham? Gua ga mau terjadi apa-apa sama Adara. Adara udah terlalu menyakitkan, pasti dia lelah karena dia udah merasakan kehilangan yang menyakitkan." ujar Alex kepada Abraham itu.
Saat ini Alex juga melakukan itu sembari Alex mengelus lembut rambut Adara, ia benar-benar menyayangi adiknya itu. Bahkan ia rela melakukan apa pun demi adiknya, demi kebahagiaan adiknya. Namun sekarang apa yang harus ila lakukan untuk membahagiakan Adara jika sumber kebahagiaan telah direnggut secara tiba-tiba. Ia harus memberikan sumber kebahagiaan baru.
"Adara itu pernah hancur sekali Ham, itu waktu dia masih SMA. Waktu yang mana seharusnya dia sekolah tapi dia malah mengandung dan diusir dari rumah. Dia udah berhasil bangkit dengan semangat baru yang ga lain adalah Arga. Tapi sekali lagi dia dihancurkan, dunianya dihancurkan lagi. Sekarang gua ga tau gimana harus mengembalikan dunianya lagi. Dunia yang baru, gua ga tahu lagi harus gimana mengembalikan nya." ujar Alex tersebut.
"Maka dari itu gua sama keluarga gua butuh Lo Abraham, kita butuh Lo buat mengembalikan dunia Adara. Gua harap Lo bisa mengembalikan semua yang seharusnya dirasakan oleh Adara. Gua mau dia bahagia." ujar Alex itu.
"Saya akan bantu sebisa mungkin, saya janji akan menyembuhkan luka Adara." ujar Abraham berjanji pada Alex, entah kenapa ia bisa mengatakan itu dnegan mudahnya yang pasti dirinya benar-benar berjanji dan akan menepati.
Sekarang ini Alex tampak melihat ke arah Adara, sebenarnya ia sekarang bingung apakah ia harus mengatakan pada Adara tentang handphone Saga yang dibawa oleh Anya itu atau tidak. Ia benar-benar bingung, akhirnya ia sekarang mengatakan saja kepada Abraham. Ia tidak bisa menyimpan ini sendiri sekarang, ia juga butuh teman untuk bicara dalam keadaan seperti ini.
"Abraham, gua boleh cerita sama Lo?" tanya Alex kepada Abraham dan Abraham tentu saja mengangguk. Toh mendengarkan merupakan pekerjaan.
"Tadi waktu Lo bawa Adara pergi dan waktu mereka semua pergi dari makam. Gua denger pengakuan dari orang yang ga disangka-sangka. Orang itu Anya, calon istrinya Alga yang merupakan kakak dari Saga. Ternyata kenapa Saga ga bisa dihubungi penyebabnya adalah dia. Dia ngumpetin handphone Saga biar Saga bisa fokus sama Bian. Gua ga tau dimana otaknya dia, kenapa dia seegois itu. Karena keegoisan dari Anya itu kita semua sekarang kehilangan Arga." ujar Alex bercerita kepada Abraham tentang itu.
"Tapi giaman bisa? Memangnya kenapa Anya menahan Saga? Bukankah Anya seharusnya masih memiliki Alga?" tanya Abraham kepada Alex saat ini.
"No, waktu itu belum tahu Anya. Jadi Alga selama ini koma, bahkan sejak Bian belum lahir makanya Bian nganggap Saga itu Papanya. Saga melakukan apapun sebagai Papa yang baik untuk Bian, tapi Anya malah membalasnya dengan hal-hal yang menyakitkan kayak gini. Maka dari itu Saga tadi juga kayak benar-benar heran, ga percaya tapi itu bener-bener terjadi." ujar Alex.
Abraham mencoba untuk memikirkan ini, semua ini benar-benar terlihat sangat rumit. Bahkan terlalu rumit untuk dipikirkan oleh mereka semua. Sekarang ini Abraham tampak masih mengobrol dengan Alex, ia mendengar segala keluh kesah Alex yang sepertinya Alex sudah banyak menumpuk keluh kesahnya itu hingga sekarang. Ia baru menceritakan kepada orang lain, ia baru membagi keluh kesahnya itu sekarang dan itu ia lakukan ke Abraham.