"Apa anda sadar bahwa saat itu anda merencanakan pembunuuhan darah daging anda sendiri? Apa anda tidak ingat bahwa anak yang saya kandung saat itu adalah hasil perbuatan anda? Saya sempat bertanya-tanya, bagaimana bisa ada orang yang tega merencanakan untuk melenyapkan anaknya sendiri sedari kandungan?" Reiner menghela nafas panjang. Ingatan akan ucapan Giska kini bagaikan kaset kusut yang terus berputar-putar dalam pikirannya ketika melihat Reika. Anak yang kini duduk dihadapannya adalah anak yang dulu hampir menjadi korban kebenciannya. Di usianya yang ke empat puluh tahun, hidup Reiner memiliki kehidupan yang nyaman. Ia mampu membeli apapun yang ia mau, ia mampu pergi ke tempat mana pun yang ingin ia tuju, ia pun mampu melakukan banyak hal yang orang lain anggap mustahil dengan uang y