Semua mata tertuju pada Xander. Dan yang di tatap mengendikkan bahu santai. "Ayo, katanya mau visum. Kalau hasilnya segitu nggak bisa menjarain Cecil lah. Kasih yang lebih banyak, Cil." "Pantas saja anak anda seperti preman. Orang tuanya mendidik seperti preman juga," cibir ibunya Diaz. Dia bergidik ngeri melihat tato yang menghiasi jari-jari putih itu. "Saya kan hanya ingin memuluskan keinginan ibu saja. Kalau tidak mau ya sudah. Tawaran datang hanya sekali aja loh," ujarnya santai. "Hey kau!" Xander memanggil Diaz. "Jawabanmu menentukan nasibmu. Kamu mau minta maaf pada Cecil sekarang atau saya bawa kasus ini lebih jauh lagi," ucapnya dingin. Semua yang ada disana merasakan hawa dingin dari ucapan Xander. "Saya juga akan meladeni anda jika anda berniat membawa kasus ini lebih tin