Sebuah tamparan mendarat di pipi Geno saat ia baru saja menjelaskan dan memperlihatkan buku nikah miliknya dan Marina yang sah. Nurina menatap Geno geram sampai matanya berkaca-kaca. Ia tak menyangka bahwa anak bungsunya akan melakukan tindakan besar seperti pernikahan tanpa membicarakannya terlebih dahulu dengan orangtuanya. Untung saja pak RW dan pak RT sudah berpamitan pulang setelah mendapatkan penjelasan sehingga tak melihat adegan kemarahan Nurina pada anaknya. “Ma…” “Jangan panggil nama mama! Keterlaluan kamu Geno! Kamu pikir mama sudah mati sehingga kamu dengan santainya membohongi mama dan keluarga kamu dengan menikah diam-diam!” jerit Nurina kesal. Marina hanya bisa meringkuk di pojok sofa, tak tahu berbuat apa. Ia hampir saja memeluk Geno saat melihat suaminya ditampar tapi