2. Gadis Gila

956 Kata
Tiga puluh menit setelah kurir pengantar makanan itu pergi bel pintu rumah Leo berbunyi lagi. Dia menebak pasti yang datang adalah Stella, tetangganya. Tapi ternyata tebakan laki-laki itu salah. Setelah membuka pintu, didepannya kini sudah berdiri seorang wanita dengan penampilan yang menurut Leo sedikit terbuka. Wanita itu memakai hot pans dan kaos tipis berwarna putih, tak lupa tas selempang kecil serta kacamata hitam yang bertengger diatas kepalanya. "Ada titipan makanan buat aku nggak? " Tanya gadis itu. Leo masih memandang gadis yang ada dihadapannya. Gadis itu cantik. Leo pun tidak menyangkalnya. Kulitnya putih, matanya sipit, hidungnya mancung, bibirnya tipis, dan rambutnya yang agak kecoklatan. "Halloooo.... " Catherine mengibaskan tangannya didepan wajah Leo. "Kenapa? Kok bengong? Terpesona lihat cewek cantik. Biasa aja kali lihatnya. Kayak nggak pernah lihat cewek cantik aja. " Leo mendengus lalu menutup pintu rumahnya. Tentu saja Catherine terkejut. Seumur hidupnya baru pertama kali ini diperlakukan tidak sopan seperti itu. "HEEEIIIII.... ! Nggak sopan. Kenapa pintunya malah di tutup? Aku cuma mau ambil barang titipan." Beberapa detik kemudian Leo membuka pintu lagi dan langsung memberikan kantong plastik berisikan styrofoam pada gadis itu. "Wait-wait." Cegah Catherine saat Leo akan menutup pintu. "Kayaknya kita pernah ketemu tapi dimana ya?" Catherine mengingat ingat. "Kalau udah nggak ada urusan lagi, sebaiknya kamu pergi, " Ucap Leo setenang mungkin. Padahal ingin sekali dia berteriak untuk mengusir gadis yang ada di hadapannya. "WHAAATTTT??? Kamu ngusir aku? Oh my god... " Catherine mengambil kaca matanya lalu menyugar rambutnya sekaligus tidak habis pikir. "Terserah. " Leo langsung menutup pintu rumahnya. Tidak memperdulikan gadis gila yang terus mengomel didepan pintu. *** "BRAAAKKK.... " Catherine membanting pintu setelah masuk kedalam rumah. Stella yang duduk di sofa ruang tamu sampai terlonjak karena kaget. "Ada apa?" Tanya Stella bingung melihat sepupunya. "Gila tuh orang." Omelnya. "Aku cuma ngambil makanan tapi itu orang malah banting pintu didepan muka aku. Seharusnya kamu yang ambil makanan ini bukan aku. " Catherine duduk disebelah sepupunya. "Serius kamu cuma ngambil makanan?" Stella meletakkan ponselnya diatas meja. "Nggak godain dia?" "Maksud kamu apa? Kamu pikir aku godain dia." "Aku tau pak Leo itu gimana, Catherine. Dia orangnya baik, ramah. Nggak mungkin lah dia bisa kasar sama perempuan. Paling kamu yang godain dia. " "Aku nggak godain dia, Stella. " "I am not trust you. " "Whatever." Stella membuka styrofoam yang berisi mie pangsit. Cacing-cacing di perutnya sudah demo sedari tadi minta diberi makan. "Makan mienya. Ntar dingin jadi nggak enak. " Suruh Stella. "Kamu akrab sama dia? " "Siapa?" Stella belum nyambung dengan obrolan Catherine. "Cowok tadi. Tetangga sebelah rumah. " "Oh, maksudnya pak Leo. " "Kok kamu manggilnya pak? " "He's my lecture. Dulu waktu aku masih kuliah. " "Jadi dia dosen?" "Yupz." "Usianya berapa?" "Eemmm... " Stella tampak berpikir. "Kalau nggak salah mungkin masuk tiga puluhan. " "Serius tiga puluhan?" "Kalau hitunganku nggak salah. " "Ganteng, sih. Aku pikir umur dia belum tiga puluhan. " "Dari dulu pak Leo emang awet muda. " " Dia udah nikah?" "Belum." "Punya gebetan?" "Kayaknya belum juga. " "Sial, sayang banget." "Maksudnya? " Stella tidak mengerti dengan ocehan sepupunya. Catherine memang banyak omong, sampai kadang Stella pusing sendiri mendengarnya. "Ya sayang banget umur segitu belum punya gandengan." "Oh." Stella kembali memakan mie Pangsitnya. "Kayaknya dia nggak tertarik sama aku. Kan biasanya setiap cowok yang lihat aku pasti terpesona. Lah dia, malah banting pintu. " Stella tertawa. "Ya jelas lah, dia nggak suka sama kamu. " "Jangan-jangan dia menyimpang. " Tuduhnya. "Menyimpang gimana?" "Astaga... stella. Jangan polos-polos amat kenapa, sih. " "Aku nggak ngerti maksud kamu. " "Maksud aku dia itu menyimpang. Pisang makan pisang. " "Maksud kamu gay?" Catherine mengangguk. "Mana ada...! Dia itu normal. " "Kalau normal kenapa umur segitu dia belum punya gandengan. " "I don't know. Tapi... Kata temen aku yang namanya Diva (Baca Always Love You) Pak Leo itu gagal move on dari cinta pertamanya. " "Really? " "Iya dan temenku si Diva itu adalah adik ipar dari cinta pertamanya pak Leo. " "Hah? Serius?" Stella menganggukkan kepala. "Si Diva ini juga naksir sama pak Leo tapi dia nggak berani ngungkapin perasaanya. Kemarin juga pak Leo jadian sama temen aku yang namanya Gea tapi kayaknya udah putus juga. " "Eeeehmmm, jadi bikin penasaran. " "Nggak usah ngada-ngada. Jangan punya pikiran buat deketin Pak Leo. Kamu bukan tipenya. " "Siapa bilang? Di coba aja belum. " "Sebelum mendekat juga kamu bakal di depak sama dia. " "Kita lihat aja." "Dasar cewek gila. " "I know. Kalau aku nggak gila nggak mungkin banyak cowok yang ngejar-ngejar aku." "Makanya sembuhin penyakit gila kamu itu. " "Mana bisa di sembuhin kalau itu menyenangkan. " Catherine tertawa sedangkan Stella menggelengkan kepala. Punya sepupu cantik tapi kelakuannya gila. Setahu Stella, Catherine memang sering gonta-ganti pacar. Laki-laki manapun yang ia inginkan pasti berhasil ia dapatkan. Tapi Stella tidak yakin dengan Pak Leo yang akan tertarik dengan sepupunya. "Sampai kapan kamu tinggal disini? Om Harjito nyari'in kamu terus." "I don't care. Mungkin aku disini sampai pernikahan kak Tere. " "Pulang sana... Kasihan Om Harjito. " "Nooo...! Kamu sendiri tau alasan kenapa aku nggak mau pulang. " "Nggak setuju kalau Om Harjito nikah lagi. " "Itu tau. " "Sama nggak setuju sama calonya?" "Of course. Dia aja pantas jadi adik aku. Usianya aja baru dua puluh tiga tahun. Dan aku yakin wanita itu cuma ngincer harta papi. " "Kalau kamu nggak setuju sebaiknya kamu ngomong sama papi kamu. Bukan dengan acara minggat dari rumah kayak gini. " "Jadi kamu nggak suka kalau aku tinggal disini?" "Bukan seperti itu. Kamu boleh tinggal disini semau kamu. Tapi please... Tengokin om Harjito. Kasihan dia selalu cari'in kamu. " "Aku akan pikirkan. " Catherine memang pergi dari rumah karena tidak setuju dengan keinginan ayahnya yang ingin menikahi perempuan yang lebih pantas menjadi anaknya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN