Vira dan Fanzy bergerak untuk menghampiri Sion di sana. Mananya terkuras habis setelah melakukan kemampuan untuk melakukan gempa bertektonik besar kala itu. Dan juga, Vira dan juga Fanzy langsung memberikan sebuah potion kepada Sion agar dia bisa memulihkan sebagian besar nyawanya yang telah hilang kala itu. “Syukurlah kalau kau baik-baik saja Sion”.
“Vira, anak baru, maafkan aku. Niatku kemari adalah untuk menyelamatkan kalian. Namun aku malah menjadi beban dari tim dan tak bisa melakukan apa-apa untuk melindungi diriku sendiri.” Ungkap Sion dengan perasaan menyesal yang amat sangat dalam di hatinya. Vira pun berkata kalau tidak seharusnya Sion mengungkapkan hal seperti itu. “Kita adalah Tim Sion! Sudah seharusnya kita saling membantu!”
“Ya benar apa kata Vira. Mungkin memang kau telah melakukan sedikit kesalahan kali ini. Namun itu tidak membuat kalau dirimu menjadi sepenuhnya salah! Aku juga pernah melakukan kesalahan, dan aku mungkin tidak seharusnya menghukum diriku sendiri karena tindakan salahku itu.” Ikut sahut Fanzy kepada Sion. Pria bertubuh tambun itu pun bangkit kembali setelah berbaring di tanah yang kasar itu.
“Baiklah. Terima kasih semuanya. Sebaiknya, kita seharusnya kembali bersama dengan anak-anak yang lain. Mengatur sebuah siasat atau rencana agar bisa kita lakukan bersama-sama memenangkan turnamen ini. Kau tidak ingin turnamen ini akan berakhir menjadi sebuah kekalahan bukan?” Sahut Sion. Dia pun memanggil kudanya kembali. Agar bisa bergerak dengan cepat dan berlari dari medan perang.
Jika sebelumnya Sion dapat memanggil satu kuda saja, dia dapat memanggil dua kuda sekarang ini. Salah satu kuda itu pun ditunggangi oleh Vira, karena memang Fanzy belum sempat atau cukup mahir mengendarai kuda sendirian. Dia harus menumpang di salah satu rekannya tersebut agar bisa sampai ke tempat tujuan dengan cepat. “Fanzy, sebaiknya kau ikut aku saja sekarang ini!” Teriak Sion.
Mereka bertiga pun akhirnya naik kuda, dan mencoba untuk segera pergi. “Sion, memangnya dimana lokasi anak-anak yang lain? Apakah kau mengetahuinya?” Tanya Vira. “Ya, tentu aku tahu dimana mereka sekarang. Mereka sedang berada di tempat yang aman jauh dari jangkauan musuh. Namun tidak ada yang benar-benar tahu kondisi mereka sekarang in—“
Tiba-tiba, sebuah ledakan besar muncul dari arah selatan tempat mereka berdiri sekarang. Dan Sion, menunjuk ke arah itu sebagai tempat dimana teman-temannya mungkin sedang bersembunyi sekarang ini. “Ah sialan! Itu adalah tempat dimana semua orang sedang berkumpul! Tidak mungkin mereka telah mengetahui tempat persembunyian teman-teman kita!” Ungkap Sion dengan kesal/
“Kalau memang begitu, tidak ada alasan bagi kita untuk tidak bergegas! Ayo! Tarik kudamu, kita harus segera pergi dari tempat ini sekarang dan menuju ke sana!” Sahut Fanzy kepada yang lainnya. Fanzy mungkin tak tahu bahaya apa yang akan dia hadapi, namun dia harus tetap waspada selama perjalanan jika musuh tiba-tiba datang dan menghalangi jalan mereka memenangkan pertarungan mereka saat ini.
Fanzy sendiri tak tahu, apakah dia bisa mengandalkan dirinya sendiri saat ini. Tapi yang jelas, dia merasa kalau mungkin sesuatu yang akan datang di masa depan, masih akan mencoba untuk menunggu membuatnya sadar kalau pilihan yang mereka semua ambil untuk melawan tim Indonesia adalah keputusan yang salah. “Ayo kita segera bergegas, dan bantai semua tim itu di sana...”
***
Perjalanan untuk menuju ke kawan-kawan rekan yang lain ternyata membutuhkan waktu yang lebih lama daripada yang diperkirakan. Fanzy dan juga Sion mengobrol panjang lebar tentang pengalamannya berada di dalam game ini dan juga tentang apa yang terjadi di dalam situasi seperti ini sekarang. Dan mungkin, kesempatan mereka untuk bertahan hidup sangatlah kecil bila dibandingkan dengan tim yang lain.
Bagaimana tidak, tim-tim besar sudah membuat aliansi mereka sendiri, dan mereka lebih memilih untuk netral dan juga tidak menyerang atau melakukan agresi ke tim yang lain. Sementara tim asia, yang pada awalnya memang membentuk aliansi pun akhirnya terpecah dan menyerang sesamanya. Hal yang seharusnya tidak boleh terjadi di dalam pertarungan antara kehidupan dan kematian di tempat ini.
Tapi karena sudah terlanjur, tim Indonesia harus bergegas mencari sekutu atau pun juga mencari tempat perlindungan. Strategi yang paling bagus untuk saat ini memang adalah untuk bersembunyi ataupun melindungi diri sendiri. Karena jika berusaha untuk menyerang pemain lain, kesempatan untuk bertahan benar-benar sangat tipis dan cenderung sulit untuk dilakukan. Mereka tak dapat bertahan dengan baik.
Jika diurutkan dari ranking kekuatan. Tim asia adalah tim yang memiliki total kekuatan paling lemah dibandingkan dengan aliansi-aliansi yang lainnya. Hal ini karena tim asia memiliki waktu yang paling terlambat untuk masuk di dalam game sehingga mereka mungkin tidak bisa mengungguli ataupun sekedar mengejar ketertinggalan dalam hal informasi atau strategi dibandingkan dengan tim yang lain.
Sion awalnya ragu untuk berencana menyusul menyelamatkan Fanzy dan juga Vira, menganggap hal itu tentu saja akan membuat dirinya sendiri jadi mudah dilacak ataupun juga diincar oleh pihak musuh. Namun pada akhirnya, Fanzy dan Vira lah yang telah menyelamatkan nyawa Sion, untuk sekian kalinya. Dia jadi malu karena harus berpikir seperti itu sebelumnya.
Sedangkan untuk kondisi di dalam kota, semuanya menjadi sebuah medan perang sekarang. Tidak ada lagi kota Mountmain yang orang-orang singgahi untuk tempat berteduh atau mencari perlindungan. Tempat ini menjadi arena pembantaian dan juga turnamen ini yang sedang berlangsung. Bangunan-bangunan yang hancur menjadi saksi bagaimana aksi brutal tiap-tiap tim itu saat bertarung.
Yang Sion bingung adalah kemana perginya para NPC dan juga barang-barang berharga yang biasanya mereka simpan di rumah. Karena semua hal yang menjadikan kota Mountmain hidup benar-benar hilang sekarang. Sampai Sion pun berpikir, apakah mereka sedang dipindahkan ke tempat yang lain mirip seperti Mountmain tapi bukan di sini? Namun kenapa banyak sekali perabotan dari kota itu muncul ke sini.
Sion juga mengatakan kalau sebenarnya, dia tidak sedang berencana untuk ke kota. Entah bagaimana caranya dan bagaimana juga hal itu bisa terjadi, dia tiba-tiba melakukan teleport dan juga spawn masuk ke dalam kota ini. Mungkin, semua player yang juga tidak sedang berada di kota memiliki kejadian yang sama atau sekedar mirip dengannya. Tiba-tiba di respawn tanpa sebab ataupun akibat.
Semenjak notifikasi itu muncul, sudah 6 jam berlalu orang-orang bertarung di daerah ini dan itu juga menjelaskan kenapa semuanya menjadi luluh lantak hancur tak karuan. Karena ulah para tim itu yang tengah bertarung. Alasan kenapa kemungkinan besar Fanzy ataupun Vira tak bergabung bersama dengan timnya sendiri adalah karena dia sedang berada di katedral saat itu, tempat yang tak bisa dijangkau.
Fanzy mulai paham bagaimana sulitnya keadaan di sekitar sini. Betapa sulitnya jika memang sesuatu yang ada di sini untuk sekedar bertahan hidup. Dan mungkin, mereka memang harus mencoba berbagai cara. Mati di sini sama dengan mati di dunia nyata, dan semua orang belum tentu siap akan menghadapi kemungkinan itu di sana sekarang. Termasuk Fanzy.
“Hei, Fanzy. Kau tahu, kalau aku sebenarnya juga masih bisa mengingat masa laluku. Namun tidak sepenuhnya sepertimu. Aku hanya mengingat sekelibat dari semua ingatan yang aku punya. Dan mungkin, kita berdua adalah orang yang bisa melakukannya.” Ungkap Sion kepada Fanzy. Dan baru kali ini Fanzy mendengar seseorang dengan tulus bercerita tentang masa lalunya.
“Dan sayangnya, masa lalu itu bukanlah masa lalu yang seharusnya aku kenang. Entah kenapa, aku malah mengingat masa lalu itu. Apakah mungkin, hal itu lah yang membuatku ingin memasuki ke dalam dunia ini? Mencari sebuah pelarian akan sesuatu yang mungkin tidak aku dapatkan di dunia nyata? Mungkin juga, aku akan bisa membuat sebuah perubahan yang nyata.” Ungkap Sion.
“Ehh.. Sion. Begini, kau tidak harus mengatakan masa lalumu itu kepadaku, aku tidak memaksamu untuk mengatakannya.” Ungkap Fanzy merasa tidak enak.
“Tidak... tidak. Aku ingin mengatakannya kepadamu, karena aku merasa kalau dirimu itu sepihak dengan diriku yang sekarang. Dan mungkin, kita akan dapat melakukannya dengan benar bersama-sama nantinya.” Ucap Sion kepada Fanzy. Mungkin, Sion selama ini merasa terkucilkan dan begitu sedih karena memori di masa lalunya itu. Dan karena itulah dia butuh Fanzy untuk menjelaskannya.
“Dimulai dari mana yah. Ahh... lebih tepatnya, aku melihat ibuku sendiri, gantung diri di atas atap. Dengan posisi kursi yang jatuh dan juga tubuhnya mengambang. Memori itu, masih bisa aku lihat dengan jelas sampai sekarang. Dan aku ingin sekali menghilangkannya...” Lanjut Sion lagi. Fanzy merasa cukup kaget karena topik yang Sion bawa saat itu adalah topik yang benar-benar berat untuk dibicarakan.
“Maaf Sion, bukannya aku tidak ingin mendengar ceritamu, tapi bukankah itu adalah topik yang cukup berat untuk dibicarakan? Mungkin, memang aku hanya ingin kita saling berbagi cerita tentang masa lalu, namun bukankah itu merupakan topik yang sangat berat untuk dibicarakan? Apalagi menyangkut situasi kita yang seperti ini sekarang?” Tanya Fanzy merasa sedikit tidak enak.
Kejadian melihat orang tersayang merenggut nyawanya sendiri mungkin saja akan memakan mental ataupun juga psikologis seseorang. Fanzy tak tahu bagaimana Sion dapat mengucapkan semua perasaan dan juga kenangan masa lalunya dengan sangat enteng seperti itu. Tapi apakah mungkin Sion ingin menceritakannya kepada seseorang? “Maaf jika aku terlalu buru-buru menceritakannya padamu.”
“Tapi memang, memori itu masih benar-benar membekas di kepalaku. Aku sendiri tak tahu, bila itu adalah memori yang nyata atau tidak. Dan aku harap tidak. Karena memang, yang aku ingat setelah itu adalah bukannya aku menangis dan meraung-raung melihat ibuku sendiri meninggal, aku malah tersenyum dengan lebar. Seperti merasakan kalau itu adalah situasi yang menghiburku.”
Fanzy pun terdiam, Sion jelas-jelas ingin mengungkapkan sesuatu di sini. Dan dia mungkin tak siap untuk mendengarkannya. Fanzy terlalu takut dengan pikirannya sendiri, terlalu takut jika memang apa yang ia pikirkan adalah suatu kenyataan. Kalau Sion memang mendambakan pembunuhan atau kematian lebih dari siapa pun. Dan ia harap kalau situasi itu hanya ada di masa lalunya, bukan sekarang.
“Mungkin, itu adalah sebuah eror atau bug yang terjadi di kepalamu. Kau sendiri tidak mengingat kapan terakhir kali kau berada di dunia nyata bukan? Mungkin saat kau masuk, memorimu tertukar dengan sesuatu yang amat sangat mengerikan. Dan kau tidak bisa menghapusnya dari ingatanmu sendiri. Aku tak bisa berkata apa-apa lagi soal itu Sion...”
Tak terasa, percakapan yang terasa canggung itu pun terhenti ketika Fanzy dan juga Sion telah sampai ke tempat tujuan mereka sekarang ini. Dua orang itu pun kemudian langsung saja turun dari kuda mereka, pergi menuju ke tempat tim mereka sedang berada sekarang ini. “Hei! Itu mereka! Ayo kita segera turun dan menyusul yang lainnya!” teriak Fanzy dengan lantang.
Tapi kemudian, sebuah ledakan yang berasal dari kekuatan magis pun muncul dari samping. Kekuatan itu benar-benar membuat mereka yang berada di sana menjadi kaget dan terhentikan langkahnya. Mungkin, Fanzy mengira kalau sesuatu itu akan menyerang dirinya saat itu juga. “Bagaimana mungkin itu bisa terjadi! Kita tidak mungkin bisa dilihat dari posisi seperti ini!”
Karena memang, Fanzy dan kawan-kawannya tengah berlari dilindungi oleh serpihan-serpihan bangunan yang besar membuat mereka bisa bersembunyi dari bongkahan-bongkahan batu tersebut. Tak pelak, Fanzy cukup bingung meskipun dengan kemampuan penglihatan jarak jauh, musuh tidak mungkin bisa melihatnya yang sedang berbaur dengan alam sekitar sekarang ini.
“Lihatlah di sana! Banyak tim yang sedang berkumpul dan mencoba untuk menyerang kita sekarang! Aku tak tahu apa yang akan kau rencanakan sekarang ini, tapi aku merasa kalau rencana itu akan sangat buruk jika kita terus berlari dan menghadap ke belakang!” Teriak Sion dari belakang. Karena memang, semua hal yang dilihatnya tampak remang-remang seperti berada di medan diskotik.
Fanzy tak dapat menghitung berapa banyak jumlahnya, namun banyak sekali tim yang sedang beradu mekanik di tempat ini. Dan diantara semua tim itu, mereka semua benar-benar merasakan kalau Fanzy dan yang lainnya berada di tengah-tengah orang yang ada di sana sekarang ini. Mungkin, tim Indonesia sedang berada di tengah-tengah pertempuran dan sulit rasanya untuk kabur dari sana.
Dengan berjalan memindik-mindik tak ingin ketahuan dan menjadi sasaran empuk lagi, Fanzy pun berhasil menemui 3 rekan tim yang lainnya sekarang. Bersembunyi di balik dinding beton tebal sementara 3 sisi tembok kiri dan kanannya adalah bangunan yang sulit untuk ditembus. Jika memang itu pun bisa ditembus, maka Fanzy tak tahu lagi bagaimana caranya untuk bisa bertahan.
“Syukurlah kalian bertiga telah datang dan selamat! Aku membaca notifikasi itu tadi! Kalian telah membunuh sekaligus mengalahkan tim vietnam! Hanya dengan bertiga! Aku tak bisa berkata apa-apa lagi selain bangga dengan prestasi yang telah kalian capai!” Ucap Recks kepada Fanzy dan yang lainnya baru saja datang di tempat ini. Namun Fanzy merasa sudah cukup mendengar pujian dari orang-orang di sekitarnya itu sekarang ini. Sekarang mereka perlu mencari cara agar bisa lolos dan pergi dari tempat ini dengan hidup-hidup tanpa ada satupun yang meninggal.
“Katakan padaku, bagaimana situasi di tempat ini!” Tanya Fanzy kepada Recks. “Situasi sangat berbahaya, kita sedang berada di tengah-tengah pertempuran 3 tim besar. Cina, jepang, dan juga korea”.