Rasyid terbelak dengan ucapan Nenek Isna, jadi semua ini berawal dari perjodohan keluarga dan membuat semuanya jadi rumit semacam ini. Bahkan sampai dia kehilangan pamannya sendiri karena masalah ini. Mama Sophia menenangkan ibunya dan Nenek Isna menghapus air matanya lalu melanjutkan ceritanya kepada Rasyid.
“Jika kamu berpikir semua ini karena perjodohan keluarga yang menjengkelkan, itu memang benar, Nenek tidak membantahnya. Tapi kenapa Kakek dijodohkan dengan Nenek saat mereka semua tahu jika Nenek menjalin hubungan dengan Lincoln, itu karena semua keluarga tahu betapa serakahnya Lincoln dan memang nantinya dia merencanakan untuk mengambil semua kekayaan Ar Madin melalui Nenek,” kata nenek Isna.
Rasyid masih diam. Lagi-lagi masalah harta.
“Detailnya kamu bisa baca di file itu sudah lengkap. Intinya adalah banyak tragedy yang terjadi diantara keluarga kita membuat Marques sebagai generasi penerus Lincoln menaruh dendam karena salah paham yang diciptakan oleh Fukuda,” ucap Nenek Isna dan langsung dilanjutkan oleh Papa Alfin.
“Kami menolak kehadiran Nima kala itu bukan karena kamu gagal dijodohkan dengan Laila, tapi kamu tahu Nima dari keluarga Fukuda. Meskipun Nima itu baik kepada kita semua tapi ada hal lain yang dia kejar yaitu ambisinya menjadi Nyonya Ar Madin,” kata Papa Alfin.
Rasyid menggeram mendengar itu, “Tak mungkin Nima seperti itu, Papa jangan memperkeruh keadaan,” kata Rasyid murka. Papa Alfin menghela napas dan akhirnya Lukman mengeluarkan satu alat perekam dan diputar di sana.
[“Rasyid sudah mulai percaya denganku Pah, jadi Papah sabar dulu, urusan Marques biar aku yang urus. Aku tak ingin dia menganggap aku membuangnya karena kita memang butuh keduanya. Tapi Nima harus pilih salah satu dulu dan kali ini giliran Rasyid,” suara Nima menggema di sana.
“Setelah aku jadi Nyonya Ar Madin, pelan-pelan semua kepemilikan Ar Madin akan aku alihkan ke beberapa set milik kita dan setelah itu aku akan meminta Rasyid untuk berbagi World Biz. Saat kita sudah ada di puncak seperti itu, aku akan membuat Rasyid menghilang dari muka bumi ini dan giliran aku pindah ke Marques untuk menguras semuanya sama seperti Rasyid,” kata Nima jelas.]
Rasyid bungkam.
Dia tak menyangka jika Nima yang dia kenal lembut dan sempat mencintainya memiliki pemikiran semacam itu. Kelakuannya itu bahkan lebih kejam daripada apa yang Marques lakukan karena termakan hasutan orang tuanya.
“Jika kamu berpikir kami merekayasa semua ini, itu hak kamu. Tapi apa untungnya untuk kita, jika kamu tak setuju, kita tinggal menghilangkan Nima dari hidupmu, untuk apa membuat drama macam ini. Jadi kamu bisa cek sendiri kebenarannya jika memang itu perlu,” kata Papa Alfin santai.
“Kejadian itu terulang kembali saat Alfin dijodohkan dengan Sophia, bukan karena masalah Sophia yang menjalin hubungan dengan orang lain. Tapi ayah Marques, Dexter merencanakan balsas dendam melalui kamu dan mama kamu. Tentu saja Alfin tak tinggal diam soal ini. Meskipun Dexter sudah dijelaskan dan diberikan semua bukti jika yang bersalah adalah ayahnya tapi tetap saja dia tak terima Kakekmu membunuhnya,” jelas Nenek Isna.
“Papa memang berencana melenyapkan Dexter jika dia tidak bertobat, tapi tangi Merischa anak kedua Dexter, adik Marques membuat Papa luluh dan melupakan kejadian itu. Tapi yang tidak diketahui Marques sampai hari ini adalah, Fukuda yang membunuh kedua orang tuanya dan melimpahkan salah itu kepada keluarga kita,” jelas Papa Alfin.
Rasyid memijat keningnya pening dengan semua drama ini. Dia semakin menyesali terlahir dari keluarga Ar Madin.
“Dexter menerima hasutan Fukuda untuk membuat Mama tidak bisa hamil lagi saat Mama mengandung calon adikmu, entah apa yang dia campur sampai rahim Mama tak bisa hamil lagi karena itu hanya kamu anak kami,” ucap Mama Sophia lirih membuat Rasyid menatap mamanya iba.
Hening.
“Soal perjodohanmu dengan Laila itu bukan karena kita tak tahu siapa yang Laila cintai selama ini dan bagaimana hubunganmu dengannya. Tapi kita sudah meminta keluarga Derawan untuk membantu kita menghentikan semua ini,” kata papa Alfin.
Rasyid mendongak dan menatap papanya tak mengerti. “Cara menghentikannya bagaimana?” tanya Rasyid bingung.
“Setelah kita tahu Marques membunuh Merischa saat Merischa memilih menikah dengan Kendra, kami memiliki kesimpulan sebenarnya Marques tak jahat dia hanya terhasut dengan apa yang selama ini dia dengar. Karena itu kita memiliki misi untuk meminta Laila bicara dengan Marques suatu hari nanti jika memang dia jadi istrimu dan Laila paham soal ini karena itu dia tak menolak melakukannya,” kata Papa Alfin.
Rasyid terkekeh mendengar alasan ayahnya.
“Jika hanya ingin bicara dengan Marques, kenapa harus melalui Laila, aku bisa melakukannya, kenapa harus mengorbankan kebahagiaan orang lain, heehh,” sentak Rasyid.
Ketiga orang tua itu menghela napas.
“Menurutmu jika kamu yang bicara dengan Marques dia akan mendengarkanmu? Itu lebih tidak masuk akal lagi. Jika bukan Laila siapa yang akan membantu keluarga kita? Hanya dia yang paham situasi ini karena itu kami memilihnya. Kamu bisa cerai dengannya setelah berhasil mengatasi Marques,” usul ayahnya santai.
Rasyid berdecih, dia sudah membuka mulutnya hendak menjelaskan rencananya tapi Nenek Isna sudah memotong pembicaraannya.
“Apa kamu masih mengejar wanita itu?” tanya Nenek Isna membuat semuanya diam dan menatap nenek Isna bingung.
“Wanita mana?” tanya Rasyid yang memang tak mengerti.
“Wanita Indonesiamu itu, yang sekarang sudah hidup bahagia dengan suaminya, bahkan dia sekarang lagi hamil anak mereka. Mau menunggu sampai kapan untuk wanita yang sama sekali tak peduli padamu. Sekarang kamu atau kita yang bodoh,” tantang Nenek Isna.
Tubuh Rasyid langsung menegang. Apa yang dimaksud Nenek Isna itu Asmara, bagaimana neneknya bisa tahu soal Asmara. Apa sekarang Neneknya ikut mengawasi dirinya?
“Siapa yang nenek maksud?” tanya Rasyid pelan.
“Asmara suaminya Devio selingkuhan Sinta, mantan istri Aldo yang dicintai oleh Laila,” balas Nenek Isna tegas.
Rasyid hanya menatap tajam neneknya. Dia tak bisa berkomentar karena semua itu benar. Apa yang harus dia lakukan sekarang, benarkah dia akan menerima pertunangan ini begitu saja.
“Kami tak melihat ada hal yang istimewa darinya selain dia menolakmu. Tapi Papa yakin jika dia tahu siapa kamu dia tak mungkin menolakmu. Wanita seperti Asmara itu sama saja di dunia ini. Saran Papa, lebih aman kamu memilih wanita yang sederajat dan paham seluk beluk Ar Madin daripada membuang waktu untuk mengejarnya yang sudah memiliki kehidupan sendiri,” ujar Papa Alfin.
Rasyid mengepalkan tangannya mendengar ocehan papanya mengenai Asmara. Rasanya dia ingin membungkam mulut itu karena berani mengatakan Asmara seburuk itu.
“Bagaimana jika pernikahan Asmara ini karena perbuatan Marques yang ingin balas dendam kepadaku, haruskah aku meninggalkan dia begitu saja dalam penderitaan?” ungkap Rasyid.
Semua keluarganya kaget dengan apa yang diucapkan oleh Rasyid. Memahami situasi ini, Rasyid menceritakan apa yang dia dapat dan persselingkuhan yang sengaja muncul karena ulah Marques.
Rasyid berdiri merapikan bajunya dan memandang keluarganya satu per satu. “Sampai kapanpun aku tidak akan meninggalkan Asmara. Jika memang harus ada wanita yang menjadi menantu Ar Madin, di mataku hanya Asmara yang pantas, terlepas apapun dan bagaimana kondisinya,” tegas Rasyid.
“Jika kalian tak setuju, aku tak masalah. Cari saja orang lain untuk menerima semua warisan Ar Madin, meskipun World Biz tak besar, tapi aku yakin, anak-anakku nanti bisa hidup makmur dengan caraku dan tidak ada perjodohan,” tutup Rasyid meninggalkan kelurganya begitu saja tanpa pamit.
Sepulang dari mansion Rasyid, dia meminta Edgar untuk memberikan semua laporannya mengenai Asmara. Dia masih ingat sekilas Neneknya berkata jika Asmara mengandung dan dia melihat sendiri bagaimana cantiknya wanita itu saat hamil.
Rasyid menyimpan satu foto Asmara dan meletakkannya di meja kerjanya. Bayangan liarnya membayangkan jika saja dia lebih aktif, saat ini Asmara menjadi miliknya dan anak itu adalah anaknya dengan Asmara.
“Sepertinya aku sudah gila karenamu, my Rara,” lirih Rasyid sambil mengusap foto itu lembut dengan senyum yang tak bisa diartikan.
***
Marques mendapat laporan dari asistennya apa yang terjadi di mansion Ar Madin. Laporan itu sempat membuatnya tak percaya sampai dia teringat dengan ucapan Ischa adiknya kala itu sebelum meninggal.
“Merdian, selidiki semua kematian Papa dan Mama, tapi lakukan dengan diam-diam. Jangan sampai siapapun tahu termasuk Paman Fukuda,” kata Marques.
Pria itu berdiri di balkon kamarnya dan menatap kerlip lampu kota sambil memegang segelas wine. “Sepertinya aku harus mempercepat semuanya dan segera membawanya,” gumam Marques sambil menggoyangkan gelasnya.
Dia menelpon seseorang, “Selesaikan semuanya dalam waktu satu tahun ini dan aku akan menyelesaikan sisanya,” perintah Marques.
Marqques terkekeh, “Jika kamu bisa menyelesaikannya dan menjadikan dia janda, terserah apa yang mau kamu lakukan, aku tak peduli lagi,” kata Marques menutup telponnya.
***
Rasyid berencana datang ke Indonesia untuk bertemu dengan semua teman-temannya. Setelah kenyataan yang dia alami waktu itu, dia ingin memperjelas semuanya dan meminta saran kepada yang lain, terutama Aldo dan Laila.
“Aku bareng kamu aja lah, kan aku juga lagi di Dubai,” rengek Laila kepada Rasyid. Pria itu merasa kesal tapi tak bisa menolak Laila begitu saja. “Hemmm, aku ga mau terlambat,” kata Rasyid dan wanita itu berteriak kegirangan.
Kali ini pertemuan mereka bukan pertemuan resmi seperti sebelumnya. Mereka merencanakan liburan bersama di pulau kecil dekat Jakarta. Karena itu mereka memutuskan untuk bertemu di bandara sebelum berangkat ke pulau bersama.
“Aku mau ke toilet dulu ya,” pamit Laila dan Rasyid mengangguk. Dia sibuk menelpon yang lain untuk menanyakan keberadaan mereka.
“Maaf, maaf, saya ga lihat,” ucap Rasyid saat dia menyadari jika dia menabrak seseorang. Apalagi dia melihat jika wanita itu sedang hamil.
Tapi begitu dia melihat wanita itu dia kaget dan tak menyangka bisa bertemu dengan wanita yang selama ini memenuhi pikirannya itu.
“Asmara,” lirih Rasyid.
Wanita itu seketika menatap Rasyid tak mengerti. “Apa kita pernah ketemu, kok Anda bisa tahu nama saya?” ucap Asmara.
Rasyid menggoda Asmara sampai membuat wanita itu salah tingkah dan hampir saja dia jatuh dan hilang keseimbangan. Rasyid menangkap pinggang Asmara cepat dan keduanya dalam posisinya yang sangat dekat.
“Hati-hati Sweetheart, kamu lagi hamil nanti kamu dan bayinya bisa kenapa-napa,” ucap Rasyid dengan suara serak karena ada gejolak dalam dirinya yang berontak saat dia menyentuh tubuh Asmara dan aroma parfum itu menusuk hidungnya.
‘Sial, ini karena aku lama ga main, apa memang ini cewek menggoda banget sih, walopun hamil gini kenapa dia masih seksi saja,’ batin Rasyid tapi tatapannya seakan ingin melahap Asmara.
Rasyid tak sadar jika interaksinya itu mendapat perhatian dari teman-temannya yang lain. Reno yang paham siapa wanita itu langsung terbelak. “Vrengsek bener, emang dasar basicnya buaya, cewek bunting masih aja di godain,” keluh Reno membuat semua orang menatap kepada pria itu.
“Elu kenal?” komentar Kelly dan dia mengangguk cepat. “Targetnya Rasyid selanjutnya itu, ga tau mau dipake apa,” keluh Reno dan berjalan mendekati Rasyid untuk memecah kemesraan mereka yang membuat pria itu kesal.
Oman menghalanginya dan menggeleng. “Coba perhatikan baik-baik,” kata Oman dan semuanya memperhatikan interaksi keduanya yang tak pernah disangka oleh siapa saja.
“Ap-Apa yang kamu lakukan?” ucap Asmara sambil mendorong Rasyid keras. Rasyid masih ngeri dengan tindakan Asmara khawatir wanita itu jatuh.
“Aku menjagamu biar kamu ga jatuh,” jawab Rasyid enteng. Asmara langsung melotot. “Ga perlu, aku bisa sendiri,” ketusnya.
“Siapa kamu?” tanya Asmara dengan nada jutek tapi menurut Rasyid ekspresi itu membuat Asmara nampak lucu dan tanpa sadar Rasyid tertawa melihatnya.
“Kok ketawa sih, emang ada yang lucu apa?” dumel Asmara sambil melipat tangannya di d**a.
“Kamu,” kata Rasyid cepat. “Kamu terlihat menggemaskan saat marah begini,” kata Rasyid membuat Asmara makin melotot. Tapi Rasyid tahu jika Asmara senang dengan pujiannya, karena ada rona merah di pipinya.
Asmara yang tak ingin meladeni Rasyid memutuskan untuk berbalik tapi Rasyid mencekal lengannya dan dia mendekati Asmara.
“Tunggu takdir berpihak kepada kita Sweetheart, aku pastikan kamu akan jadi milikku nantinya. Tunggu aku,” bisik Rasyid yang sengaja menghembuskan napas beratnya.
*****