"Ibu, Dia bisa dengan mudah menyerahkan perusahaan itu kepada kami. Bagaimana mungkin kita masih bisa memaksanya?" Jawab Azizah gugup. Nyonya Besar Shah Alam mendengus dingin. Sebenarnya, dia tahu betul bahwa Azizah benar. Dia hanya memanfaatkan mereka untuk melampiaskan amarahnya pada gadis itu. Raihana dengan cepat menepuk punggungnya dan menghibur, "Bibi, jangan marah. Kesehatanmu lebih penting. Biar aku antar pulang. Bibi pasti lelah!" "Ah, mengapa Ammar sangat buta sehingga tidak bisa melihat wanita mana yang baik untuknya." Nyonya Besar Shah Alam menghela napas dengan emosi lagi, dibantu Raihana diapun kembali ke Rumah Besar. Setelah Nyonya Besar Shah Alam pergi, keluarga Wan merasa lega. Tuan Wan melirik istrinya, dan azizah segera mengerti. Dia berjalan ke arah Tuan Aziz da