Tangan Tengku Ammar mengepal ketika mendengar kata-kata Tuan Yusuf. Untung saja pria ini adalah rekan bisnis. Jika itu bukan, dia sudah lama menendang si tua Bangka ini ke lantai dasar. “Dia terinsfeksi penyakit. Jangan meliriknya.” Jawab Tengku Ammar ketus. “Benarkah? Bagaimana kamu bisa menerima karyawan yang terinfeksi penyakit?” Tuan Yusuf bertanya dengan kaget. Namun ketika Tengku Ammar hendak menjawab, Ratih masuk dengan nampan kopi di tangannya. Tidak jelas apakah gadis ini mendengar percakapan mereka terakhir namun wajah Ratih sudah lama memerah dan tatapannya pada Tengku Ammar penuh perhitungan. “Kita bicarakan hal lain saja.” Potongnya cepat. Ketika tiba waktunya pulang kerja, Imran menjemputnya di parkiran. Ia mengira Imran hanya mengantarnya ke apartemen namun siapa sangk