bc

Penakluk Hati Sang Pewaris

book_age18+
221
IKUTI
2.8K
BACA
HE
heir/heiress
lighthearted
like
intro-logo
Uraian

Queen El-Vira Wijaya, sosok wanita cantik, lemah lembut dan penuh cinta, harus menanggung penderitaan setelah menikah dengan putra dari keluarga Pratama.

Penderitaan hebat yang ia rasakan selama ini, telah menyisakan trauma mendalam di hatinya. El-Vira berubah menjadi sosok wanita berhati dingin dan kejam. Ia tidak lagi percaya pada kata 'Cinta'. Bahkan ia sampai mengharamkan cinta atas dirinya. Bagi El-Vira, cinta adalah sesuatu yang wajib ia jauhi, harus dimusnahkan dari dalam hati dan juga hidupnya.

Akankah El-Vira akan tetap menjadi wanita dingin tak tersentuh setelah ia bertemu dengan pria dari masa lalunya?

Ataukah ia akan memulai kehidupan baru dan melupakan keinginan balas dendamnya?

chap-preview
Pratinjau gratis
Mertua Jahat
Dia adalah El-Vira. Putri bungsu dari keluarga Indra Wiryawan yang begitu polos dan lugu. Sayangnya tidak banyak orang yang tahu jika dia sebenarnya cuma anak angkat di keluarga itu. Orang tua angkat menyematkan nama Wiryawan di belakang namanya, hanya untuk menaikkan reputasi mereka saja. Dengan begitu orang yang tahu akan beranggapan jika keluarga Wiryawan begitu peduli dan berbelas kasih kepada seorang anak yatim piatu seperti El-Vira. Dibalik itu El-Vira sengaja dipersiapkan hanya untuk dijadikan sebagai senjata pamungkas yang akan mereka gunakan suatu hari nanti. Siapa yang tidak mengakui kecantikannya? Wanita itu memiliki kecantikan yang begitu sempurna. Wajahnya bersinar bak bulan purnama. Kulitnya putih, halus dan mulus seumpama porselen Cina. Tutur katanya lembut dan sopan. Sayangnya, dibalik kata 'balas budi' dia akhirnya dikorbankan untuk kepentingan bisnis keluarga Wiryawan. El-Vira dinikahkan dengan putra dari keluarga Pratama. Seorang pria tampan dan sombong yang bernama Yudhanta Pratama. Vira tidak tahu jika sebenarnya Yudha sudah memiliki kekasih dan kekasihnya itu memilih pergi setelah tahu jika Yudha akan menikah dengannya. Dia bermimpi akan mendapat kehidupan yang lebih baik setelah menjadi menantu di keluarga Pratama. Sayangnya tidak ada yang benar-benar menyukainya selain ayah mertuanya. Dan setelah ayah mertuanya meninggal dunia, untuk selanjutnya El-Vira menjalani kehidupan yang sangat pahit. Suami yang tidak mencintainya selalu mengabaikannya. Ibu mertua yang membencinya memperlakukan dia begitu keji. Tidak ada lagi yang dapat dilakukannya untuk menarik perhatian dan menyenangkan hati seorang Yudha, kecuali itu hanya akan berakhir menjadi sebuah kesia-siaan. Sampai di akhir pernikahan mereka, pria itu tetap tidak pernah memiliki cinta untuknya. *** Siang itu Vira kembali nekat datang ke kantor Yudha untuk mengantar bekal makan siang. Seperti biasa, ia dihadang oleh seorang wanita arogan bernama Jeslyn. Wanita ini dikabarkan memiliki hubungan dekat dengan Yudha, sejak pria itu patah hati karena ditinggal pergi kekasihnya. "Apa kamu nggak punya malu! Sudah jelas kalau tuan Yudha nggak bakalan mau melihat wajah kamu! Mending kamu nggak usah masuk, deh!" Wanita yang menjabat sebagai sekretaris di perusahaan Yudha itu berkata penuh kesombongan. Sudah tidak ada lagi rasa hormat yang dia tunjukkan kepada Vira selaku istri bos. Di karenakan desas-desus yang tersebar selama ini, membuat sebagian orang di perusahaan itu memandang sebelah mata kepada Vira. Termasuk Jeslyn. Sekretaris perusahaan yang terkenal sombong dan sok berkuasa mentang-mentang dia dekat dengan bos nya. Dulu, semasa tuan besar Surya Pratama masih hidup dan memimpin perusahaan, Jeslyn salah satu orang yang menundukkan kepala di depan Vira. Jangankan berbicara dengan nada tinggi, menegakkan kepala saja dia tidak boleh. Tuan Surya akan langsung memarahi dia. Namun semua berubah tatkala ayah mertua yang baik hati itu meninggal dunia. Keadaan menjadi berbalik. Saat ini di mata Jeslyn, Vira tidak lebih dari kotoran debu yang menempel di dinding. "Kamu mengapa masih bertahan di situ? Lebih baik kamu pulang saja sana!" Jeslyn mengibaskan tangannya seperti gerakan mengusir. Mengabaikan ocehan Jeslyn, Vira melirik pintu besar berwarna hitam di depannya. Dia masih berniat untuk nekat masuk ke dalam ruang kerja Yudha. Sebelum beranjak ia berbicara sedikit kepada Jeslyn, "Kamu mau ngomong apa saja terserah, aku cuma perlu mengantar bekal makan siang ini untuk suamiku." Benar-benar! Jeslyn menggeram kesal lalu ikut menyusul masuk. "Saya sudah kasih peringatan sama dia, saya juga sudah melarang dia untuk tidak masuk, tapi wanita ini begitu tebal muka tidak tahu diri!" Jeslyn sudah lebih dulu mengadu bahkan sebelum Vira sempat meletakkan kotak bekal makan siang di atas meja. Yudha yang tadi masih menunduk kemudian mengangkat kepalanya. Dia menatap Vira tajam, sorot matanya penuh kebencian. Wajah Vira langsung berubah pucat, dia menunduk lalu berkata dengan takut-takut, "Aku datang cuma mau mengantar bekal makan siang ini buat kamu. Tidak lebih." Dia kemudian meletakkan kotak bekal makan siang ke hadapan Yudha lalu mundur sedikit. "Sudah berapa kali aku katakan, jangan pernah datang ke kantor ini lagi!" Pria itu memukul permukaan meja dengan keras. Vira yang berdiri di depannya sampai terlonjak kaget. "Kamu punya telinga tapi tidak berfungsi dengan baik! Dengar! Aku nggak perlu apa-apa dari kamu karena Jeslyn sudah menyiapkan semuanya buat aku. Kamu bawa pulang lagi bekal ini, aku nggak akan sudi menyentuhnya!" Yudha berkata penuh kebencian. Ia kemudian mendorong kotak bekal makan siang menjauh dari hadapannya. Nyaris jatuh ke bawah. Jeslyn tersenyum menang. Dia segera berkata kepada Vira, "Kamu dengar itu, aku sudah berbaik hati memperingatkan kamu, tapi kamu masih saja tidak tahu diri!" Dia lalu mengambil kotak bekal makan siang itu dan mengembalikannya kepada Vira dengan kasar. Vira melihat ke arah Yudha tapi pria itu sudah tidak peduli, dia memilih sibuk di depan komputernya. "Setidaknya, makanlah sedikit saja. Aku permisi!" Selesai berbicara Vira kembali meletakkan kotak bekal makan siang ke hadapan Yudha, lalu buru-buru berbalik pergi. "Benar-benar tidak tahu diri!" Sayup-sayup dia masih bisa mendengar makian Jeslyn sebelum tubuhnya menghilang di balik pintu. *** Vira keluar dari perusahaan Yudha sambil mengusap air matanya. Tadi, setelah keluar dari ruang kerja suaminya dia tidak langsung pergi, melainkan bersembunyi di ujung lorong. Seperti yang sudah-sudah, dia akan mengintip dari tempat persembunyiannya. Berharap jika bekal makan siang yang ia antarkan tidak lagi berakhir di tempat sampah. Sayangnya itu tidak pernah terjadi! Karena beberapa detik kemudian Jeslyn keluar lalu melempar kotak bekal makan siang itu ke dalam tong sampah. "Dengan cara apa lagi aku baru bisa menyenangkan hati Mas Yudha." Vira terus saja melamun sepanjang perjalanan pulang ke rumah. Dia mencintai Yudha dengan tulus, tidak berharap apapun dari pria itu kecuali cinta dan perhatiannya. Sejak awal dia sudah jatuh cinta pada pria itu. Dia jatuh cinta pada pandangan pertama ketika mereka tidak sengaja bertemu di sebuah pesta. Ketika mereka kembali bertemu di acara keluarga yang akan membahas masalah perjodohan keduanya, saat itu Yudha bersikap manis di depannya. Dia mengira gayung bersambut tapi ternyata cinta bertepuk sebelah tangan. Yudha tidak pernah mencintainya, hati pria itu masih tertaut kepada kekasihnya dulu. Pria itu menikahi Vira hanya demi kepentingan bisnis semata dan juga karena paksaan dari ayahnya. *** "Vira!!" Tubuh wanita itu sampai terlonjak kaget. Ibu mertua kembali mengeluarkan auman singa dari arah ruang laundry. Kalau sudah begini semua pelayan sudah pasti memilih menyingkir atau bersembunyi. Mereka terlalu takut melihat kemarahan nyonya yang bisa berubah menjadi sangat mengerikan itu. Gelas yang belum sempat diisi air minum, terpaksa kembali diletakkan. Sebisa mungkin Vira segera datang ke hadapan Ibu mertuanya. Dia tidak ingin tamparan ataupun rotan kembali mendarat di tubuhnya. "Ada apa, Bu?" Vira bertanya takut-takut. Dia terus saja menunduk, tidak berani menegakkan kepalanya di hadapan wanita itu. "Kamu bertanya ada apa?" Wanita paruh baya itu melihat ke arah meja setrika, lalu mengambil sesuatu yang tergeletak di atasnya. "Kalau sudah melihat ini, apa kamu masih bisa bertanya ada apa?!" Nyonya Widya melemparkan dress batik di tanganya ke wajah Vira. Lalu dia kembali berkata, "Kamu sengaja merusak baju kesayangan saya?!" Wajah Vira telah berubah pucat pasi. Lubang yang terdapat di bagian punggung baju itu membuatnya ketakutan. Dia tidak merasa merusaknya, tapi kalau tuduhan itu sudah tertuju kepadanya maka dia tidak akan bisa membela diri lagi meskipun dia benar. Dia benar saja tetap dimarahi apalagi kalau dia salah. "Ma-maaf, Bu, aku nggak merasa merusak baju ini." Suara Vira seperti tercekat di tenggorokan. Di antara rasa takut yang menyelimuti dia masih berusaha membela diri. Dia ingat, bukan dia yang terakhir kali menggunakan ruang laundry, tetapi salah satu pelayan yang baru beberapa hari masuk kerja. Vira melihat baju di tangannya lalu berbicara pelan, " Aku sungguh tidak melakukannya, aku rasa Ibu perlu bertanya kepada semua pelayan di rumah ini. Dengan begitu barulah tahu siapa pelakunya." Plak! Plak! Dua tamparan sekaligus segera mendarat di wajahnya. Kalimat yang baru saja ia ucapkan justru semakin membuat Nyonya Widya murka. "Siapa kamu berani mengajari saya?! Apa kamu lupa dengan kedudukan kamu di rumah ini?! Boleh saja ada nama Wiryawan di belakang nama kamu, tapi itu nggak ada nilainya bagi keluarga Pratama!" Vira hanya bisa menunduk sambil mengusap pipinya yang terasa panas terbakar. Tentu saja dia tidak lupa dengan kedudukannya di rumah ini. Dia adalah menantu di rumah ini. Dia istri sekaligus menantu yang tidak pernah dianggap.

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook