"Menurutmu apa rencanamu semalam berhasil?" Sabila bertanya pada Rafan. Malam telah berlalu, sempat menempelkan telinga di daun pintu ketika Rafan dan Luna berhasil mengunci Elang dan Liana di kamar Iqbal. Suara jeritan membuat mereka berasumsi bahwa rencananya berhasil dan orangtua Elang dan Liana bisa berbahagia menyambut kedatangan calon penduduk baru. "Semalam dengar sendiri jeritan ah ah ah-nya," jawab Rafan dengan santai sambil menikmati secangkir kopi pahit di pagi hari. "Benar juga. Tapi apa pintunya sudah dibuka? Takutnya mereka lapar." Sabila masih setengah hati untuk menjalankan rencana putra kesayangannya. Iya, semua rencana dari mengundang Liana dan Elang untuk makan malam dan memberikan obat perangsang berasal dari Rafan. Dia kesal karena telah dikerjai sampai terkencing-