“Kenapa kamu bangun?” Elang menghentikan memotong sayur saat melihat Liana. Segera dia mendekat, memapahnya duduk di kursi. “Gue gak selemah itu sampai harus dipapah.” “Tapi lima jam yang lalu meringkuk di kasur.” Liana menatap manik matanya. “Itu siang tadi, sekarang lain cerita … thanks ya untuk obatnya.” “Hmm. Balik ke kamar gih!” “Jangan suruh gue tidur mulu! Gue lapar.” Liana mengusap perutnya. Wajar rasa lapar itu datang ketika semua isi perutnya sudah terkuras habis ke dalam kloset. “Tapi gua belum selesai masak. Tunggu sebentar ya!” Elang gegas balik lagi ke dapur. Sebelum dia memegang pisau kembali, dia mengambil minum dan roti tawar untuk disuguhkan pada Liana. “Makan ini dulu untuk mengganjal perut! Takutnya makanannya matang terlalu lama.” Liana tersenyum mengangguk kep