Bab 8. (Tam, Sang Makhluk Berlian)

1238 Kata
Pedang Merah terus bercerita kepada Dewa Iblis, yang berusaha untuk lepas dari pengaruh daun semesta. Namun biar pun terus mencoba. Dirinya tidak mendapatkan apa-apa. Kekuatannya tak dapat ia gunakan sama sekali. Daun semesta benar-benar sudah melumpuhkan kekuatannya. Hingga Dewa Sihir pun menghampiri mereka, dan mengakhiri ocehan dari benda pusaka miliknya itu. "Hay Gadis Merah, kau ini cerewet sekali. Ingat, dia itu musuh mu, bukan kawanmu. Apa kau tak sadar, kalau dirinya sedang mengulur waktu. Sekarang bagaimana caranya, agar Dewa Iblis dapat keluar dari makhluk berlian ini?" tanya Dewa Sihir, dengan penuh kekesalannya. "Kau harus menggunakan seluruh kekuatanmu yang ada, untuk menghantam d**a makhluk berlian itu. Hingga jiwa Dewa Iblis pun keluar," jelas Pedang Merah. "Lalu kau melakukan apa?" tanya Dewa Sihir dengan penuh selidik. "Tentu saja aku akan membuat lubang ruang dan waktu. Untuk dirinya pulang ke asalnya," jawab Pedang Merah. "Apa kau tidak bisa memusnahkan separuh jiwanya ini?" tanya Dewa Sihir kembali. "Kau, dirinya, aku dan si tampan itu saja. Hanya mampu menyegelnya di lubang hitam supermasif di pusat Galaksi Bima Sakti," jelas Pedang Merah kepada Dewa Sihir, yang membuat Dewa Iblis tertawa keras. "Adik, aku ini abadi. Apa pun yang kalian lakukan. Tetap saja, kalian hanya dapat menyegel ku. Sebagai usia maksimal kalian," tutur Dewa Iblis. Mengingat pertarungan dirinya dengan Dewa Sihir dan Dewa Bulan, dengan bantuan Pedang Merah dan Pedang Bulan, disaat dirinya masih memiliki tubuh sejati. Hingga akhirnya hancur, dan jiwanya tersegel di dalam lubang hitam supermasif. Oleh kedua adik seperguruannya itu. Yang tak dihiraukan sama sekali oleh Dewa Sihir dan Pedang Merah. "Kalau aku melakukannya, kekuatanku akan terkuras habis. Aku tidak bisa pergi menemui anak kembar Dewa Bulan itu," ucap Dewa Sihir mengutarakan kekhawatirannya. "Tenang saja aku punya pil jiwa, dan pastinya aku akan meminjamkan kekuatanku untukmu," sahut Pedang Merah. "Kalau begitu, kita lakukan sekarang," ucap Dewa Sihir dengan penuh semangat. "Baiklah, kita lakukan sekarang...," sahut Pedang Merah. Pedang Merah langsung saja melesat, dan menembus jantung Dewa Iblis begitu saja, tanpa perasaan sama sekali, kepada lawannya itu. Saat menembus tubuh Dewa Iblis,terlihat mata pedang, Pedang Merah, membawa cahaya hitam yang merupakan jelmaan dari jiwa Dewa Iblis. Pedang pusaka itu lalu membuat lubang ruang dan waktu dengan diameter sebesar tinju manusia dewasa. Lubang ruang dan waktu itu langsung terhubung dengan lubang hitam supermasif di pusat Galaksi Bima Sakti di mana separuh jiwa Dewa Iblis berada. Dewi Sihir lalu menggunakan segenap kekuatannya yang ada untuk menghantam d**a, tubuh berlian Dewa Iblis. Hingga cahaya hitam itu masuk sendiri ke dalam lubang ruang dan waktu itu. Sedangkan Pedang Merah, melayang di samping Dewa Sihir. Cahaya hitam itu terus keluar, memanjang seperti ular dari dalam lubang yang dibuat oleh Pedang Merah di punggungnya. Hingga akhirnya cahaya hitam itu, telah keluar seluruhnya dari tubuh rampasan itu. "Kalian! tunggulah pembalasanku nanti," teriak Dewa Iblis saat seluruh cahaya hitam itu masuk ke dalam lubang ruang dan waktu yang segera menghilang dari pandangan. Saat seluruh jiwa lubang hitam sudah keluar dari dalam tubuh makhluk berlian itu. Tiba-tiba saja, tubuh berlian itu mengelupas. Hingga memunculkan tubuh seorang lelaki berkulit kuning, begitu juga dengan wajah iblisnya yang ikut mengelupas. Hingga menampilkan wajah manusia seperti orang Jepang. Dengan pakaian seorang pengelana berwarna kuning. Melihat sosok lelaki tampan yang belum sadarkan diri itu. Pedang Merah pun merasa sangat bahagia. Karena makhluk yang ia tolong nya benar-benar berwajah tampan. "Aku tidak berbohong kan?" tanya Dewa Sihir, lalu melepaskan tangannya pada d**a makhluk itu. Lalu mengalihkan tangan kanannya untuk menekan masuk daun semesta ke dalam keningnya. Dan saat daun semesta berwarna merah itu masuk ke dalam kening makhluk berlian itu. Kesadarannya pun berangsur-angsur kembali. "Majikan aku malu ...," kata Pedang Merah, bicara perlahan kepada Dewa Sihir yang ada di sampingnya. "Malu tapi mau ...," sahut Dewa Sihir datar, dengan terus memperhatikan sosok dari makhluk berlian berambut kuning yang diikat itu. Akhirnya kesadaran makhluk berlian itu pun benar-benar kembali. Ia bukakan sepasang matanya yang berwarna kuning. "Di mana aku? Dan siapa kau?" tanya makhluk berlian itu. "Kau berada di masa 700 juta tahun yang lalu dari masa kita berada. Aku Dewa Sihir, dan yang di sampingku adalah Pedang Merah," jawab Dewa Sihir, yang malah membuat makhluk berlian bernama Tam itu kebingungan. "Bagaimana bisa aku sampai di masa ini?" ujar Tam dengan penuh kebingungannya, yang langsung disahuti oleh Pedang Merah. "Kau bisa ada di sini, karena kau dirasuki oleh Dewa Iblis. Oh ya, namamu siapa?" ucap Pedang Merah dengan suara gadis lembut. Berbeda sekali dengan suara yang tadi ia gunakan untuk berbicara dengan Dewa Iblis, yang cempreng dan galak. "Namaku Tam, aku berasal dari planet berlian. Dan kau ini pedang aneh, bisa berbicara?" jawab Tam, dengan polosnya. "Aku ini benda pusaka, yang memiliki jiwa dan pemikiran sendiri. Wujud ku itu sebenarnya sangat cantik. Tapi karena sebuah kesalahan besar, jiwaku disegel di dalam pedang ini," jelas Pedang Merah, dengan nada manjanya. "Aku tidak mengerti dengan apa yang kau bicarakan. Aku hanya ingin pulang. Diriku masih benar-benar bingung dengan semua ini," kata Tam, dengan wajah penuh kebingungannya. "Dia ingin pulang. Lebih baik pulangkan saja, agar kita dapat mengurus masalah kita segera," sambung Dewa Sihir. "Baiklah, aku akan mengantarmu pulang ...," kata Pedang Merah kepada Tam. "Tapi bagaimana caranya? Aku tidak memiliki kekuatan menembus ruang dan waktu?" tanya Tam dengan penuh kebingungannya. "Serahkan semuanya kepadaku ...," sahut Pedang Merah, dengan penuh percaya dirinya. Benda pusaka milik Dewa Sihir itu, lalu berputar seperti gasing. Terlihat dari perputaran tubuhnya itu. Terciptalah lubang ruang dan waktu dengan radius 10 meter. Yang memperlihatkan sebuah planet berlian di dalamnya. "Apakah itu planet tempat kau tinggal?" tanya Pedang Merah kepada Tam. Sembari menghentikan putaran tubuhnya itu, dan melayang di samping Tam. "Iya, itu tempat planet ku tinggal. Sekarang aku harus apa?" tanya Tam dengan penuh kepolosannya. "Tentu saja kau pergi ke sana. Tenang saja, planet itu ada di masamu. Hingga kau kembali ke sana, kau ada di mana kau sebelumnya tinggal. Dan ingat aku, Pedang Merah dari Bumi ...," tutur Pedang Merah dengan suara genitnya. Tanpa diduga oleh siapa pun. Tam lalu mencium kepala pedang merah yang berbentuk harimau putih dengan mesranya. "Terimakasih Cantik, mungkin suatu saat aku akan mengunjungimu di Bumi ...," sahut Tam lalu melesat masuk ke dalam lubang ruang dan waktu dengan kecepatan tinggi. Setelah Tam masuk ke dalamnya, lubang ruang dan waktu itu pun menghilang begitu saja. Menyisakan Pedang Merah yang terdiam, masih tak percaya jika dirinya dicium oleh Tam. "Gadis Merah sadar kau, dia sudah pergi. Sekarang berikan pil jiwa untukku," kata Dewa Sihir, yang membuat Pedang Merah sadar dari lamunannya itu. Pedang Merah lalu segera melesat ke arah Dewa Sihir, lalu mengeluarkan pil berbentuk putih dari mata pedangnya yang segera ditelan oleh Dewa Sihir, dengan cara mengambilnya dengan memanjang lidahnya dari dalam mulutnya. Setelah menelan pil jiwa, Dewa Sihir lalu duduk bersila di ruang hampa itu. Untuk menyerap kekuatan pil jiwa yang dapat memulihkan kekuatannya itu. "Apakah kita tidak akan kehabisan waktu untuk mencegah pertarungan mereka itu?" tanya Dewa Sihir kepada Pedang Merah. "Biarkan saja mereka bertarung sampai menghancurkan planet itu," sahut Pedang Merah dengan datarnya. "Kita harus menyelamatkan planet itu dari kehancuran," kata Dewa Sihir dengan penuh kekhawatirannya. "Planet itu sudah ditakdirkan hancur menjadi sabuk asteroid. Kalau kau mencegah kehancuran planet itu. Maka masa depan akan sangat berubah. Bisa jadi, saat kita kembali, kita sudah tidak mengenali dunia kita lagi," ujar Pedang Merah yang membuat Dewa Sihir terdiam. Karena ia menyakini juga, masa depan akan jauh berbeda. Jika planet di antara Mars dan Jupiter tak hancur menjadi sabuk asteroid di masa depan.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN