Lalu tanpa mereka sadari ada dua orang yang sibuk menatap mereka dengan tatapan yang terlihat berbeda bahkan salah satu dari mereka justru tersenyum dengan sangat mengerikan seakan apa yang ia mereka lihat adalah sebuah hiburan belaka.
"Merasa hebat boleh-boleh saja, tapi terlihat sok kuat harusnya dia itu sadar diri! Udah tau dia itu lebih baik gak perlu terlihat sok tegar dalam menghadapi hidup eh malah gitu yaudah itu artinya dia menggali tempat peristirahatan sendiri dong ya hahaha," batin salah satu orang itu senang.
"Well yang seharusnya bersantai malah terlihat memukau, yang seharusnya menyembunyikan hal terbaik dalam hidupnya eh malah menyia-nyiakan kesempatan yang ada dan gak salah juga kalo akhirnya sekarang dia kayak gini itu karena salahnya sendiri yang membuat dia jadi parah begini? Ya mau gimana lagi nasi udah jadi buburkan ya," gumam seseorang lainnya datar.
Dua orang itu terlihat sangat menikmati apa yang mereka lihat dengan perasaan yang berbeda, tetapi dalam diam dua orang itu sebenarnya tak berada di tim yang sama bahkan tatapan mata dua orang ini berbeda seakan mereka bukanlah teman dan mereka tak sepaham dengan apa yang terjadi saat ini.
Lalu tidak lama langkah mereka perlahan menjauhi Hisyam dan pemuda itu hanya bisa terdiam untuk beberapa menit karena rasanya seperti ia teringat kembali oleh bagaimana sikap dari keluarganya sendiri yang tak bisa memahami hal apa yang Hisyam miliki tanpa bisa ia hindari.
"Tidak beruntung? Dijauhi? Kenapa orang-orang menilai semudah itu padahal belum tentu orang lain bisa memahami apa aja yang udah gue lalui dan hal apa yang gak bisa gue hindari, tapi justru gue milikin sekarang ini ... kalo aja hidup itu bisa milih mau kayak gimana? Udah pasti gue mau hidup gue setenang mungkin dan baik-baik aja bukan kayak gini," gumam Hisyam sendu.
Yocelyn yang mendengar suara tertahan tuannya membuat arwah yang sudah sangat mengenal pemuda itu dari bayi membuatnya ikut merasakan perasaan sedih karena tidak seharusnya dia kembali dianggap berbeda bahkan ditatap rendah rendah seperti ini.
"Keterlaluan! Cuma karena disuruh aja membuat arwah gak guna ini berbicara hal yang tanpa sadar membuat tuan gue teringat masa-masa terburuk dalam hidupnya! Siapapun orang yang berani berbuat usil begini udah pasti saya hancurkan sehancur mungkin!!!" batin Yocelyn marah.
Namun tak lama suara arwah yang masih berada dalam tubuh seseorang itu kembali berbicara hal yang membuat Hisyam semakin terlihat tidak memiliki muka untuk bisa dihargai orang lain dan pemuda itu memilih pergi saja dari sana sementara Yocelyn membawa arwah itu ke tempat paling mengerikan untuk arwah itu.
"Seorang Hisyam gak seharusnya hidup di dunia yang tidak membutuhkan penipu seperti kamu ini dan di tempat peristirahatan terakhir juga tak menginginkan seorang pembohong untuk tidur dengan tenang jadi dimanapun kamu berada kamu tidak diharapkan oleh siapapun juga Hisyam! Benar-benar sangat wajar untuk dikasihani ya hahahaha," teriak seseorang itu senang.
"Hentikan omong kosong anda sekarang juga! Karena sudah saatnya saya membawa anda ke tempat paling mengerikan untuk anda dan anda tidak akan bisa pergi kemanapun! Jadi silahkan anda menikmati tempat dimana semua perbuatan dan perkataan anda dibayar dengan sangat baik di sana!! Sebab anda tidak akan bisa pergi dari sana," murka Yocelyn marah.
Dalam diam pemuda itu hanya bisa menatap lurus meskipun saat ini perasaannya terasa sangat berantakan dan tidak ada orang lain yang memahami dirinya dan Hisyam tidak bisa membuat orang lain paham bagaimana rasanya menjadi orang yang dianggap hina seperti ini.
"Tanpa perlu diingatkan gue ngerti apa penilaian orang terhadap gue dan bukan salah mereka juga mau nilai gue kayak gimana, gue gak akan bisa merubah apalagi minta orang lain buat ngerti gimana rasanya jadi orang yang tidak bisa lari dari gift luar biasanya," lirih Hisyam sendu.
Padahal saat ini hidup Hisyam perlahan-lahan sudah mulai membaik setelah dulu ia sempat dijauhi oleh keluarganya sendiri, disaat dirinya tidak bisa memilih takdir apa yang harus pemuda itu lalui dan satu-satunya cara adalah dengan melalui semuanya sesuai takdir membawanya.
"Gue pikir hidup gue perlahan mulai membaik setelah badai melelahkan sebelumnya eh siapa sangka gue harus lewatin badai lainnya sekali lagi meskipun berat cuma gue gak boleh biarin diri gue kalah sama keadaan! Ayok Hisyam lu bisa kok, ini cuma masalah waktu dan semua pasti bisa lu lalui dengan kuat kok! Lu harus tegar Syam ... harus kuat," batin Hisyam tegar.
Di saat pemuda itu memilih untuk tidak memikirkan ucapan arwah yang merasuki rekan kerja, tak lama Hisyam justru tidak sengaja menabrak Vala yang sedang membawa tumpukan berkas yang harus dirinya antarkan ke ruangan atasannya.
"Aduh! Astagfirullah ... ini siapa sih jalannya kok gak hati-hati banget? Kan gue jadi jatoh begini! Sakit banget tau! Ya allah berkasnya malah jadi berantakan begini? Aduh duh pinggang sama tangan gue jadi pada linu-linu sakit gini!! Astagfirullah ada-ada aja sih," jerit Vala kesakitan.
Hisyam yang tersadar dari lamunannya membuat pemuda itu bergegas membantu gadis cantik itu karena Vala sendiri sedang sibuk merapihkan berkas-berkas yang berserakan di lorong jalan yang biasanya sering dilalui para karyawan.
"Astagfirullah Vala, kenapa lu duduk di sini? Sini-sini gue bantuin, lu tuh harusnya kalo lagi bawa banyak berkas jangan sendirian gini! Lu gak apa-apa? Ada yang sakit gak? Udah gak apa-apa gue aja yang rapihin lu tinggal pegang berkas yang udah benernya aja Val," tutur Hisyam lembut.
Untuk beberapa menit rasanya Vala ingin melompat-lompat karena baru pertama kali ini dirinya mendengar nada lembut dari orang yang sangat ia dambakan, tetapi sayangnya rasa senang yang Vala rasakan tidak bertahan lama karena tiba-tiba terdengar suara tangisan seseorang membuat Hisyam dan Vala tanpa sadar berbicara bersamaan.
"Kenapa hiks ... kenapa harus aku yang begini hiks ... apa salah aku ...," lirih seseorang sendu.
"Lu denger ada yang nangiskan Syam? Kayaknya dia ada di deket kita sekarang deh? Suaranya kayak pernah denger ya? Cuma gue denger dimana suara gini? Mana dia kedengaran kayak lagi sedih gitu eh iya gak sih Hisyam ...," ujar Vala terhenti.
"Ada yang nangis Val! Suaranya sih cewek ya? Dari arah suaranya sih kayak deket gitu ya? Lu juga dengar gak? Gak mungkin ada karyawan cewek yang nangis di jam kerja ginikan? Mana suara tangisannya kayak yang lagi sedih banget gitu ya kan Vala ...?" ucap Hisyam terhenti.
Tak hanya sampai di sana saja, tetapi masalah lain justru menghampiri Hisyam dan Vala di saat yang tidak tepat dan Hisyam hanya bisa mengabaikan omong kosong dari orang yang tak ingin Hisyam temui di keadaan yang serumit ini.
"Orang yang paling ingin dihindari semua orang justru tebar-tebar ke karyawan cewek? Lu itu beneran gak ada malu ya? Cuma karena dapetin orang yang mau percaya sama lu eh lu malah sampe terlihat rendah kayak gini? Kasihan banget gue liat lu begini Syam," ujar Fillbert dingin.
Sementara Vala yang merasa sangat tak suka jika ada orang yang sampai berani mengusik Hisyam membuatnya menjatuhkan tumpukkan kertas yang dipegang Fillbert hingga membuat pemuda itu menuduh Hisyam pasti membicarakan sesuatu yang tidak baik pada temannya ini.
"Lu laki, tapi mulut lu ember banget dah! Suka-suka dia dong mau tebar pesona kek! Mau tebar duit kek! Emang dia ganteng mah wajar-wajar aja! Lah lu tampang gak seberapa aja eh malah nilai orang seenak jidat, aneh lu! otak kok dipake buat nethink aja?! Kasihan banget sih lu jadi cowok! Cowok kok seneng nyindir dah? Malu gue mah kalo jadi orang kayak lu," ujar Vala dingin.
"See? Saking cewek ini udah kepancing pesona gak jelas lu, Syam! Dia sampe ngomong aneh begini! Udah jelas banget pasti daritadi lu ngomongin sesuatu yang gak bener tentang gue ke dia makanya dia jadi ngawur begini kayak lu! Iyakan? Ngaku aja deh lu! Gak usah sok-sok an pasang tampang gak bersalah begitu! Emang orang gak jelas ya gini dah!!!" omel Fillbert kesal.
Sayangnya Hisyam yang sudah sangat lelah dengan semua orang yang tak sepaham dengan dirinya membuat pemuda itu menyahuti ucapan Fillbert dengan datar karena sejujurnya ia juga tak menginginkan masalah selalu menghampiri hidupnya yang rumit ini.
"Apa yang dibilang itu penilaian dia terhadap sikap lu! Lu pikir aja kita gak ngusik lu terus tiba-tiba lu ngomong gak jelas dan lu nuduh gue ngejelekin lu? Untungnya buat gue apa? Gak ada untungnya dari nyari masalah! Gue pribadi aja gak pengen punya masalah sama lu atau orang lain kok jadi lu gak usah selalu nyalahin gue di setiap masalah lu dah," sahut Hisyam datar.
Bahkan pemuda itu tak ingin mendengar sahutan apapun dari Fillbert sehingga Hisyam memilih untuk berlalu pergi dari hadapannya, membiarkan Fillbert terdiam sejenak dan tidak lama gadis cantik yang dikenal sebagai teman Hisyam juga memarahi dirinya dengan ucapan yang serius.
"Hah? Lu bilang apa? Gue nyalahin lu? Gue nyari masalah sama lu? Lu pikir lu siapa sampe bisa ngomong kayak gini ke gue, Hisyam? Harusnya lu itu tuh tau diri woy ...," ucap Fillbert terhenti.
"Tau diri ... tau diri?! Lu punya kaca gak! Daritadi di sini siapa yang gak tau diri! Lu dateng cuma buat nuduh Hisyam sembarangan terus dibilangin sesuai fakta malah ngamuk-ngamuk! Emang ya kalo netizen itu gak difilter dulu langsung jeblak aja kayak buka pintu! Apa perlu gue beliin kaca setinggi badan lu itu biar lu juga bisa ngoreksi kesalahan lu itu hah!!!" murka Vala serius.
Sebenarnya Vala tak pernah ingin terlibat dalam masalah apapun yang dihadapi oleh Hisyam, tetapi kali ini ucapan pemuda yang bernama Fillbert sudah sangat keterlaluan dan ia tak bisa diam saja mendengarnya.
"Gue gak mau ikut campur dalam ketidak jelasan otak lu dalam berpikir ini! Cuma ucapan lu saat ini tuh keterlaluan! Lu gak tau posisi dia, lu gak paham gimana rasanya jadi dia terus lu tuduh orang seenak jidat lebar lu itu! Nilai orang lain semau lu emang boleh, tapi gunain logika lu yang kata lu pinter itu! Jangan cuma gunain mulut lu buat nyakitin orang aja tau gak!!" ujar Vala kesal.
Beruntunglah Fillbert karena tak lama Chiko dan Kayle yang merasa khawatir dengan teman baiknya membantu pemuda itu memisahkan Vala dari dirinya sebab Kayle dan Chiko sudah cukup hafal dengan kemarahan gadis yang dikenal diam, tapi menakutkan itu.
"Val, Vala! Astagfirullah Vala ... istighfar Vala! Kita gak tau apa yang terjadi cuma lu tetap harus tenang dong, jangan ngomel-ngomel gini dong? Lu gak kasihan sama muka cantik lu yang nanti malah berkerut kayak nenek kalo lu marah-marah mulu Vala? Udahan ya? Tenangin diri lu baru nanti lu boleh marah lagi kok! Sekarang mah udah ya tenangin diri lu," tutur Chiko lembut.
"Anak kodok itu bener Val, masalah gak akan selesai kalo lu hadapin dengan emosi kayak gini! Mending sekarang lu balik kerja aja yuk sama kita nanti sisanya biar kita aja yang beresin ini orang daripada lu repot-repot buang waktu buat manusia gak guna ini yakan," ucap Kayle santai.
Tak hanya sampai di sana saja Vala justru kembali memperingati Fillbert sebelum dirinya benar-benar dibawa pergi oleh kedua teman baiknya dan pemuda itu hanya bisa mengepalkan tangan nya karena ia merasa kesal dengan ucapan gadis itu.
"No! Gue akan tetep mantau lu jadi sebaiknya lu gak usah nyari masalah sama Hisyam atau gue gak akan main-main dengan ucapan gue karena gue gak akan keberatan untuk turun tangan sendiri buat ngadepin orang yang gak beretika kayak lu ini!! Jadi camkan itu," tutur Vala serius.
Sementara tanpa Fillbert sadari ada sesosok arwah yang menemaninya dengan wajah yang tak bisa menahan kesedihannya dan ia sangat berharap untuk bisa memeluk orang yang dahulu selalu menemaninya dalam keadaan apapun.
"Fill, lu beneran gak bisa gue? Dulu kita kemana-mana selalu bareng loh! Gue kangen bisa meluk lu ... gue kangen nemenin lu di keadaan apapun Fill, gue pengen balik ke tempat dimana lu bisa mengandalkan gue lagi! Gue gak mau kepisah dari lu dan gue gak bisa berbuat apapun lagi untuk sekarang! Gue gak mau jadi kayak gini Fill ...," batin arwah itu sendu.
Sayangnya mau seberapa besar usaha yang dilakukan gadis itu, ia tetap tak akan bisa memeluk dan kembali ke dunia yang bukan lagi tempatnya dan tak lama Fillbert justru berlalu pergi tanpa merasakan pergerakan atau tepukan arwah yang sangat menyayangi dirinya itu.
Kepergian Fillbert yang secepat itu membuat gadis itu merasa kehilangan seluruh dunianya dan ia tak bisa berhenti menangisi takdir yang tak ia pahami atau ia hindari, padahal dulu arwah itu merasa dunianya baik-baik saja sebelum akhirnya menjadi seperti ini dan ia tak bisa berbuat banyak.
Satu-satunya hal yang bisa dia lakukan adalah menunggu kebenaran yang sudah pasti akan sulit untuk ditemukan terlebih semua yang terjadi padanya bukanlah hal mudah karena ia sendiri juga merasa kesal dengan apa yang terjadi padanya.
| Bersambung |