Ulang Tahun Ervin

1072 Kata
Ervin menggeliat pelan ketika Elina membangunkannya. “ Mister aku lapar mau makan burger di restaurant tempat kamu kerja,” kata Elina. Ervin tidak menanggapi, ia kembali tidur memeluk guling yang ada di dekatnya. “Mister nggak mau bangun? Ya, sudah aku beli sendiri,” kata Elina. Gadis itu bergegas turun, tapi Ervin menahan tangannya. “Jam segini restaurantnya belum buka Elina.” Ervin bergumam dengan mata tertutup. Ia lalu meraih ponselnya untuk melihat jam. “Restaurant buka jam 8, masih ada dua jam lagi. Lebih baik kamu tidur, ya.” Ervin menarik Elina untuk berbaring lagi, tapi gadis itu kembali bangun. “Nggak mau. Mister punya banyak teman di sana kenapa nggak minta tolong suruh buatin.” Elina mulai merengek membuat Ervin mau tidak mau harus bangun. Ia coba bersabar menghadapi Elina yang sedang hamil. “Iya, aku bangun. Aku mau cuci muka dulu.” Ervin bergegas ke kamar mandi. Elina kembali tidur membungkus dirinya dengan selimut saat Ervin keluar. Ervin kembali ke kamar Elina untuk melihat istrinya, perlahan Ervin kembali masuk berharap bisa tidur kembali tanpa sepengetahuan Elina. “Mister hati-hati di jalan,ya,” ujar Elina membuat langkah Ervin terhenti. “Ya sudah aku jalan sekarang,” ucapnya lalu kembali keluar kamar. Seperti dugaan Ervin restaurant belum buka. Ada beberapa karyawan yang baru datang saat Ervin tiba. Di antara mereka ternyata ada Boby yang bertugas sebagai penanggung jawab shift pagi. “Tumben kamu pagi-pagi nongkrong di sini? Kamu mau kerja? Kangen ya nyapu sama ngepel lantai?” ujar Boby membuat Ervin teringat akan masa lalu. Dia adalah karyawan paling rajin, meski dia bukan karyawan full time, tapi Ervin bisa mengerjakan lebih banyak pekerjaan dari pada karyawan tetap. “Bob, boleh minta tolong?” tanya Ervin lemas tak bertenaga. Boby yang tahu temannya sedang ada masalah pun ikut duduk di motor Ervin. “Kenapa ada masalah apa? Istri kamu minta cerai?” Ervin mendelik membayangkan Elina ingin cerai. Walau Elina gadis yang manja dan pemaksa, tapi Ervin tetap cinta. Ia tidak ingin mengulangi kesalahan yang dulu. “Elina ngidam mau makan burger, bisa gak kamu bantu aku minta staf dapur buatin burger? Aku takut mereka marah soalnya restaurant belum buka.” Saat Ervin kerja di restaurant tidak jarang beberpa pengunjung datang lebih pagi dari jam operasional, hal itu jelas membuat waktu preparation staf dapur berkurang. Sebagai pelayan yang baik Ervin dan teman-temanya akan memberitahu pelanggan bahwa mereka butuh waktu sedikit lebih lama untuk menyiapkan pesanan. “Aku kira apa. Kamu tenang saja aku sendiri yang akan memberitahu staf dapur. Masuk dulu, yuk, ngobrol di dalam saja.” Boby menarik tangan Ervin masuk ke restaurant. Meski merasa canggung pada teman-temanya, tapi Ervin tetap masuk. Ia duduk di meja dekat pintu keluar masuk staf dapur. Untuk mengusir rasa bosannya Ervin hanya memainkan ponsel yang tersambung dengan wifi restaurant. Tiba-tiba ada dua wanita memasuki restaurant. Ervin mengalihkan tatapannya dari ponsel. Dua wanita yang berpenampilan berbeda, yang satu cantik dengan pakaian sederhana dan satunya lagi biasa saja.Ervin tidak tertarik dengan kedua wanita itu. Ia kembali asyik dengan ponselnya. Boby datang menghampirinya. “Vin, makanan kamu sudah diproses. Tunggu bentar ya,” kata Boby. “Oh, iya. Thank you Bob.” “Kamu duduk saja dulu di sini aku mau ketemu tamu yang tidak diundang,” kata Boby. Tatapanya tertuju pada dua gadis itu. “Siapa? Pengunjung?” tanya Ervin penasaran. “Bukan, salah satu dari mereka teman aku. Sudah ya aku ke sana dulu.” Boby menepuk pundak Ervin lalu pergi ke meja di mana dua wanita itu duduk. Ervin kembali sibuk berbalas pesan dengan Elina. Merasa ada yang memperhatikan Ervin kembali mengarahkan pandangan pada dua gadis yang duduk bersama Boby. Ervin memberikan senyum saat tatapannya beradu dengan salah satu dari dua gadis itu. Entah mengapa ia merasa risih diperhatikan oleh perempuan selain istrinya. Bisik-bisik mulai terdengar membuat Ervin mencoba untuk abai. “Ganteng banget. Dia siapa?” “Teman aku, jangan dekat-dekat dia sudah nikah.” “Nikah muda?” Ervin mencoba menutup telinganya dengan headset. “Permisi, Kak, ini pesanannya.” Ervin segera menerima makanan itu dari seorang gadis berkemeja putih dan celana panjang hitam. Dari penampilannya Ervin yakin dia masih probation. Setelah membayar tagihan ia pun pulang mengingat Elina sudah menunggunya di rumah. Ervin bergegas menemui istrinya setelah sampai di rumah. Keadaan rumah yang sepi membuat Ervin khawatir. Beberapa kali ia memanggil nama Elina, tapi tidak ada sahutan. “Elina kamu di mana?” teriak Ervin. Ia pun membuka kamar istrinya dan terdiam saat melihat Elina berdiri di tengah kamar membawa kue kecil dengan lilin yang menyala. Ervin terpaku melihat Elina berdiri memakai gaun yang cantik. Gadis itu bahkan berdandan untuknya. “Selamat ulang tahun Mister,” kata Elina. Ervin mendekati istrinya, meletakkan bungkus makanan di atas meja belajar. “Kamu siapin ini semua buat aku?” tanya Ervin haru. Elina mengangguk. Ia sengaja meminta Ervin pergi pagi-pagi untuk membeli makanan. “Maaf, ya, aku bangunin kamu pagi-pagi. Nanti malam kamu pasti sibuk buat tugas,” ujar Elina memberi alasan. Ervin mencubit pipi gadis itu gemas. “Mister berdoa dulu baru tiup lilinnya.” Ervin mulai memejamkan matanya. Tuhan jangan biarkan dia pergi dari hidupku. Izinkan aku bersama Elina selamanya. “Selamat ulang tahun, Papa.” Elina mengusap perut ketika suaminya meniup lilin. Ervin bersimpuh lalu mencium perut Elina. “Terima kasih sayang. Baik-baik di dalam, ya, jangan nakal.” Ervin berdiri mengambil kue dari tangan Elina lalu meletakkannya dekat makanan yang ia beli. Ervin memeluk Elina erat. “Terima kasih Elina.” “Iya, Mister. Jangan pelit-pelit lagi.” “Kapan sih aku pelit?” tanya Ervin seraya mengurai pelukan mereka. “Setiap hari. Mau aku ceritain satu-satu?” jawab Elina. Ervin menjaga jarak dari istrinya lalu mengalihkan perhatian pada burger. “Ini burger buat kamu. Katanya ini burger istimewa,” kata Ervin. “Mister beneran beliin aku burger? Aku terharu, tapi kok cuma satu?” tanya Elina. “Memangnya buat siapa lagi?” tanya Ervin kebingungan. “Tuhkan Mister pelit lagi? Kenapa Mister pelit sama diri sendiri sih? Kalau burgernya satu terus Mister gak dapat dong?” Ervin segera memutar otak agar Elina berhenti menuduhnya pelit. “Maksud aku biar tambah romantis Elina. Kita berbagi satu burger biar semakin dekat,” ujar Ervin membuat Elina terdiam sejenak. Gadis itu perlahan tersenyum menatap Ervin dengan mata berbinar. “Mister ternyata romantis,” ucap Elina membuat Ervin menghela napas dalam. ‘Ternyata ada untungnya juga punya istri polos seperti Elina,’ batin Ervin.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN