Resiko Ganteng

995 Kata
Lampu rumah masih menyala terang. Ervin duduk di teras sembari memangku laptopnya. Ia sedang menunggu Elina pulang ditemani beberapa nyamuk betina yang suka mencium kaki dan tangannya. Obat nyamuk bakar ternyata tidak mempan menghalau para nyamuk yang tertarik pada Ervin. “Cih, resiko orang ganteng kayak gini, ya, dikerumuni nyamuk,” gumam Ervin. Beberapa kali ia menangkap nyamuk di udara dan berhasil membinasakannya. “Aku pulang, Mister?” Elina menghampiri Ervin yang masih sibuk dengan para fansnya―nyamuk. “Kenapa baru pulang?” tanya pria itu tanpa menatap Elina. Elina duduk di samping Ervin lalu menyandarkan kepalanya pada bahu sang suami. “Tadi aku jalan-jalan sama teman-teman. Kami jalan ke mall terus makan malam,” jelas Elina. Ervin melepaskan tangan Elina yang memeluknya erat. “Ya, sudah masuk. Biar nggak kedinginan. Tadi kamu pulang sama siapa?” tanya Ervin sembari membereskan buku dan laptopnya. Elina mengikuti Ervin ke dalam. Mereka duduk di kursi dengan meja bulat. Elina meletakkan tas punggungnya di atas meja sementara Ervin membereskan bukunya dan menata supaya rapi sebelum membuka laptop. “Diantar sama teman. Mister sudah makan?” Ervin mulai sibuk membuka satu per satu halaman buku. “Aku sudah makan. Kamu kalau nggak ada tugas lebih baik mandi terus tidur. Pasti capek dari tadi jalan-jalan. Jangan lupa minum obat dan s**u. Minggu depan jadwal periksa ke dokter jadi kamu nggak boleh kecapekan biar baby sehat,” nasihat Ervin. Elina yang mendengar itu hanya diam menatap suaminya lekat. Merasa diperhatikan membuat Ervin mendongkak. Ia bertanya pada istrinya apa yang ia lihat melalui gerakan kepala. “Mister nggak ada tampang cowok selingkuh,” celetuk Elina membuat Ervin kaget. Tumben-tumbennya Elina membahas perselingkuhan. Apa diam-diam istrinya menonton web series perselingkuhan yang lagi viral? Ervin harus waspada kalau istrinya buat drama. “Mana mungkin aku selingkuh, Elina. Punya istri satu saja bikin pusing apa lagi dua. Aku bisa mati muda,” kata Ervin membuat Elina mengangguk setuju. “Aku juga yakin Mister nggak selingkuh. Tampang pas-pasan apa lagi isi dompetnya seret, terus mukanya udah tua mau punya anak. Mana ada cewek yang mau,” kata Elina. Ervin terdiam mendengar tuduhan yang diberikan padanya. Oke, dia akui isi dompetnya memang pas-pasan bisa dibilang kempes, tapi wajahnya nggak kalah ganteng dari Al Gazali. Bisa dibilang ia lebih ganteng dari Temon. “El, kamu nggak sadar punya suami ganteng? Aku itu direbutin sama cewek-cewek di SMA dulu bahkan sampai sekarang. Kamu harusnya beruntung bisa dapetin aku,” kata Ervin penuh percaya diri. Namun, ternyata jawaban itu membuat Elina jengkel. Wajahnya berubah dingin saat menatap suaminya. Melihat mimik wajah istrinya berubah membuat Ervin bertanya-tanya. Ia kembali mengingat jawabannya beberapa saat lalu dan ia menyadari apa yang membuat istrinya marah. “Jadi Mister senang dideketin sama cewek?” Elina mulai mengeluarkan tanduknya membuat Ervin menyesal telah menjawab ucapan gadis itu. “Enggak Elina. Itu dulu sebelum kenal sama kamu.” Ervin merutuki dirinya yang terlalu percaya diri. Mata Elina menyipit seakan tidak percaya dengan ucapan Ervin. Ia ingin mencari kebenaran dari sorot mata suaminya. “Aku mau mandi terus tidur.” Elina beranjak pergi dari hadapan Ervin. Pria itu menghela napas lega. Ia pikir malam ini akan terjadi perang, beruntungnya Elina bisa mengendalikan emosinya. Ervin kembali berkutat dengan tugas. Sesekali ia melirik Elina yang lewat di depannya. Gadis itu minum s**u sambil mondar-mandir depan Ervin membuat konsentrasinya pecah. “Elina bisa duduk nggak?” tanya Ervin yang mulai pusing melihat Elina tidak bisa diam. Gadis itu menganguk lalu menghampiri Ervin. Dengan santainya Elina duduk di pangkuan suaminya. Ervin mengusap rambutnya kesal, tapi coba ia tahan. “Elina duduknya di kursi bukan di sini.” Ervin berusaha menarik istrinya supaya berdiri, tapi Elina justru mengalungkan tangannya pada leher pria itu. “Mister aku kangen.” Rengekan manja Elina membuat Ervin sulit berkonsentrasi. Bibir merah muda itu seakan menggoda untuk disentuh. Ervin tidak tahu kenapa Elina bisa meruntuhkan pertahannanya. Ervin mengusap rambut Elina yang halus. Mau tidak mau ia harus menggendong istrinya ke kamar supaya tidak mengganggu. “Aku juga kangen, tapi aku harus selesaikan tugas dulu biar cepat lulus dan aku bisa kerja. Kamu tahu mimpi aku seperti apa untuk rumah tangga kita,” jelas Ervin. Ia membaringkan Elina di tempat tidur lalu menyelimutinya. “Kamu tidur saja, ya.” Ervin mengecup kening Elina “Tapi aku belum mandi.” “Ya sudah mandi.” “Mandiin dong,” kata Elina dengan wajah cemberut. Ervin mengusap leher belakangnya. Elina menjadi lebih manja selama hamil. “Elina jangan goda aku,” sahut Ervin. “Emang salah godain suami sendiri?” Elina membuka kancing atas kemejanya membuat Ervin memalingkan wajah. Matanya terpejam rapat berusaha menahan desiran hangat di tubuhnya. ‘Jangan Ervin, kamu harus kuat. Kadang setan wujudnya secantik wanita,’ batin Ervin. Ia menghela napas panjang sebelum menatap istrinya. “Besok saja kita mandi bareng. Sekarang kamu mandi sendiri lalu tidur. Selamat malam.” “Mister gak bohong,’kan?” “Iya, janji.” Ervin lalu keluar kamar. Setelah Elina terkurung di kamar, maka Ervin bisa tenang mengerjakan tugasnya. Hari sudah menuju tengah malam sesekali Ervin menguap. Ia segera mematikan laptopnya lalu mengintip Elina yang sudah tidur. Gadis itu tertidur pulas sembari memeluk bonekanya. Ervin merasa bersalah sudah membuat Elina kesepian. Seharusnya gadis itu mendapatkan perhatian penuh darinya ketika hamil. Ervin lalu masuk dan duduk di tepi tempat tidur. Tanganya terulur memegang perut Elina. “Jagain mama, ya, Nak. Jangan ngerpotin mama kamu. Sehat-sehat di dalam sana, papa akan melakukan yang terbaik untuk kalian.” Ervin masuk ke dalam selimut lalu tidur di samping Elina. Ia menatap wajah cantik yang terlelap di sampingnya sebelum memejamkan mata. “Mister pelit,” gumam Elina dengan mata terpejam. Ervin menunggu Elina bicara lagi, tapi istrinya sudah tertidur pulas. Ervin tersenyum, tapi hanya untuk sementara waktu. “Mister jangan selingkuh,” igau Elina. Ervin terdiam memikirkan ucapan Elina. “Tidak El, aku sayang sama kamu. Aku cuma cinta sama kamu, gak ada wanita lain lagi di hati aku.” Ervin mencium kening Elina lalu memeluknya erat.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN