Bab 1. Menjual Keperawanan

1299 Kata
"Satu juta dollar? Bukankah hargamu terlalu tinggi, Nona? Memangnya, apa keunggulan yang kau miliki, hah?" sarkas seorang pria tampan yang sudah membeli Bella dalam sebuah acara lelang ilegal yang berlokasi di kapal pesiar, Las Vegas. Pria tampan dengan aura gelap dan sorot mata tajam itu, menatap Bella yang masih berdiri di tempatnya. Wanita cantik bermata hazel yang memiliki kulit putih dan rambut panjang berwarna coklat itu, masih belum beranjak dari sana. Dia penasaran, mengapa Bella memasang tarif tinggi, yaitu dua ratus ribu dollar. Apa karena dia cantik? Kalau masalah itu, bukankah masih banyak wanita yang lebih cantik darinya. Atau karena dia memiliki skill yang baik di atas ranjang? Dia penasaran, karena banyak juga pria lain yang menawarnya. Tapi, dialah pemenangnya dan mendapatkan Bella, seharga satu juta dollar. Bella meremat ujung dress pendek berwarna merah yang saat ini melekat pada tubuhnya. Menunjukkan bentuk tubuhnya yang bisa dibilang proposional Jangan lupakan hidung mancung dan bibir tipisnya, yang seperti magnet dan bisa menggoda pria manapun di dekatnya. "Hey! Apa kau tidak punya mulut? Atau ... kau seorang tuna rungu!" sentak pria itu seraya meletakkan cerutunya di atas asbak yang berada tak jauh darinya. Bella terperangah mendengar suara bentakan pria yang terdengar menyeramkan itu. Lantas, dia mengangkat sedikit kepalanya dan memberanikan diri menatap pria yang sudah membelinya itu. Meskipun keringat dingin sudah bercucuran di wajahnya, padahal ini belum apa-apa. "Se-seperti apa yang dikatakan Tuan Frederick, sa-saya masih virgin, Tuan." Bella menjawab dengan nada bicara yang terbata-bata. Pria itu tersenyum menyeringai, tipis, saking tipisnya, senyumannya hampir tak terlihat. Kedua matanya yang berwarna amber, menatap Bella semakin lekat, dari atas sampai ke bawah, seperti sedang menelanjanginya saja. "Benarkah? Kau masih virgin?" Leandro, adalah nama pria itu. Dia mempertanyakan perkataan Bella. Di jaman ini, dalam lingkungan seperti ini, mana mungkin ada wanita yang masih menjaga keperawanannya. "Iya Tuan." Bella menganggukkan kepalanya, dia menjawab pertanyaan pria itu dengan jujur. "Hem ... kemarilah!" titah Leandro kepada Bella. Wanita itu menjawab dengan anggukan kepala, kemudian berjalan menghampiri Leandro yang sedang duduk di atas sofa kamar itu. Tanpa kata, Leandro menarik tangan Bella, sehingga wanita itu duduk di atas pangkuannya. Dari jarak sedekat inilah, Bella bisa mencium aroma menyengat dari alkohol yang menguar ditubuh Leandro. "Apa dia mabuk?" tanya Bella dalam hatinya. Jantungnya berdegup kencang, bulu-bulu halusnya meremang, saat dia merasakan hembusan hangat dari nafas Leandro yang sekarang sedang mengecupi batang lehernya. "Eungh ...," lenguh Bella sambil menggigit bibirnya sendiri, menahan diri untuk tidak mengeluarkan suara memalukan dari bibirnya. Sebab, ini adalah pengalaman pertama baginya, berdekatan dan dicium oleh seorang pria. "Tahan Bella! Ini demi nyawa ibumu!" jerit wanita itu dalam hatinya, sambil menahan tangis. Sumpah demi apapun, Bella ingin mendorong tubuh Leandro, melepaskan bibir pria itu dari lehernya. Tapi, dia punya alasan kuat, kenapa dia melakukan semua ini? Demi ibunya, dia rela menjual keperawanannya dalam sebuah acara lelang. Merendahkan harga dirinya di depan banyak orang, sampai akhirnya dia berakhir di sini bersama Leandro. Pria misterius yang sudah membelinya. "Kenapa kau menahan diri? Bersuara lah! Aku suka mendengar suaramu," ucap Leandro sambil mengangkat dagu Bella. Hingga, kedua netra hazel dan amber itu saling bertemu pandang. "Sa-saya malu Tuan. Sa-saya—" Belum sempat menyelesaikan kata-katanya, Bella dibuat terkesiap oleh tindakan Leandro. Pria itu meraup bibirnya, dengan rasa asing yang tidak pernah dia rasakan sebelumnya. Bella diam saja menerima perlakuan seperti itu, karena dia tidak tahu harus bagaimana. Leandro melepaskan ciuman itu, kala dia menyadari bahwa Bella hanya diam saja dan mulai kehabisan nafas. Tangan pria itu menarik rambut panjang Bella, dia melayangkan tatapan mautnya juga pada wanita itu. "Aah!" ringis Bella kesakitan. "Balas ciumanku, bodoh!" ujar Leandro dengan suara dingin yang sampai membuat Bella gemetar ketakutan. "Sa-saya tidak tahu bagaimana caranya, Tuan." Leandro mengerutkan dahinya, matanya memicing seakan tak percaya dengan perkataan wanita itu. "Lalu apa gunanya aku membelimu, kalau kau bahkan tak bisa melakukan ini? Jangan mencoba menipuku dengan bersikap sok polos. Karena itu sama sekali ... tidak berguna dan berpengaruh untukku!" Benar dugaan Bella, pria itu memang tidak percaya kalau ini pertama kali untuknya. Hasrat yang sudah membubung tinggi dan tak bisa ditahannya lagi, membuat Leandro tidak sabaran dan langsung menyerang bibir Bella dengan beringas. Tak lupa, tangan besar pria itu menyentuh sesuatu yang menurutnya enak disentuh pada tubuh Bella. Tubuh Bella meremang, dia merinding saat jari-jemari pria itu bergerilya menjelajahi bagian sensitif tubuhnya. Bahkan, tanpa sadar dress-nya sudah melorot dan hanya memperlihatkan pakaian dalamnya saja yang berwarna merah terang. "Sepertinya kau memang sudah mempersiapkan semuanya. Jalang!"decak Leandro dengan pandangan yang menelisik pada keindahan tubuh Bella. Bella tak mampu berbicara, dia hanya gemetaran, menggigit bibirnya sendiri. Melihat Bella ketakutan, malah semakin menambah gairah Leandro untuk menguasai tubuh Bella. Malam ini, dia akan merasakan bagaimana rasanya perawan satu juta dollar yang sudah dibelinya. Sekaligus, akan membuktikan apakah benar wanita ini masih perawan atau tidak. Beberapa waktu berlalu di kamar itu, setelah suara erangan, desahan dan jeritan Bella di bawah kuasa tubuh Leandro. Akhirnya, Bella bisa beristirahat juga. "Ini benar-benar gila. Tubuhku seperti dilindas truk. Sakit sekali," gerutu Bella sambil menahan nyeri. "Pria itu benar-benar menghancurkan tubuhku!" Tubuhnya remuk, pegal semua dan dia merasakan perih pada bagian intimnya. Kini gadis itu telah menjadi seorang wanita dan telah menghabiskan malamnya bersama seorang pria tak dikenal. Dia tak bisa memejamkan mata, walau lelah, bahkan sampai tidak bisa berdiri, padahal dia ingin membersihkan diri ke kamar mandi. Sedangkan pria yang semalaman menggagahinya itu sudah pergi entah kemana. Setelah puas melampiaskan hasratnya, pria itu meninggalkannya begitu saja tanpa sepatah kata pun. "Suami masa depanku, aku mohon maafkan aku. Maaf, karena aku merenggut hakmu untuk menjadi kali pertamamu. Maaf ...," lirih Bella sambil menangis, meratapi nasibnya. Merasa bersalah, kepada calon suaminya di masa depan, karena kali pertama berharganya, bukan milik suaminya nanti. Namun, apa gunanya menyesal saat ini? Semua sudah terjadi, ibaratkan nasi sudah berubah menjadi bubur. Tak akan ada jalan kembali. "Bella, jangan menyesal. Ini semua demi nyawa ibumu, kalau kau menyesal ... itu artinya kalau tidak ingin ibumu selamat," gumamnya kepada diri sendiri, sambil berusaha bangkit dari tempat tidurnya. Tidak ada gunanya menyesal dan dia tidak boleh juga menyia-nyiakan waktunya. Saat ini, pasti sedang ada yang menunggu untuk pembayaran rumah sakit ibunya. Bella bergegas pergi ke kamar mandi, memaksakan tubuhnya yang sedang tidak fit ini. Setelah memakai pakaian dan riasan tipis di wajahnya, Bella tidak langsung pergi ke rumah sakit. Melainkan pergi ke tempat Tuan Frederick, pria yang sudah membuatnya berada dalam acara lelang tersebut. "Oh Bella ... kau sudah ada di sini saja? Ada apa Bella?" tanya Frederick. "Tuan, tolong berikan uang saya yang semalam!" pinta Bella dengan terburu-buru, karena ibunya sudah lama menunggu. "Uang? Uang apa?" Pria itu terlihat berpura-pura tidak tahu. "Uang satu juta dollar dari pria itu, berikan kepada saya, Tuan!" Bella menadahkan kedua tangannya, seraya meminta uang itu dari Frederick. "Pergilah dari sini, sebelum aku menghabisimu!" Tiba-tiba saja Frederick berubah menjadi tajam dan dingin padanya, padahal sebelum dia bersikap baik pada Bella. Kini pria itu menatap Bella dengan sengit. Tapi Bella tak akan diam saja, dia harus mendapatkan haknya. Satu juta dollar itu! "Tentu, saya akan pergi dari sini. Jika Tuan, sudah memberikan hak saya. Berikan uang itu kepada saya, Tuan!" bentak Bella yang seketika membuat Frederick marah kepadanya. Pria bertubuh besar itu menarik tangan Bella dengan kasar, lalu dia mendorongnya sampai jatuh terduduk. "Tuan!" pekik Bella. "DAN!" Teriak Frederick, memanggil salah satu anak buahnya yang ada di sana. Tak lama kemudian, seorang pria berkepala botak datang menghampirinya dan memberi hormat padanya. "Ya, Tuan?" "Bawa wanita jalang ini ke rumah merah!" Titah Frederick pada anak buahnya itu. "Apa yang Anda lakukan? Kenapa saya—" "Diam! Kau ingin tau apa yang ingin aku lakukan padamu?" tanya Frederick tersenyum menyeringai. "Dan, cepat bawa wanita ini pergi!" Bella tampak terkejut, saat tubuhnya diseret oleh pria bertubuh besar itu. Entah apa yang akan terjadi padanya. Apa sebenarnya rumah merah itu? TBC...
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN