Chapter 12 - Ternyata seperti itu...

1023 Kata
Flashback Terlihat Caroline menggandeng tangan mungil Raquel memasuki cafe tempatnya bekerja. Yaa, Caroline memutuskan membawa Raquel ke tempat kerjanya, toh juga ibunya masih bersama Alardo. "Aunty." Caroline menghentikan langkahnya saat Raquel berhenti dan memanggilnya. "Ada apa sayang?" tanyanya menatap Raquel. "Itu," Telunjuk mungil Raquel menunjuk seorang bocah pria sebayanya yang lumayan jauh dari dirinya berdiri, tapi tak sampai menyeberang jalan. Reo, bocah itu tengah duduk di sebuah bangku dengan seorang perempuan cantik di sebelahnya, mata birunya terlihat menatap ke arah Raquel sembari tersenyum, tangannya melambai mengisyaratkan agar bocah sebayanya itu mendekatinya. "REO!" pekiknya girang sambil melompat-lompat. Caroline terlihat menggeleng-gelengkan kepalanya melihat kelakuan Raquel, dan Reo adalah anak dari NASYA—yea, perempuan yang duduk di sebelah Reo adalah ibu kandungnya. "Aunty... Raquel mau ke Reo." Beritahu Raquel menatap Caroline dengan puppyeyesnya—memohon dengan tatapan lucu, membuat Caroline gemas dan akhirnya mengizinkan Raquel mendatangi Reo. "Sana bermain lah, kalau sudah temui aunty di tempat biasa, okey?" Katanya yang langsung di sahut simbol jempol dari bocah cantik menggemaskan itu. "NAS, aku titip Raquel!" teriak Caroline dan Nasya mengangguk mengiyakan. Raquel berjalan menghampiri Reo dengan langkah kecilnya. Pandangan matanya yang sesekali celingukan langsung terfokus pada seorang pria yang berdiri tidak jauh darinya, pria itu kembali melangkah setelah berhenti sejenak dan Raquel merasa familiar dengan wajah itu. Raquel mengenalnya? yaa! Wajah pria yang berada dalam foto bersama ibunya, saat itu Raquel melihat diam-diam ibunya merobek sebuah foto lalu membuangnya pada tempat sampah, dan Raquel secara diam-diam mengambil kembali foto itu lalu memperbaikinya dengan tekad jeli dan sekarang penglihatannya yakin bahwa pria itu adalah ayahnya. "Papa." Tea Raquel tidak salah lihat, dengan senyum lebar pria itu yang merangkul ibunya di foto. Teriakan kecil Raquel terdengar saat mata bulatnya melihat pria yang diyakini papanya itu mulai berjalan menjauh, dan dengan panik bocah berusia 5 tahun itu berlari mengejar sampai menyeberang jalan dengan berani. Tapi sayang pria itu sudah berada di seberang jalan, sempat berhenti sesaat karena teriakan yang terasa menyiksa telinganya. Sedangkan Raquel yang kepalang panik tidak fokus pada jalan, bocah berusia 5 tahun itu langsung melarikan kaki kecilnya menyeberang jalan yang tanpa sadar ada sebuah kendaraan beroda empat dari seberang kanan—melaju dengan kencang, bahkan suara klakson tidak di dengarnya, Raquel terus berlari sambil berteriak papa. Terusik dengan pendengarannya yang aneh, pria itu akhirnya membalikan badannya dan melihat seorang bocah dengan nekadnya menyeberang jalan, tapi satu detik melihat wajah bocah itu dari jauh, hatinya entah kenapa mencelos, sakit juga senang secara bersamaan. Dia kenal bocah mungil itu dan satu gumaman pelan meluncur dari mulutnya. "Raquel," "PAPAA!!" Bruk! "Raquel!" Pria itu terbelalak kala menangkap tubuh kecil Raquel tertabrak mobil, lelaki itu dengan panik langsung berlari mendekat lalu memangku tubuh kecilnya. "Hay sayang, bangun." ucapnya dengan tangan terulur mengelus pipi Raquel yang memerah, di kepala bocah itu terdapat luka hingga darah pun merembas keluar. Sebelum tidak sadarkan diri, Raquel sempat tersenyum sembari bergumam lirih memanggil papa. Seolah Raquel yakin pria yang tengah memangkunya itu adalah papa kandungnya meski hanya melihat dari sebuah foto yang sudah rusak lalu di perbaikinya kembali. Sungguh bocah yang pintar, keinginannya untuk mengetahui sang ayah sangat kuat, meski ada sosok ayah lain yang sangat menyayanginya. Tapi ayah tetaplah ayah, dan Raquel ingin ayah kandungnya kembali. "Raquel, maafkan Papa," entah sadar atau tidak, setetes air mata keluar dari pelupuk mata pria itu saat melihat Raquel tidak sadarkan diri. Bahkan teriakan seorang wanita yang tak dikenalnya yang tidak lain adalah Caroline—yang beberapa detik lalu berlari ke arah kerumunan dan sekarang telau berada di sisinya, memandangi Raquel dengan panik. Sampai suara seorang wanita yang sangat dikenalnya terdengar membuat tubuh pria itu kaku seketika. "Raquel!" Wanita itu berjongkok lalu merebut Raquel yang berada di pangkuannya. Dan tatapan mereka bertemu membuat suasana lebih mencengkeram, sampai akhirnya pandangan wanita yang amat dirindukannya itu teralih pada Raquel. "Hay, sayang, kenapa bisa begini, bangun sayang anak mama." Pria itu melihat Rachel yang menangis tertahan, memeluk dan memanggil Raquel yang tak sadarkan diri. Flashback end. "Rachel." Rachel mendongak saat namanya dipanggil. Tatapan tajam kemudian wanita itu lempar pada pria yang dipanggil papa oleh Raquel itu. "Berani sekali kau menunjukkan wajahmu di depanku!" ucap Rachel dengan dingin. "Raquel anakku." bukannya menjawab pria itu malah balik bertanya, tapi dari nadanya bukanlah sebuah pertanyaan melainkan sebuah pernyataan. Caroline yang masih berada di sana spontan berdiri, matanya melotot tajam menatap pria di depannya itu. Ayah Raquel? Berarti lelaki ini yang... Kurang ajar. "Anakku! Raquel anakku, dia tidak punya ayah-" Tepat saat Rachel baru mengeluarkan sepatah katanya, Caroline lebih dulu memotongnya dengan menendang keras tulang kering pria itu yang seketika langsung meringis. "Ohh, jadi kau b******n itu, berani sekali kau menampakkan wajahmu pada kami bahkan membuat Raquel kecelakaan!" Caroline terus menghajar pria itu sampai sang empu mengerang kesakitan karena beberapa tonjokan bahkan tamparan kuat dilayangkan tangan mungil Caroline dan membuat Rachel menggeleng dengan tingkah sahabatnya itu. "Car sudah kau buang-buang tenaga saja!" Relainya langsung menarik Caroline yang terlihat belum puas menghajar pria di depannya itu. Dan yang seharusnya marah kan dia, kenapa Caroline ikut-ikutan?! "Xavier," Pandangan mereka bertemu kembali, saling terpaku sesaat, bahkan di hati kecil Rachel tak bisa mengelak bahwa luka sekaligus kerinduan untuk pria itu belum sepenuhnya hilang meski sudah bertahun-tahun lamanya melupakan, perasaan itu kembali ingin menyeruak keluar. Sedangkan pria bernama Xavier—Lee Xavier itu terlihat menatap Rachel dengan kerinduan yang tak ditutup-tutupi sama sekali. Kenangan akan beberapa tahun lalu menyeruak keluar, pria yang mengisi hati Rachel beberapa tahun silam, dan mungkin saja masih sampai sekarang karena rasa itu tidak juga hilang meski terus mencoba dilupakan. Bahkan kehadiran seorang Alardo bagi Rachel tak sepenuhnya mengubah keadaan. "Kita memang harus bicara serius." Memutus kontak mata, Xavier langsung mengambil dan menggenggam tangan Rachel untuk pergi bersamanya meninggalkan Caroline yang mendengus melihat sahabatnya pasrah saja diseret pria bernama Xavier itu. Bahkan kehadiran Alardo yang baru sampai di hiraukan Rachel. "Rachel," Alardo menoleh pada Caroline. "Mereka mau ke mana?" tanyanya yang hanya di jawab kendikan bahu oleh Caroline. "Dia. Apa pria itu papanya Raquel?'' tanyanya lagi. Caroline menghela napas. "Aku belum tahu jelas, tapi lelaki itu berkata 'Raquel anakku'." Hening sesaat. "Apa kau memiliki pikiran sama denganku," ucap Caroline tiba-tiba dan dibalas anggukan oleh Alardo.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN