Bab 10 - Gus Adhim

1949 Kata

Lelaki tinggi dengan rambut gondrong itu berdiri di depan pintu. Tubuhnya cukup atletis mengingat laki-laki itu suka nge-gym dan tidak jarang ikut hiking dan climbing dengan kelab pecinta alam kampusnya. Laki-laki dengan senyum menawan itu melepas jaket kulitnya, menampilkan kaus putih oblong yang ia kenakan. Dan yang membuat semua orang ingin meliriknya selain wajahnya yang rupawan adalah celana levis sobek-sobeknya yang menjadi pemandangan kontras di antara pemuda lain yang notabenenya adalah santri di lingkungan ndalem Kiai Hisyam itu. Sebab, bagaimana tidak? Semua laki-laki yang ada di sana tidak ada yang memakai celana seperti itu. Kebanyakan mereka memakai sarung. Kalau tidak, yang mereka kenakan adalah celana training atau celana kain. “Baru sampek?” Seorang lelaki yang tidak ka

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN