Bab 02

1865 Kata
"Yuruizawa- sensei!" teriak seorang perawat panik saat menemukan orang yang dia cari sejak tadi. Merasa kalau ada hal penting yang ingin dibicarakan dengannya oleh orang itu, Yuruizawa memilih mengabaikan Nanase yang juga terlihat khawatir saat mendengar perawat pria itu meneriaki Yuruizawa dengan wajah paniknya. "Ada apa?" "Ja — dwal and— a diper — cepat! Hhh ... napas salah satu pasien tiba-tiba berhenti, kemungkinan Bradycardia!" Ujarnya dengan napas yang juga nyaris putus. [ Bradikardia atau Bradycardia adalah kondisi saat denyut jantung seseorang berada di bawah 60 denyut per-menit. di bawah yang seharusnya 100 denyut per menit. ] "Di mana dia sekarang?" "Sudah di ruang operasi." Mendengar itu, Yuruizawa langsung berlari ke ruang operasi diikuti Nanase, meninggalkan perawat yang masih terus berusaha meraup udara sebanyak yang dia mampu. Sesaat setelah tiba di ruang operasi, Yuruizawa langsung dipakaikan pakaian steril, sarung tangan karet, masker juga sebuah cap di kepalanya oleh asisten yang akan membantunya menangani operasi kali itu, setelah seluruh tubuhnya steril Yuruizawa langsung menuju ke meja operasi di mana ada seorang remaja pria berusia empat belas tahunan sudah terbaring tak sadarkan diri setelah tubuhnya mendapat anestesi. Nanase yang ikut masuk ke dalam juga memakai apa yang dipakai oleh Yuruizawa, hanya saja saat Yuruizawa mendekati pasien itu untuk memulai pembedahan, Nanase hanya berdiri tak jauh dari Yuruizawa, hanya untuk melihat bagaimana dokter itu bekerja, bahkan saat Yuruizawa bertanya keadaan pasien tersebut, Nanase hanya mendengarkan. "Pasien juga tiba-tiba berhenti bernapas beberapa detik lalu, saya sudah melakukan pijatan pada jantungnya dan memberikan dia tekanan oksigen tinggi sekarang." Seorang asisten memberitahu kronologi sesaat sebelum Yuruizawa meminta sebuah pisau bedah untuk memotong kulit dan daging pasien yang akan dia operasi. "Kalau paru-parunya sudah kembali bekerja, kembali stabilkan tekanan oksigen dan nyalakan Cardio Purmonary Bypass lalu hentikan kerja jantungnya!" Ujar Yuruizawa terdengar sangat tegar dibalik maskernya. "Dia ini kenapa?" Nanase mulai bersuara saat salah seorang asisten sedang melakukan tugas yang diberikan Yuruizawa. "TAPVR ( Total Anomalus Pulmonary Venous Drainage )." Jawab asisten itu singkat kemudian kembali membantu Yuruizawa memberikan peralatan medis yang dia butuhkan. Total Anomalous Pulmonary Venous Return atau TAPVR adalah penyakit jantung bawaan. Di mana tidak satu pun dari empat vena yang membawa darah dari paru-paru ke jantung melekat ke atrium kiri. Pada kasus TAPVR, oksigen dalam darah kembali dari paru-paru ke atrium kanan atau ventrikel kanan — dan bukan ke sisi kiri jantung. Dengan kata lain, sirkulasi darah ke dan dari paru-paru dan tidak pernah keluar ke tubuh. Jika pasiennya adalah seorang bayi, Yuruizawa hanya perlu memperbaiki anomalinya tapi, pasiennya saat ini bukanlah seorang bayi. Mungkin saat operasi yang dilakukan ketika dia masih bayi mengalami kerusakan hingga memacu kesalahan dalam kerja jantung hingga membuat paru-parunya berhenti bekerja untuk beberapa detik. Selesai memotong kulit dan membuka daging, dinding daging itu kemudian dia sangga menggunakan penjepit khusus sebelum melebarkannya agar bisa dengan mudah melihat kesalahan terletak di mana. Setelah dilebarkan menjadi dua kali dari ukuran awal sayatan, dari sana terlihat jelas jantung yang masih berdetak. "Potong Vena vertikal dengan Vena tidak dikenal kemudian tukar Arteri Pulmonalis ke posisi yang benar! Kemudian tambahkan ASD bersamaan!" [ Vena adalahPembuluh balik adalah pembuluh yang membawa darah menuju jantung. . Perikardium adalah kantung yang membungkus jantung. ] "Nyalakan CBP." CBP berfungsi sebagai mesin jantung — paru atau "pompa". Pompa pintas Cardio Pulmonary dioperasikan oleh alat bernama Ferfusionis. Setelah CPB dinyalakan, Yuruizawa melakukan semua teknik pembedahan yang dia bisa, di depan Nanase pria itu seperti tidak punya rasa takut sama sekali, meski sesekali keringat mengucur melewati cap yang membungkus kepalanya, asisten yang bertugas memberikan peralatan bedah segera siap mengelap keringat itu agar tidak turun melewati mata dan mengganggu penglihatannya. Bagaimanapun, mata adalah aset paling penting dalam bidang ini. Hanya saja, saat Yuruizawa sedang fokus pada jantung di depannya, tiba-tiba pasien itu kembali berhenti bernapas. Keadaannya menjadi tidak stabil menyebabkan jantungnya mulai bekerja tiba-tiba dan mengakibatkan pendarahan. Semua orang masih berusaha tenang meski Nanase yakin mereka yang terlihat tidak seperti yang mereka rasakan. Salah satu asisten mengikuti arahan Yuruizawa untuk memompa paru-parunya dan memperbaiki sirkulasi oksigen sementara dia mencoba menghentikan pendarahan yang terjadi akibat kerja jantung yang tiba-tiba. Hanya saja saat pendarahan berhasil dihentikan, napas pasien tidak kembali seperti semula. Hal tersebut bisa memicu pendarahan lain atau membuat CPB berbalik tidak berfungsi, artinya, jantung pasien akan benar-benar mati bersama pasien jika hal ini tidak segera dihentikan. Dalam kasus ini, biasanya dokter-dokter pengecut akan menghentikan tindakan, lalu keluar dari ruang operasi dan mengatakan kalau operasi mereka berhasil tapi kenyataannya pasien hanya disangga CPB dengan kurva palsu yang dibuat agar seolah-olah pasien masih hidup. Sebenarnya itu sebuah tindakan kriminal dengan memalsukan kematian pasien dan tetap membuatnya tetap di rumah sakit dan mendapat perawatan agar rumah sakit bisa terus mendapatkan uang dari hal tersebut. Meski terdengar kejam dan melanggar hukum, kenyataannya masih ada banyak rumah sakit yang melakukan semacam itu untuk mengambil keuntungan, meski tidak pernah ada satupun yang berani buka mulut tentang hal ini, tapi hampir semua dokter yang pernah melakukan operasi mengetahuinya namun tetap diam. Tapi di mata Nanase sekarang, sepertinya Yuruizawa bukan dokter seperti itu. "Yuruizawa-sensei?" Seorang asisten yang tidak berhasil menyetabilkan kerja paru-paru pasien terdengar panik memanggil Yuruizawa. Sementara Yuruizawa sendiri masih sibuk menghentikan pendarahan di jantung pasien tersebut. Melihat itu, Nanase tidak bisa hanya tinggal diam, dia meminta agar asisten itu menyingkir dari tempatnya lalu menggantikan posisi tersebut untuk dirinya sendiri. "Nanase! Kau mau apa?" Yuruizawa sudah dibuat repot oleh satu pasien dan dia tidak mau dibuat kerepotan lagi oleh satu dokter bodoh yang tidak bisa melihat di mana mereka sekarang. Awalnya Nanase ingin mengabaikan pertanyaan itu, namun setelah beberapa saat dia menekan-nekan area sekitar d**a dan pangkal leher pasien itu Nanase mulai angkat suara, "Aku yakin sesuatu terjadi pada salah satu arteri di paru-parunya yang membuat dia seperti ini. Tolong, berikan aku Fiberscope!" Ujar Nanase sambil menekan-nekan d**a pasien cukup kuat seperti dia sedang mencari kesalahan di sana. "Untuk apa Fiberscope?" "Aku ingin melihat apa yang terjadi pada batang paru-paru, juga tenggorokannya." Usai mendengar penjelasan Nanase, asisten tersebut berlari ke sudut ruangan di mana ada sebuah lemari kaca tempat mereka menyimpan semua keperluan operasi. Dari sana, dia membawa sebuah Fiberscope. Fiberscope sendiri adalah kamera fleksibel, alat optical untuk melihat partikel kecil yang tidak bisa dijangkau oleh mata biasa, selain menggunakan media monitor untuk memantau pemakaiannya, Fiberscope lebih sering digunakan untuk operasi rumit seperti pengangkatan benda-benda asing dalam tubuh yang tidak bisa dilihat oleh mata telanjang. Saat Nanase masih terus menekan-nekan halus area batang tenggorokan pasien itu, asisten tadi juga selesai memasang layar monitor dan memasangkan adapternya pada Fiberscope. Sebelum mengambil Fiberscope itu, Nanase kembali memastikan oksigen tetap bekerja, dan Yuruizawa juga terus berusaha menghentikan pendarahannya namun karena Nanase berniat memasukan Fiberscope itu ke dalam mulut pasien makanya dia mengambil masker oksigen dari wajah pasien kemudian melepaskannya. Nanase terus mendorong Fiberscope masuk ke dalam mulut pasien. Selama proses itu, Nanase tidak sedikitpun mengalihkan pandangannya dari layar monitor, semakin dalam Fiberscope masuk, Nanase semakin yakin kalau masalahnya tidak terletak pada paru-paru, tapi pada batang dan keseluruhan tenggorokan pasien yang dipenuhi lendir. Setelah tahu di mana letak salahnya, Nanase menarik kembali Fiberscope tadi, meminta asisten untuk memberikannya sebuah pisau bedah dan mulai melubangi tenggorokan pasien tepat di tengah-tengah tulang selangkanya, setelah berhasil melubangi leher pasien itu Nanase mulai memasukan selang oksigen yang akan langsung masuk ke dalam batang paru-parunya. Yuruizawa bahkan tidak berkedip saat Nanase melakukan semua pekerjaannya. Bukan karena tindakan yang terbilang nekat, tapi karena pria itu terlihat tidak hanya tahu tepatnya di mana tindakan darurat harus dilakukan. Setelah pemasangan selesai, pasien kembali bernapas seperti semula. "Kau sudah selesai?" Tanya Yuruizawa yang baru saja mendapatkan sebuah pinset berisi kapas untuk bersihkan sisa darah yang sudah berhasil dia tutup dari lubang bekas pendarahan di sisi jantung pasien. Nanase mengangguk untuk menjawab pertanyaan Yuruizawa itu, sepasang matanya hanya terfokus pada lubang di tenggorokan yang dan sedang dia tutup dibantu salah satu perawat yang berada di dalam sana. Harus Yuruizawa akui, ini pertama kalinya ada orang lain yang membantunya di meja operasi, meski awalnya dia merasa terganggu tapi pada akhirnya kalau bukan karena Nanase mungkin pasien di depan mereka sekarang ini sudah mati karena kehabisan darah. Operasi yang dilakukan Yuruizawa dibantu oleh Nanase berjalan sukses, setelah satu jam lebih, Yuruizawa akhirnya berhasil menyelesaikan operasinya, memastikan tidak ada benda asing yang tertinggal di dalam tubuh pasien, Yuruizawa mulai menjahit semua luka sayatan yang dia buat. Masih dengan selang oksigen yang tertanam di batang tenggorokan pasien itu segera dibawa ke ruang perawatan, sementara yang lainnya membenahi ruangan tersebut, Nanase diikuti Yuruizawa langsung melangkah ke luar. "Aah~ aku ingin sekaleng soda dingin~" ujar Nanase sambil melepas cap yang sejak tadi membuat kepalanya gatal, dia tidak suka rasa saat kepalanya harus ditutup cap atau mulutnya dibekap masker selama berjam-jam seperti tadi. "Kau menjengkelkan." Sebuah protes terdengar saat Nanase melempar semua itu ke dalam tempat sampah. "Aku? Kenapa?" tanya Nanase penasaran sambil menggaruk kepalanya yang terasa gatal sejak tadi. "Bukankah kau hanya harus mengeluarkan lendirnya saja? Kenapa harus melubangi pangkal lehernya tadi?" Nada bicara Yuruizawa terdengar sedikit mengintimidasi di telinga Nanase, meski begitu Nanase hanya menanggapinya dengan santai. Kedua tangannya terangkat kemudian dia taruh di belakang kepala. "Oh, kalau kau ingin sisi lain jantungnya kembali mengalami pendarahan, aku bisa saja hanya mengeluarkan lendir di tenggorokannya." Yuruizawa melirik Nanase penuh perasaan sebal. Dia sama sekali tidak menutup mata kalau yang dikatakan pria itu memang benar. Karena bagaimanapun, jika paru-paru seseorang berhenti memompa udara hanya sepuluh detik saja, jantung seseorang akan mengalami kerusakan kecil, dalam kasusnya, jantung tersebut sedang dimatifungsikan, tidak menutup kemungkinan kalau hal yang lebih buruk akan terjadi jika paru-paru berhenti bekerja lebih lama, apalagi melubangi tenggorokan dan memasang selang oksigen langsung ke paru-paru adalah metode paling cepat daripada pengeluaran lendir yang terbilang rumit dan memakan waktu. Dengan tingkah Nanase yang seperti itu, bisakah Yuruizawa mengakui kalau kemampuan pria itu juga patut diperhitungkan mengingat Nanase hanya bekerja di di divisi Padiatrik selama ini? Merasa sudah tidak ada lagi yang harus mereka lakukan di ruang operasi itu, Nanase memilih berjalan pergi diikuti Yuruizawa yang juga masih punya pekerjaan lain yang harus dia selesaikan. "Hei, Yoro!" panggil Nanase saat langkah mereka berhenti di depan lift. "Apa?" "Nanti malam ayo minum!" "Besok pagi aku masih ada jadwal operasi, kau juga masih ada jadwal piket pagi, bukan?" "Ayolah~ aku sudah membantumu, kan? Jadi kau harus membayarku dengan mengikuti keinginanku!" Ujarnya dengan senyum yang sangat lebar. Sebelah alis Yuruizawa berkedut saat mendengar Nanase mengatakan 'membantumu', jadi maksudnya, pria itu mengekorinya masuk ke ruang operasi hanya untuk memaksanya pergi minum? Ingatkan dia untuk tidak membiarkan Nanase Ichiharada mengikutinya masuk ke ruang operasi lagi di lain hari. "Aku dapat diskon empat puluh persen kalau kita ambil lima botol bir dan satu kerat arak." "Kau mau memberi minum satu pleton pasukan?" protesnya keras. "Haha..." "Berhenti tertawa, kembali ke divisimu sebelum Minato memarahimu lagi." _
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN