Masa SMA

1227 Kata
Selama menunggu hasil kelulusan, Yasmin manfaatkan hari-hari kosongnya dengan belajar juga mengajar. Tak lupa semakin ia perbanyak doanya lewat setiap solat malamnya. Sebab ia memang sudah sangat menginginkan untuk dapat diterima disebuah Madrasah Aliyah Negeri yang cukup ternama di Bandung. Hingga hasil kelulusan itu keluar, Yasmin merasa begitu bahagia sebab ia berhasil mendapat gelar lulusan terbaik disekolahnya, yang menandakan jika ia dapat diterima di MAN tanpa mengikuti seleksi. Sepulang sekolah seperti biasa dengan segera Yasmin memberitakan hal membahagiakan ini kepada sang Nenek. "Terimakasih atuh, Neng, Nenek, teh bangga pisan, Neng, sama kamu," ucap Nek Fatma seraya memeluk hangat tubuh Yasmin. Yasmin balas pelukan sang Nenek tak kalah hangat. "Sama-sama, Nek. Yasmin, bisa jadi seperti ini juga kan berkat doa dan dukungan, Nenek," jawab Yasmin penuh dengan kebahagiaan. *** Bandung 2010 Hari ini untuk pertama kalinya Yasmin memasuki Madrasah Aliyah Negeri. Cukup banyak pasang mata lelaki yang memandanginya karena paras cantiknya. Ada pula diantara mereka yang mengajaknya berkenalan juga menggodanya, Namun Yasmin tak mengindahkannya sebab memang niatnya dari awal hanya ingin fokus belajar, segera lulus dan menggantikan sang Nenek menjadi tulang punggung untuk keluarganya. "Nami kamu teh, Yasmin? Cantik euy namina, seperti yang punya," goda Haris. Teman sekelasnya. "Terimakasih. Maaf saya permisi ya. Hayuk atuh, Lay," jawab Yasmin yang memilih menghabiskan waktu senggangnya di perpustakaan. Bersama dengan Laysa, yakni teman MTSnya yang ikut melanjutkan sekolah Disekolah yang sama dengannya. "Yah, sombong pisan sih, Yas. Sini atuh ngobrol bareng sama kita. Biar makin akrab," celetuk Deni. Teman lelakinya yang lain. Namun Yasmin tetap melanjutkan langkahnya dan tidak mengindahkan mereka lagi. "Yas, mereka itu meuni kasep-kasep pisan. Gak ada apa, satu gitu yang pas dihati kamu?" tanya Laysa, seraya menyikut bahu Yasmin. Namun Yasmin hanya tersenyum menanggapinya. "Ih, Yaas, kok kamu teh diam saja? Malah senyum-senyum lagi," lanjutnya lagi. "Karena tujuan saya sekolah disini teh mencari ilmu, Lay. Bukan mencari pasangan. Kalau kamu mau, sok atuh dipilih mau yang mana, hehehe" jawab Yasmin dengan santainya. Seraya ia goda Laysa yang tengah mencebikan bibirnya. "Ih kamu mah. Meuni rese pisan! Kenapa malah jadi saya!" umpat Laysa seraya menepuk pelan bahu Yasmin. Dan lagi-lagi Yasmin hanya menanggapinya dengan kekehan renyahnya. Dihari-hari berikutnya, Yasmin mulai membawa dagangan Nek Fatma yang kembali akan ia jualkan disekolahnya. Yasmin pun selalu merasa bahagia juga bersemangat, sebab dagangan yang ia bawa selalu saja habis terjual. Walau yang membelinya mayoritas para lelaki yang mengaguminya. Agar mendapat perhatian yang lebih darinya. Namun Yasmin tetap berusaha bersikap ramah, santun dan tak memberikan harapan yang lebih kepada mereka. "Yasmin, kue buatan, Nenek, kamu ini teh memang enak-enak pisan, mangkanya mereka ketagihan," puji Bintang, yakni teman barunya. "Iya, Bintang. Alhamdulillah, pasti Nenek senang kalau begini," jawab Yasmin penuh rasa syukur. Tiba-tiba Laysa datang menghampiri Yasmin seraya tersenyum penuh arti kepadanya. "Kenapa kamu, Lay? Kok ngeliatin saya sampai seperti itu?" tanya Yasmin seraya tersenyum. "Kamu teh salah sangka, Bintang. Karena dagangan si Yasmin ini habis itu karena fans-fansnya yang fanatik tea," ledek Laysa. "Ish apaan sih kamu, Lay. Kalau rasanya gak enak ya gak mungkin lah mereka beli dagangan aku," jawab Yasmin yang masih saja berusaha tersenyum. "Bener kok, Lay, apa kata, Yasmin. Kan aku juga termasuk fans kue keringnya, Nek Fatma, bukan fansnya, Yasmin," imbuh Bintang seraya merangkul bahu Yasmin. "Taaah, dengekeun hehehehehe," ucap Yasmin lagi. Dan mereka terkekeh bersama. *** Bandung 2013 Hari terus berlalu hingga kini Yasmin sudah menduduki kelas XII Madrasah Aliyah. Hari-harinya terlalui dengan baik. Meski tak jarang ia merasa lelah sebab harus tetap mengajar ditengah kesibukannya menjelang Ujian Nasional. Yasmin tetap memfrosir dirinya untuk selalu giat belajar juga semakin memperbanyak solat malamnya. Dengan harapan kembali meraih lulusan terbaik dan mendapatkan beasiswa di perguruan tinggi negeri impiannya. Agar nantinya ia segera mendapatkan pekerjaan, dan dapat meminta sang Nenek untuk berhenti berjualan. Hingga tak jarang ia tidur larut malam untuk mempelajari setiap pelajaran yang di UNkan. Karena sepulang sekolah Yasmin sibuk mengajar. "Yas, ini teh sudah larut Neng. Lihat tuh sudah jam setengah duabelas malam. Besok kan kamu harus bangun pagi untuk pengarahan sebelum UN," ucap Nek Fatma yang terbangun dari tidurnya. "Masha Allah, Nek. Kenapa Nenek jadi bangun sih. Kan harusnya, Nenek, istirahat. Nenek, yang bangunnya lebih pagi, Nek, untuk buat kue," jawab Yasmin dengan wajah sendunya. "Nenek, kebangun, Neng, karena haus. Kamu segera tidur ya. Nenek, takut kalau kamu kecapekan nanti sakit," jelas Nek Fatma seraya membelai lembut kepala Yasmin. "Iya, Nek, sebentar lagi, Yasmin, selesai kok. Yasudah atuh, Nenek, balik tidur lagi ya," pinta Yasmin. Dan Nek Fatma mengangguk setuju. *** Pagi harinya, setelah Yasmin berpamitan dengan sang Nenek, ia dikejutkan dengan kehadiran Arya bersama sang Abah dipelataran rumahnya. Yang telah menunggunya dengan senyuman manis mereka. Kini Arya telah menduduki bangku kelas empat SD. Yasmin yang telah memakai sepatunya pun dengan segera menghampiri keduanya. "Assalamu'alaikum, Teh Yasmin," salam keduanya bersamaan. Dan kini Arya mulai menyalami takdzim punggung tangan Yasmin. "Wa'alaikumussalam. Abah, Arya, ada apa ya?" jawab Yasmin seraya menyalami takdzim punggung tangan Abah. "Ini lho, Neng. Si, Arya, kepengin ketemu sama, Eneng. Katanya ada yang mau, Arya, omongin ka si, Eneng," jelas Abah seraya tersenyum. "Kenapa, Ar, ada yang masih belum kamu mengerti ya yang, Teh Yasmin, ajarkan kemarin ke kamu?" tanya Yasmin seraya memegang bahu Arya. "Bukan, Teh. Alhamdulillah, Arya, sudah paham. Arya, kesini cuma mau kasih semangat ke, Teteh. Ini, Teh, ada titipan dari teman-teman juga. Ini hari pertama, Teh Yasmin, UN kan? Semangat ya, Teh. Arya yakin pasti, Teteh, bakalan berhasil. Karena Teh Yasmin kan meuni pintar," ucap Arya dengan tulusnya. Yang membuat Yasmin terharu hingga kini kedua matanya mulai berkaca-kaca. "Masha Allah, Dik. Alhamdulillah.. Aaamiiin Aaamiin Yarabbal Alamiiin. Hatur nuhun pisan atuh, Dik. Salam ya buat teman-teman kamu, bilang terimakasih dari, Teh Yasmin. Kalau gitu Teteh jalan duluan ya, Assalamu'alaikum," jawab Yasmin dengan bahagianya seraya menerima sebuah amplop berukuran cukup besar yang berisi ucapan semangat dari para anak didiknya. "Iya, Teh, Wa'alaikumussalam. Nanti pasti, Arya, sampaikan. Hati-hati ya, Teh. Fighting, Miss Yasmin," ucap Arya seraya mengepal satu tangannya memberikan semangat. "Fightiiing.." jawab Yasmin dengan penuh semangat. *** Setibanya disekolah masih ada waktu sepuluh menit sebelum Ujian Nasional dilangsungkan. Yasmin buka amplop yang Arya berikan kepadanya seraya ia baca satu persatu ucapan semangat dari para anak didiknya. Hingga airmata bahagianya itu menitih begitu saja membasahi kedua pipinya. Merasa sangat bersyukur sebab diantara kesedihan juga rasa lelah yang ia rasa, begitu banyak orang-orang baik disekitarnya yang begitu menyayanginya. 'Alhamdulillah Ya Rabb, Alhamdulillah telah engKau berikan kepada hambaMu ini mereka yang begitu baik hati juga tulus menyayangi hamba. Nek, Ayah, Ibu, Yasmin, sedang merasa bahagiaa sekali pagi ini, doakan Yasmin, ya Nek, Yah, Bu, semoga, Yasmin, berhasil melewati semuanya dan berhasil membahagiakan kalian lewat prestasi yang, Yasmin, dapat. Aaamiiin Allahumma Aaamiin,' gumam Yasmin didalam hatinya. Dengan mengucap basmalah Yasmin mengerjakan setiap soal yang telah berada dihadapanya. Senyuman Yasmin pun kembali melengkung indah dikala ia dapati cukup banyak soal-soal yang ia pelajari yang keluar pada lembar soalnya. Sehingga dapat dengan mudah Yasmin menyelesaikannya. Bahkan dikala teman lainnya belum mengumpulkan soal milik mereka, Yasmin yang sudah lebih dulu mengumpulkannya. Kembali Yasmin ucapkan hamdalah dan ia segera kembali pulang dan kembali kepada aktifitas mengajarnya. *** “Dan siapakah yang lebih baik agamanya daripada orang yang ikhlas menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang dia pun mengerjakan kebaikan dan ia mengikuti agama Ibrahim yang lurus?...” (QS. Annisa : 125) “Berusaha dengan ikhlas akan membiasakanmu menjadi kuat. Karena ikhlas adalah obat kekecewaan.” -Tulisannisa-
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN