Hanif

3045 Kata
Sebelum menemui sang nenek, ia juga lebih dulu menyimpan sebouquet bunga pemberian dari Hanif. Karena memang ia yang tak ingin jika Nek Fatma akan banyak bertanya soal hal itu. Kini kembali Yasmin ukir senyuman manisnya mencoba melupakan tentang Hanif. Sebab ia akan segera menemui sang Nenek. Saat ini Yasmin hanya tak ingin jika sampai Nek Fatma tahu mengenai hal apa yang baru saja ia alami. Apalagi jika Nek Fatma yang mengetahui jika alasan Yasmin menolak lamaran Hanif ialah karena ia yang memang ingin lebih dulu membahagiakan sang Nenek. Meski sebenarnya Yasmin juga belum tahu betul mengenai seperti apa perasaannya itu kepada Hanif. Apakahn memang ia juga mencintainya atau memang hanya sekedar kagum saja. Maka kini Yasmin di kala ia bertemu dengan sang nenek, Yasmin memilih untuk bercerita mengenai pengalaman berharganya di hari pertama ia mengajar. "Assalamualaikum, Nek..." salam Yasmin dengan senyuman manisnya seraya kini dengan segera ia salami takdzim punggung tangan sang nenek masih dengan senyuman manisnya. "Waalaikumussalam. Alhamdulillah. Akhirnya cucu nenek yang sejak tadi nenek tunggu kedatangannya sampai di rumah," jawab Nek Fatma dengan penuh kebahagiaan di setiap katanya. Merasa senang melihat raut kebahagiaan di wajah cucu tercintanya. "Wah, senagnya kedatangan Yasmin sudah di tunggu sama, neneknya Yasmin yang meuni baik ini," ucap Yasmin yang kini ia berikan sebuah rangkulan hangat kepada sang nenek. "Eheheh, sini atuh, neng. Nenek, teh sudah kangen pisan sama kamu. Padahal ini baru hari pertama kamu mulai mengajar. Tapi kenapa rasanya, nenek, teh sudah di tinggal lama sama kamu. Padahal kamu juga sudah sering ninggal nenek ke kampus, neng," pinta Nek Fatma seraya kini ia menarik tangan Yasmin agar segera duduk di sampingnya. Yasmin pun menurutinya dan segera ia mengambil posisi duduk tepat di hadapan sang Nenek. "Ehehehe. Masa sih, Nek. Mugkin hanya karena belum terbiasa saja, Nek," "Iya ya, Neng, kamu teh benar juga. Yasudah atuh sekarang mah ayo ngobrol dulu sambl ngeteh sama, nenek. Sebelum kamu datang sudah nenek siapkan dulu teh sama camilannya. Karena, nenek teh yakin, Yas. Pasti akan ada banyak cerita yang kepengin kamu ceritakan kan, Nak sama nenek. Hayuk sok atuh di ceritakeun," pinta Nek Fatma yang kini memang ia sedang penasaran dengan seperti apa hal yang sebenarnya terjadi di hari pertama Yasmin yang sudah resmi menjadi seorang guru di sekolahnya. Yasmin pun tersenyum kini. "Nek Fatma ini tahu saja. Iya, Nek. Memang masih banyak sekali hal yang saat ini teramat ingin, Yasmin, ceritakan sama, nenek. Nek Fatma, janji dulu ka Yasmin, kalau, nenek, gak akan ledek, Yasmin, setelah nanti, nenek, mendengarkan ceritanya. Karena cerita ini menyebalkan, Nek. Yasmin, teh juga sebenarnya malu buat cerita. Ayo janji atuh," pintanya seraya kini Yasmin berikan jari kelingkingnya agar sang Nenek segra menggamitnya. Maka dengan segera kini Nek Fatma pun menggangguk pasti seraya ia gamit dengan segera jari kelingking Yasmin. "Kini Nek Fatma tengah tersenyum padanya. Iya, Neng. Nenek, teh janji. Padahal nih ya, Neng. Tanpa kamu memintanya, sudah pasti, nenek, teh gak akan neledek kamu. memangmya ceritanya teh seperti apa sayang? Jangan-jangan ada siswa yang naksir, ya, sama kamu?" tebak Nek fatma yang membuat kedua mata Yasmin membulat seketika. "Ya Allah. Si, nenek, kok bisa nebak begitu, ya?!" gumam Yasmin dalam hati. "Kok kamu diam saja, Neng? Jangan-jangan dugaan, nenek teh benar ya, neng?" tanya nenek lagi seraya kini ia belai lembut wajah cantik cucunya yang tengah bersemu merah. "Eh, engak kok, Nek. Tidak atuh, Nek. Bukan seperti itu ceritanya. Jedi sebenarnya hari ini teh, ..." Mulai yasmin ceritakan seperti pa pengalamannya mengajar di hari pertama. Nek Fatma pun dengan senang hati mendengarkan setiap cerita dari Yasmin. Bahkan terkadang nenek juga ingkar dengan janjinya sebab ia yang terlalu gemas pada cucunya kesayangannya itu. Nek Fatma meledek Yasmin sebab benar saja dugaannya tadi. Ada banyak murid lelaki yang mengaguminya. Hingga karenanya kini hal itu membuat Yasmin tersipu malu. Namun sama sekali Yasmin tak merasa kesal kepada sang nenek. Karena Yasmin yang merasa begitu bahagia dapat mendengarkan gelak tawa sang Nenek yang begitu renyah terdengar ditelinga. Yang ia yakini jika kini Nek Fatma memang sedang merasa amat senang mendengar cerita itu. "Nenek, nih meuni tega yah. Meuni bahagia pisan lihat, Yasmin, jadi malu di kelas. Tadi katanya, nenek, teh janji gak akan meledek, Yasmin, hehehe," ucap Yasmin seraya kembali ia merangkul bahu sang Nenek. "Ehehehe... hampura atuh, sayang. Habisnya, Neng, kamu teh dimana-mana selalu saja jadi idola. Mereka teh termasuk fans garis keras, Teh Yasmin lovers, ceunah. Seperti yang, Arya, pernah bilang ka, nenek, hehehehe," goda Nek Fatma lagi seraya membalas rangkulan Yasmin masih dengan kekehan renyahnya. Yang sungguh hal ini sebenarnya semakin membuat Yasmin merasa begitu senang mendengarnya. "Beneran, Nek, si Arya ngomong begitu? Wah si, Arya, mulai ngocol ini mah namanya, Nek. Yasmin, harus kasih perhitungan nih kalau begini ka si, Arya," canda Yasmi. Yang berpura-pura tengah merasa amat kesal dan marah pasa Arya. Yang lagi-lagi membuat Nek Yasmin semakin tergelak dan mengeratkan rangkulannya itu kepada Yasmin. Ehehehehe... ya jangan atuh, neng, kasihan. Dia itu kan cuma resep pisan meledek kakaknya yang memang banyak di sukai di mana-mana. Arya teh sayang pisan sama kamu, neng, pinta nenek yang menganggapnya serius. Maka kini yasmin pun menggulum senyumnya. Hehe, iya, nek. Tidak, kok. Yasmin, gak akan memarahi, Arya. Yasmin juga sayang sama, Arya. Dia teh anak yang baik. Dia juga anak yang berprestasi. Dia sudah berhasil membuat Yasmin merasa amat bangga sama dia. Karena dia akan mewakili sekolahnya untuk mewakili olimpiade bahasa Inggris di sekolahnya, Nek, ucap Yasmin yang membuat Nek Fatma cukup terkejut. Masya Allah, Alhamdulillah. Hebat ya, si Aryam teh. Tapi sudah jelas, ini semua juga berkat guru bahasa inggrisnya yang meuni hebat ini, puji Nek Fatma seraya kini ia colek manja hidung bangir Yasmin. Ehehe. Tidak, Nek. Ini tidak sepenuhnya karena, Yasmin. Tapi juga karena kegigihannya si Arya untuk bisa kembali maju. Alhamdulillah, dia teh memang seorang siswa yang ulet, yang selalu saja penuh dengan semangat, jawab Yasmin dengan senyuman manisnya. Iya ya, Neng, kamu teh benar. Karena sejak awal juga dia itu selalu saja bersemangat menjallani setiap pelajaran juga tuga yang harus ia lalui. Yasudah atuh, Neng, kamu segera mandi sekarang saja. biar setelah ini kamu juga bisa segera beristirahat. Nenek yakin, kamu juga pasti sudah kelelahan setelah dari pagi tadi kamu mengajar. Gak lama lagi kan Magrib nya tiba. Kita salat jamaah, kamu makan yang banyak lalu segera istirahat, titah Nek Fatma seraya kini ia menggenggam lembut kedua tangan Yasmin. Maka kini Yasmin pun mengangguk seraya ia tersenyum. Iya, Nek. Ini teh sebenarnya, Yasmin, juga sudah merasa lengket pisan badannya. Yasudah atuh, Nek, kalau begitu, Yasmin, mandi duly ya, Nek, ijin Yasmin seraya kini ia bangkit dari posisi duduknya. Maka kini Nek Fatma pun mengagguk seraya ia tersenyum. Iya, Neng. Kalau begitu, nenek, tunggu kamu di musola saja, ya, Neng, jawabnya yang di jawab dengan sebuah anggukan juga senyuman oleh Yasmin. Senyuman manis Yasmin itu sama sekali tak luntur di kala kini ia berjalan menuju kamarnya. 'Subanallah, Walhamdulillah, WalailahaIllallah, Huwallahuakbar. Alhamdulillah Ya Rabb, terima kasih atas segala nikmat yang telah engKau berikan kepada hamba-Mu ini. Terima kasih karena telah engKau berikan kebahagiaan yang tak ternilai kepada hamba lewat merdunya gelak tawa, Nek Fatma, yang paling hamba sayangi di dunia ini. satu-satunya orangtua yang bisa membuat, hamba selalu mendapatkan keberkahan dalam hidup hamba. Semoga engKau senantiasa memberkahinya, juga selalu memberikan kesehatan untuknya. Agar lebih lama lagi kita bisa saling berbahagia bersama. Aaamiiin Ya Allah, Aaamiiin Allahumma Aaamiiin.' Gumamnya dalam hati seraya ia berdoa penuh rasa syukur serta kebahagiaan atas segala rahmat yang telah Allah SWT berikan di dalam hidupnya. *** Tak terasa sudah enam bulan lamanya Yasmin mengajar. Setelah cukup banyak pengalaman yang Yasmin dapatkan di satu sekolah, kini Yasmin mulai mengambil kelas mengajar di beberapa sekolah negri yang lainnya di Bandung. Hingga kini sudah memasuki tahun pertama Yasmin mengajar di beberapa sekolah itu. Yang karenanya ha itu juga membuat ia mengalami begitu banyak lika-likunya menjadi seorang guru juga membuatnya dapat memiliki cukup banyak tabungan untuknya juga sang Nenek. Hingga kini ia tak lagi hidup serba kekurangan. Bahkan saat ini, Yasmin juga telah mampu membeli sebuah mobil untuk dapat ia gunakan pulang pergi mengajar. Agar tak lagi ia merepotkan Hanif yang selalu saja tak jarang masih menjemputnya tanpa ia minta. Karena hal itu yang juga akan membuat Yasmin semakin merasa berhutang budi kepada Hanif. Terlebih hingga saat ini Hanif yang sudah memiliki niatan untuk menikah muda itu belum juga ia menikah. Yang Yasmin takutkan, jika penyebabnya adalah Hanif yang masih menunggu kepastian dari Yasmin. Kini Yasmin baru saja hendak menaiki mobilnya untuk kembali pulang. Namun sebelum itu, lagi-lagi ada Hanif yang menghampirinya dan mencegahnya untuk pergi. Sebab Hanif ingin mengatakan suatu hal yang penting pada Yasmin. Pada akhirnya Yasmin pun menurutinya, walau sebenarnya ia masih merasa takut jika Hanif akan kembali melamarnya. Akan kembali mengungkapkan setiap perasaannya itu padanya. Maka kembali Yasmin merasakan kedilemaan yang kini tengah mendera dirinya. 'Ya Allah, Ya Rabb apapun yang akan Hanif katakan nanti semoga saja itu hal yang terbaik untuk kami dan hamba mohonkan kepadamu Ya Rabb, semga saja tidak akan ada hati yang tersakiti di sini, Aaamiin Yarabbal Alamiiin. Bismillahirahmanirrahim...' doa Yasmin dalam hati. Seraya kini ia angkat kepalanya berusaha untuk memberanikan diri menatap sejenak wajah hanif. "Ada apa ya, Nif? Maaf kamu bisa jelaskan langsung sekarang saja, ya, sama saya. Kasihan, nenek, pasti sudah tunggu kedatanngan saya di rumah," ucap Yasmin yang di kala mengatakannya ia brusaha untuk terseyum. Berusaha ia tak terlihat gugup di hadapan hanif saat ini. Maka kini Hanif pun mengangguk seraya ia tersenyum. "Maaf jika kedatangan saya ini masih saja terkesan mengganggu kamu, Yas. Jujur, hingga saat ini saya masih menunggu kamu, Yasmin. Dan saya rasa, memberikan kamu waktu satu tahun untuk bisa selalu bersama, Nek Fatma, itu adalah waktu yang cukup panjang. Waktu yang sudah cukup membuat kamu mampu membahagiakan beliau. Walau pun sebenarnya jika memang kamu bersedia menerima saya, saya berjanji tidak akan pernah saya membatasi waktu kamu untuk bisa terus bersama dengan, Nek Fatma. Karena memang sudah tugas kamu untuk merawatnya sebaik mungkin. Sama seperti yang pernah Nek Fatma lakukan kepada kamu. "Jadi saya mohon sama kamu, Yas. Tolong beri saya kesempatan agar saya bisa menemui, Nek Fatma, dan menjelaskan semua niat baik saya ini kepadanya secara langsung. Agar, Nek Fatma, juga bersedia memberikan ridha untuk kita melanjutkan hubungan kita ke jenjang yang jauh lebih serius lagi. kamu bisa kan, Yas, memberikan ijin itu kepada saya?" jelas Hanif. Yang lagi-lagi membuat Yasmin bergeming dan tak sanggup berkata. Sebab memang sudah begitu banyak waktu yang Hanif korbankan untuk Yasmin, meski pun Yasmin tak memintanya. Hingga sungguh saat ini ia sedanng merasa amat takut salah bicara atau memberikaan sebuah keputusan. 'Ya Allah Ya Rabb, jika aku menolaknya lagi sudah pasti ia akan merasa terluka untuk yang kedua kalinya. Karena sejujurnya tidak ada yang salah jika aku menerima khitbah dari hamba-Mu yang taat beragama ini. Yang aku merasa yakin jika ia akan mampu menjadi seorang imam yang baik untuk hamba nantinya. Yang juga bisa menyayangi, Nek Fatma, dengan tulus pula seperti hamba yang menyayanginya. Okay, aku akan segera menjawabnya. Semoga saja jawabanku ini sudah yang terbaik Ya Allah. Bismillahirtohmanirrohim.' Gumam Yasmin dalam hati. Seraya kini ia menarik napasnya dalam lalu ia buang dengan perlahan. "Bismillah, Nif. Akan saya ijinkan kamu untuk menemui, nenek. Tapi saya minta sama kamu kalau malam ini kita sama-sama salat istikharah, untuk mendapatkan jawaban yang terbaik dari Allah SWT. Karena seindah apapun rencana kita, tetaplah, Allah SWT, yang akan menetapkannya. Kita sebagai manusia hanya bisa berencana saja," jelas Yasmin penuh kelembutan, yang membuat Hanif merasa amat lega saat ini. Hanif pun mengangguk setuju dengan wajah sumringahnya kini. Alhamdulillah, Yas. Baik, kita akan sama-sama mencari jawabannya dulu. Meski saya yakin, jika memang sudah pasti kamu jawabannya, Yas, jawabnya dengan segenap keyakinan yang kini memenuhi dirinya. Namun kini Yasmin pun hanya hanya menganngguk seraya ia tersenyum tipis. Sebab entah mengapa masih saja ada sebuah keraguan pada hatinya saat ini. Yasudah, Nif, kalau begitu saya duluan ya, Nif. Assalamualaikum, salam Yasmin masih dengan senyumnya. Waalaikumussalam. Hati-hati ya, Yas, jawabnya yang juga tersenyum padanya. Maka kini Yasmin kembali mengangguk pasti. sebelum ia memasuki mobilnya *** Malam ini, baik Yasmin maupun Hanif mulai melakukan salat malam mereka dengan khusyuk juga dipenuhi dengan keyakinan. Berharap akan segera mendapatkan sebuah jawaban yang terbaik dari Allah SWT dan mereka akan sama-sama mendapatkan ketenangan dalam hidup mereka lagi, tanpa ada kebimbangan yang tak jarang mendera diri mereka. Setelah melaksanakan salatnya membuat Yasmin merasa begitu lega dan kini dengan segera ia kembali Yasmin ke ranjangnya untuk pergi tidur. Namun sayang. Setelah kini, ia membaca doa sebelum tidur, belu juga ia daat memejamkan kedua matanya. Sebab masih saja ia memikirkan mengenai hal apa yang akan yang akan terjadi selanjutnya nanti. Yasmin tatap langit-langit dikamarnya dengan tatapan yang nanar kini. "Bismillahirrohmanirrohim, Ya Rabb. Semoga malam ini engKau akan segera memberikan jawaban yang terbaik untuk hamba juga Hanif. Agar tidak akan lagi ada sebuah keraguan serta rasa bimbang yang kami rasakan nanti. Yang tidak akan lagi juga membuat kami tak tenang menjalaninya. Aaamiiin Ya Allah Yarabbal Alamiiin," doa Yasmin sebelum ia kembali terlelap dalam tidurnya. Mentari pagi kembali bersinar. Seperti biasa Yasmin yang sudah berpakaian rapi tengah sibuk menghidangkan sarapan pagi untuknya juga Nek Fatma. Sudah berusaha untuk ia lupakan setiap permasalahannya dengan Hanif. Sebab ia yang harus tetap bisa menjalani harinya di sekolah dengan baik juga profesional. Tak mengait-kaitkannya dengan permasalahan pribadinya. "Masha Allah, Neng. Kamu bangun lebih pagi ternyata. Nenek, teh tahhu kalau kamu semalam tidurnya larut, Nak. Seharusnya tadi biar, nenek, saja yang urus sarapannya. Kan, nenek, juga sudah gak ada kegiatan, sayang. Gak apa-apa kok kalau kamu meminta bantuan sama, nenek," ucap Nek Fatma seraya ia menduduki kursinya. "Ehehe, kan memang sekarang ini sudah waktunya, nenek, untuk beristirahat. Bergantian dengan, Yasmin, yang harus bisa mengurus, nenek. Sama seperti, nenek, yang juga sudah mengurus Yasmin dengan amat baik selama ini. Nenek, mau selai coklat atau stroberi, Nek?" jawab Yasmin yang kini sudan memegang roti juga pisau di kedua tangannya seraya ia tersenyum. "Masya Allah, Neng. Kamu ini teh memang seorang anak yang berbakti kepada kedua orangtua juga neneknya. Kalau, nenek, kepengin selainya dicampur saja boleh, Neng? Hehehe..." pinta Nek Fatma dengan kekehannya. "Aaaamiiiin... ya tentu saja boleh atuh, Nek. Masa akan, Yasmin, larang, hehehehe," jawab Yasmin dengan antusias. Yang membuat hal ini membuat mereka kembali terkekeh bersama. *** Yasmin baru saja tiba disekolah, saat ia sedang berjalan menuju ruangannya ada sebuah pesan w******p yang masuk keponselnya. Ternyata pesan itu berasal dari Hanif. Jaantung Yasmin kembali berdebar hebat saat ini. Meski ada keragguan itu kembali datang, namun tetap dengan mengucap basmalah Yasmin segera membukanya. Sebab ia yang juga merasa penasaran mengenai apa isi dari pesan itu. [Assalamu'alaikum, Yas. Semalam saya sudah salat istikharah sesuai dengan anjuran kamu. Alhamdulillah saya sudah lebih merasa tenang juga lega. Namun sayangnya, saya tidak mendapatkam mimpi baik apapun mengenai kamu. Tapi hal itu tak akan menggentarkan hati saya untuk tetap mendatangi rumah, nenekmu, sore nanti. Saya harap kamu menghargai keputusan saya ya, Yas. Maaf jika semua ini terkesan memaksa. Namun saya yakin jika hal ini memanglah hal yang terbaik untuk kita,, Wassalamu'alaikum,) tulis Hanif. Yang di kala membacanya, membuat d**a Yasmin menyesak seketika saat ini. "Masya Allah. Kenapa kita sama? Aku pun gak ada mimpi baik apapun semalam. Apa ini artinya memang kita tidak berjodoh? Tapi kenapa kamu masih saja memaksakan kehendakmu, Nif? Kenapa kamu tidak mencoba untuk membuka hatimu untuk wanita yang lain? tidak terus seperti ini! terus menganggap jika pilihanmu itu memang sudah yang terbaik. Padahal aku sudah pernah menjelaskan kepada kamu jika tidak semudah itu bagi kita untuk bisa menggapai apa yang kita rencanakan. Karena sejatinya memang hanya takdir Allah lah yang akan mampu menetapkannya," monolog Yasmin panjang lebar. Dengan tatapan yang nanar ke sembarang Arah. Hingga hal ini pula yang membuatnya tak mampu untuk berkata. Sebuah pesan dari Hanif cukup membuat konsentrasi mengajar Yasmin menjadi terganggu saat ini. Sehingga beberapa kali Yasmin melakukan kesalahan di kala ia tengah menjelaskan materinya hari ini. Dan pada akhirnya ia putuskan untuk memberikan sebuah tugas kepada para muridnya sebelum akhirnya ia pergi ke musola untuk menenangkan dirinya dengan melaksanakan salat duha. Sebab saat ini memang ia tengah merasa begitu gelisah juga tak tahu harus seperti apa menyikapi Hanif sore nanti di kala Hanif akan kembali mendatanginya, dan meminta sebuah jawaban darinya. Sungguh, rasanya Yasmin masih belum dapat memberikan jawaban itu kepada Hanif. Maka, memang hanya dengan mencurahkan segalanya kepada Allah SWT lah ia mampu bersesar serta mencurahkan segalanya. Serta memohonkan kepada-Nya untuk bisa segera mendapatkan sebuab petunjuk yang terbaik pula darinya. Yasmin angkat kedua tangannya setelah ia melaksanakan salat duhanya seraya ia curahkan seluruh isi hatinya kepada Allah SWT. "Ashadu anlaa illaha illallah waashadu anna muhammadarrasulullah. Ya Allah Ya Rabb. Alhamdulillah wasyukurillah atas apa yang telah engKau berikan kepada hamba-Mu yang lemah ini ya Rabb. Hamba mohon ampuni hamba. Hamba mohon berikanlah hamba jalan yang terbaik di dalam hidup hamba agar hamba mampu untuk senantiasa membahagiakan juga berbakti kepada, nenek. Sungguh hanya engKaulah Dzat yang maha pengasih lagi maha penyanyang, Yang hanya satu-satunya yang mampu memberikan ketetapan yang terbaik dalam hidup hamba. Hamba serahkan segalanya hanya padaMu Ya Rabb. Maka kabulkanlah segala permintaan hambaMu ini. Rabbana aaatina fiddunya khasanah wafil aakhiroti khasanah waqinaa adzabannar. Rabbighfirli waliwaliy dayya warhamhuma kamaa rabbayani shaghiraa. Aaamiiin Aaamiiin Allahumma Aaamiiin," Setelahnya, ketenangan itu pun kembali Yasmin dapatkan. Hingga kini ia akan dapat dengan segera kembali melaksanakan tugasnya dengan baik. Tanpa ada lagi bayang-bayang Hanif di pikirannya. Meski memang tak sepenuhnya pula ia dapat melupakannya. Yasmin kembali memasuki ruang kelasnya dengan senyuman manisnya kini. Melanjutkan aktifitasnya dengan hati yang jauh lebih tenang. Hingga tak lagi ia salah-salah dalam bicara atau pun juga menjelaskannya. Dan waktu yang terus berlalu hingga tiba saatnya ia akan kembali pulang. namun justru saat ini, dengan lebih cepatnya lagi ia akan keluar dari sekolah, justru hal ini yang juga semakin membuatnya takut untuk melangkahkan kakinya ke luar rumah. Mengingat jika sudah pasti akan kembali ada seorang hanif yang sudah menanti sebuah jawaban itu darinya. Kini baru saja Yasmin menaiki mobinya. Namun masih saja ia bergeming di sana. Kedua tangannya itu masih menggengam stir mobilnya. Yasmin merasa takut jika ia akan kembali bertemu dengan Hanif lalu memberikan jawaban yang salah juga berpotensi akan menyakiti hatinya. Hinga kini air mata yasmin menitih begitu saja dari kedua matanya. *** "Tiada satupun takdir Allah yang bisa di tentang juga di hindari. Maka terimalah ketetapannya dan jalanilah dengan keikhlasan." -Tulisannisa-
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN