2. Planet Merah

1554 Kata
Berita Hari ini, Gempa bumi kembali terjadi di kawasan perbukitan Halburt di selatan California. Hal ini bekaitan dengan adanya kenaikan status gunung berapi yang berada di sekitarnya. Akibat gempa bumi ini mengakibatkan 127 orang meninggal dunia dan 245 orang mengalami luka-luka. Belum diketahui secara pasti….. Garry Gordon meraih remote televisi yang tergeletak di atas meja kerjanya dan langsung mematikan siaran berita yang sedang berlangsung. Ia kembali merebahkan badannya di atas kursi putar yang sedang ia duduki. Tangan kirinya membuka tirai jendela yang terletak di samping meja kerjanya dan menatap tajam ke arah bawah, sebuah pemandangan kota yang terlihat dari atas sebuah gedung pencakar langit. Tatapannya menunjukkan kemarahan dan kekhawatiran yang akhir-akhir ini membuatnya lebih tempramental. Di tempatnya berpijak, sebuah ruang kerja yang cukup besar dan nyaman dengan fasilitas lengkap dengan sebuah meja kerja mewah yang dilapisi dengan blue diamond yang menambah kemewahan ruang kerja tersebut. Di atas meja terdapat dua buah pesawat telefon yang menghubungkannya ke bagian staffnya di kementrian dan satu lagi menghubungkannya ke area luar gedung. Di samping pesawat telefon terpampang sebuah papan nama meja bertuliskan “Garry Gordon, Perdana Menteri” dan beberapa berkas penting yang harus ditandatangani. Di sudut ruangan terdapat sebuah pintu yang menghubungkan ke ruangan pribadi miliknya dengan sebuah tempat tidur mewah dan sebuah brankas besi besar untuk menyimpan barang berharga miliknya. Garry menutup kembali tirai jendela di sampingnya dan mendekat ke meja kerjanya, diraihnya telefon yang menghubungkan ke staff nya di kementrian. “Panggil Paul ke ruangan saya.” Kata Garry dengan nada tegas kepada sekretarisnya yang memiliki meja kerja tepat di depan ruangan Garry. “Baik, pak” jawab sekretarisnya cepat. Dengan cekatan ia menghubungi Paul, staff kerpercayaan Garry yang memiliki ruangan satu lantai di bawahnya. Garry melepas jas nya dan menaruhnya di sandaran kursi, lalu berjalan menuju meja kecil di sudut ruangan. Sebuah meja dengan berbagai merk minuman beralkohol berharga fantastis di atasnya. Ia mengambil gelas kecil dan menuangkan The Winston cocktail lalu menggaknya hingga habis. Tanpa menunggu lama Paul sudah berada di depan ruangan Garry. Tok! Tok! “Masuk!” Sesosok tubuh tinggi tegap memasuki ruangan Perdana Menteri. Dengan berseragam tentara lengkap dan sepatu bot membuat langkahnya semakin gagah dan berkharisma. Paul Brandon adalah staff militer negara. Ia menjadi staff kepercayaaan Perdana mentri, ia juga yang dipercaya untuk memimpin misi yang sedang ia jalankan. “Bapak panggil saya?” tanya Paul dengan suara lantang. “Bagaimana perkembangannya?” “Sejauh ini lancar pak, besok kita akan mengetahui secara pasti hasil yang didapatkan. Saya akan segera menghubungi Bapak untuk melaporkan.” Jawab Paul mantap. “Ingat! Jangan sampai gagal lagi. Kali ini harus benar-benar berhasil.” Kata Garry sedikit mengancam. “Tidak perlu khawatir Pak, kali ini saya yakin akan berhasil.” Jawab Paul meyakinkan. “Ya sudah kembali bekerja.” “Siap pak!” Paul kembali ke ruangannya dan kembali bekerja. Berbagai bencana alam yang sering terjadi di bumi akhir-akhir ini, seperti gempa, letusan gunung berapi, tsunami, banjir bandang dan lainnya menandakan bumi ini sudah semakin tua. Para peneliti memprediksi kehancuran bumi yang tidak akan lama lagi. Hal itu membuat Perdana Menteri merasa khawatir jika bumi ini benar-benar hancur dan mengalami kemusnahan. Ia tak ingin kehilangan kekayaan, jabatan, dan kekuasaan yang selama ini sudah ia dapatkan. Kekuasaan negara saat ini sudah berada dalam genggamannya, ia tak mungkin melepaskannya begitu saja. Berbagai usaha telah ia lakukan hingga berada dalam puncaknya saat ini. Beberapa profesor dan peneliti terbaik sudah ia kumpulkan untuk misi yang sedang ia jalankan. Mereka berupaya untuk mencari cara bagaimana mempertahankan kelangsungan hidup manusia. *** Pusat Penelitian dan Laboratorium Big Boston Pagi ini suasana begitu sibuk, semua terfokus pada perkerjaan masing-masing. Permintaan perdana menteri yang seakan begitu berambisi untuk menyelamatkan bumi dari kehancuran membuat para perofesor dan peneliti harus bekerja lebih keras dalam satu tahun terakhir ini. Saat ini mereka telah meluncurkan pesawat tanpa awak ketiga kalinya untuk meneliti keadaan luar angkasa dan beberapa planet yang ada di galaxy Bima Sakti. Setelah Kedua pesawat tanpa awak mereka hancur karena menabrak benda langit lainnya sebelum mereka mendapatkan keinginan mereka, kali ini mereka benar-benar merencanakannya dengan matang. Kali ini pesawat tanpa awak yang mereka luncurkan sudah dirancang sedemikian rupa hingga kebal terhadap hantaman benda langit. Selain itu, pesawat tanpa awak mereka juga sudah dilengkapi dengan robot Northon yang dapat menjelajah dan memberikan informasi yang akurat mengenai apapun yang dilihatnya. Hal itu memudahkan para peneliti tanpa harus mengambil sample dan mengadakan penelitian lebih lanjut. Hari ini adalah hari dimana pesawat tanpa awak yang mereka luncurkan dijadwalkan mendarat di sebuah planet baru. Sebuah planet berwarna merah yang terletak di ujung galaxy bernama Planet Abelian. Abelian diprediksi dapat menjadi tempat hidup bagi manusia dan memiliki sumber kekayaan alam yang berlimpah. Sebuah planet yang menjanjikan kelangsungan hidup manusia dalam jutaan tahun kedepan. Berdasarkan pengamatan jarak jauh dari robot Northon mereka, Abelian memiliki karakteristik yang hampir sama dengan Bumi. Itulah yang paling penting untuk menunjang kehidupan manusia. Paul sudah berdiri di balik layar besar bersama beberapa profesor dan peneliti dari berbagai negara. Sebuah layar besar yang menggambarkan keadaan Planet Abelian yang dilihat dari pesawat tanpa awak mereka. Dari pesawat itu bisa dilakukan pengorbitan, pendaratan, dan penjelajahan daratan planet Abelian. Mereka dapat mengetahui kehidupan di Planet Abelian secara lebih mendetail, juga kemungkinan adanya kehidupan lain di planet tersebut. Jika pesawat mereka berhasil mendarat di Abelian, maka sangat mungkin jika manusia dapat hidup disana. Layar di hadapan mereka mulai menghitung mundur menandakan pesawat mereka hampir menyentuh daratan Abelian. Semua tegang dan dan terdiam saat hitungan mundur mulai mendekati nol. 9…8…7…6….5…4…3…2…1…0! Pesawat tanpa awak mereka berhasil menyentuh daratan Abelian. Terlihat sebuah planet yang sangat indah dengan dua satelit yang mengelilinginya. Yeahh!! Semua bersorak gembira. Hal itu menandakan Abelian benar-benar dapat dihuni oleh manusia. Profesor dari Rusia menyakinkan bahwa ini adalah pendaratan pertama kalinya di Abelian dengan tekhnologi buatan manusia. Mereka semakin yakin dengan misi yang sedang mereka jalankan akan berhasil. Mereka berharap semua berjalan lancar sesuai dengan apa yang mereka harapkan. Pendaratan yang dilakukan oleh pesawat tanpa awak mereka dan sebuah robot Northon yang akan menjelajah hampir sebagian daratan Abelian akan menghasilkan hasil yang baik pula. Paul segera menghubungi Perdana Menteri yang begitu cemas menantikan kabar gembira ini. Walaupun belum final, paling tidak ini menjadi sebuah awal yang bagus untuk keberhasilan misi mereka. Perdana Menteri begitu gembira mendengar kabar ini. *** Sudah dua tahun ini Profesor Austin belum menemukan teka teki yang terjadi di hutan dekat kediamannya. Saat sedang mengisi waktu luangnya, ia berjalan-jalan di area ladang gandum hingga sampailah ia di perbatasan hutan Filbris. Tiba-tiba ada keinginannya untuk sekedar melihat situasi dalam hutan yang begitu ditakuti manusia itu. Untuk memuaskan rasa penasarannya, Profesor Austin nekat masuk ke dalam hutan seorang diri. Secara umum tidak ada yang berbeda dengan hutan pada umumnya, berbagai jenis pepohonan tumbuh disana, dari pohon biasa hingga pohon yang kemungkinan sudah berusia ratusan tahun jika dilihat dari karakteristik batangnya. Yang membedakan hanya hutan itu terlihat gelap dan berkabut seperti sebuah tempat dengan minim cahaya matahari. Profesor Austin terus melangkahkan kakinya masuk ke dalam hutan dengan hati-hati, tidak ada jalur khusus yang tersedia disana karena memang hutan itu belum terjamah manusia. Banyak ranting-ranting pohon dan dedaunan yang menumpuk hingga setebal sepuluh centimeter. Jika tidak hati-hati melangkah, bisa menyebabkan kaki terperosok. Hingga sampailah ia di bibir gua, sebuah gua yang tidak terlalu besar dengan dinding gua yang dipenuhi lumut hijau kehitaman. Ia masuk lima langka ke dalam gua, tidak terlalu gelap karena gua tersebut dipenuhi banyak lubang di atas maupun di samping-sampingnya. Namun tidak ada yang menarik perhatiannya. Ia pun memutuskan untuk kembali ke rumahnya. Ia keluarkan kompas kecil yang selalu ada di kantong bajunya. Aneh! Kompas miliknya berputar-putar seperti kehilangan medan maghnet. Ia mencurigai ada medan maghnet lain selain dua kutub bumi yang selama ini ia ketahui. Ia pun memutuskan untuk kembali keesokan harinya untuk membuktikan kecurigaannya. *** Keesokan harinya ia kembali ke hutan Filbris ditemani seorang anak laki-lakinya bernama edward. Mereka membawa perlengkapan lengkap termasuk alat untuk mendeteksi medan magnet dan Gauss meter atau magnetometer. Magnetometer adalah alat yang digunakan untuk pengukuran medan magnet. Selain digunakan untuk mengukur besaran arus pada magnet, alat ini juga dapat digunakan untuk menentukan arah serta kekuatan dari medan magnet tersebut. Dan kecurigaannya terbukti, ada medan magnet lain selain medan magnet bumi di kutub utara dan kutub selatan. Sebuah medan magnet baru yang ia temukan di dalam sebuah gua di hutan Filbris. Sebuah medan magnet yang memiliki kekuatan yang luar biasa melebihi medan magnet bumi. Menurut teori fisika , tidak mungkin hanya ada satu medan magnet, tapi harus ada dua medan magnet yang saling tarik menarik untuk mendapatkan keseimbangan alam. Namun sampai sekarang ia belum bisa memecahkan teka teki tersebut. Ia sempat berfikir hal ini ada hubungannya dengan batu berlian biru yang pernah ia temukan bersama dua orang temannya sekitar tigapuluh tahun yang lalu. Sebuah batu berlian biru yang ternyata berasal dari sebuah planet di luar angkasa. Namun hal itu tidak membuatnya yakin. Ia pun terus mencari informasi dan melakukan penelitian di hutan tersebut hingga akhirnya ia bertemu dengan Danny. Dua tahun sudah Profesor Austin menyimpan rahasia itu rapat-rapat, termasuk pada Jim, yang telah berkerja bersamanya. Namun sudah saatnya ia menceritakannya pada Jim dan Danny soal temuannya itu. Ia berharap Jim dan Danny bisa memecahkan teka teki yang selama ini belum dapat ia pecahkan.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN