8. Rahasia Yang Mulai Terungkap

1105 Kata
Laboratorium Edbert Steel, New Jersey, 2021 Malam semakin larut, jarum jam sudah menunjukkan pukul dua belas malam. Udara dingin pun semakin dalam menelusup masuk ke dalam pori-pori kulit, membuat Danny harus mengenakan jaket tebal dua lapis sembari menyeruput kopi panas buatannya. Ia duduk terdiam di sebuah bangku kayu panjang yang terletak di rooftop bangunan laboratorium, tempat di mana ia dan rekannya, Jim biasa menghabiskan hari-hari mereka saat sedang penat atau sekedar bersantai sembari membicarakan sesuatu. Sambil memperhatikan pohon-pohon besar giant sequoia yang menjulang tinggi dari kejauhan di hutan filbris, Danny terus disibukkan dengan pikirannya, seolah ada masalah berat yang memenuhi isi otaknya. Sesekali ia menggosok-gosokkan kedua telapak tangannya untuk menghalau udara dingin. Sebetulnya berbaring di bawah selimut tempat tidur adalah hal yang paling nyaman di tengah udara dingin seperti ini, tapi sepertinya Dannya memilih untuk tidak beranjak dari tempat duduknya saat ini. Kantuk oun smaa sekali tidak ia rasakan. Sementara di samping Danny, di bangku kayu yang sama, duduk seorang lelaki dengan rambut ikal berwarna kecoklatan. Siapa lagi kalau bukan Jim. Sama seperti Danny, Jim pun tak banyak bicara. Ia terdiam membisu, bahkan sejak pagi tadi saat mereka bertemu. Keduanya sibuk dengan pikirannya masing-masing dan tidak saling bertanya. Padahal biasanya mereka begitu perhatian satu sama lain dan selalu menanyakan kegelisahan apa yang sedang dirasakan. Sore tadi sebenarnya Profesor Austin sudah menyuruh keduanya untuk pulang karena sudah tidak ada lagi yang dikerjakan hari ini, tapi nyatanya mereka begitu kompak untuk tetep tinggal. Lagi pula saat ini keduanya tinggal seorang diri. Jadi tidak ada alasan untuk segera pulang karena tidak ada yang menunggu mereka di rumah. Danny sudah jelas karena istrinya, Kate meninggalkanya dan pergu bersama pria lain. Sementara Jim memilih hidup mandiri setelah bertahun-tahun tinggal bersama saudaramya. Dan keduanya baru menyadati bahwa hidup seorang diri begitu kesepian dan membosankan. Cukup lama mereka terdiam hingga mereka dikejutkan oleh kedatangan profesor Austin yang datang dengan membawa sepiring kue keju untuk menemani mereka bersantai. Dengan gaya berjalannya yang khas, profesor Austin mendekat ke arah mereka. Entah dari mana profesor tahu keduanya belum pulang dan duduk di rooftop larena sejak pagi tadi profesor Austin berada di dalam ruangan pribadinya. Sejak dari pagi tadi itu mereka hanya berkomunikasi melalui pesawat telepon yang tersedia di setiap ruangan. “Prof?” sapa Danny yang melihat profesor Austin terlebih dahulu. Ia langsung menurunkan kakinya yang sedari tadi menumpu di atas bangku kecil. Jim yang mendengar ucapan Danny seketika menyadari kedatamgan profesor. “Kenapa kalian belum pulang?” tanya profesor Austin sambil meletakkan piring kue di atas meja kecil di hadapan mereka. “Terimaka kasih Prof,” sahut Jim yang dibalas anggukan oleh profesor Austin. Profesor Austin pun mengambil duduk tepat di hadapan mereka. “Belum Prof…” jawab Danny singkat. Tanpa diberi tahu pun profesor Austin bisa melihat dari raut wajah mereka bahwa keduanya sedang memikirkan sesuatu yang menganggu. “Laporan yang siang tadi sudah kamu selesaikan kan Dann?” tanya profesor lagi. “Sudah prof. Semua sudah saya selesaikan.” “Oke, besok pagi kirim ke alamat email saya ya…” “Siap Prof…” jawab Danny. Walaupun laboratorium milik Profesor Austin berada di tempat terpencil di dekat hutan, tapi ia bekerja sama secara rahasia dengan laboratorium besar yang berada di New York, milik sahabat lamanya. Itu semua adalah permintaan Profesor Austin, untuk menjaga kerahasiaan di mana keberadaannya. “O ya, apa kalian sudah mendengar kabar yang beredar mengenai penemuan planet baru dari kementrian?” tanya profesor. Kali ini terlihat kesedihan yang begitu mendalam dari sorot matanya. Danny dan jim saling pandang. Kenapa profesor sepertinya tidak senang dengan berita itu. Padahal biasanya ia selalu menyambut dengan gembira setiap kali ada yang menemukan hal baru di alam semesta ini. Keduanya mengangguk secara bersamaan. “Memangnya kenapa prof? Profesor sepertinya tidak senang dengan berita itu?” tanya Jim yang langsung menanggapi ekspresi wajah profesor. Profesor terdiam beberapa saat. Lalu mulai kembali berbicara. “Kalian tahu? Semua yang ada di alam semesta ini selalu terhubung, selalu berkesinambungan… ada sebab, maka ada akibat.” Profesor Austin menjeda kalimatnya, lalu menghela nafasnya yang terasa berat. “Ada banyak sekali yang kalian tidak tahu mengenai planet itu.” “Jadi, maksud Profesor, ini bukan pertama kalinya planet itu ditemukan Prof?” tanya Jim antusias. Ia memang kerap memotong pembicaraan jika merasa tertarik dengan topik yang sedang dibahas. Terlebih, walaupun Jim bekerja di laboratorium milik profesor Austin, Jim sudah menganggap profesor seperti ayahnya sendiri, lebih tepatnya sebagai pengganti sosok ayah. Begitu pun sebaliknya. Kapan pun Jim membutuhkan sosok itu, profesor Austin selalu ada di mendukungnya. Walaupun begitu, Jim tetap bersikap profesional di saat bekerja. “Planet itu sudah pernah ada yang menemukannya Prof?” tanya Jim sambil mengerutkan keningnya. Danny pun terlihat serius menyimaknya, hanya saja ia tidak terlalu mengumbar rasa penasarannya. Profesor Austin mengangguk. Ini adalah pertama kalinya profesor Austin mengungkapkan apa yang ia tahu mengenai planet merah itu kepada orang lain, selain anggota keluarganya. Mungkin sudah lebih dari lima belas tahun ia menyimpan rahasia besar ini. Profesor sudah begitu percaya kepada Danny dan Jim. Mereka tidak akan pernah membocorkan setiap percakapan yang terjadi di antara mereka. “Jika planet itu ditemukan dan disalah gunakan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab, saya yakin dunia ini pasti akan kacau. Dan kemungkinan terburuknya, semesta ini akan hancur dan tidak ada yang tersisa.” Wajah Jim terlihat pucat mendengar penuturan profesor. Itu karena ia tahu betul bahwa perdana mentri Gary Gordon begitu ambisius dan bisa melakukan apa pun yang ia inginkan tanpa memperdulikan orang lain. Dari cara bicara profesor pula, Jim bisa menyimpulkan bahwa profesor Austin lah yang telah menemukan planet Abelian itu. Ia percaya dan tidak ada keraguan sama sekali karena kecerdasan dan kredibilitas yang dimiliki oleh profesor Austin. “Jadi bumi kita juga terancam Prof?” tanya Jim cepat. “Ya…” jawab profesor Austin mantap. “Lalu apa ada yang bisa dilakukan untuk mencegah itu terjadi prof?” tanya Danny. “Entahlah… sejauh ini tidak ada yang bisa dilakukan. Kalian tau kan, tidak ada yang bisa menghentikan rencana mereka. Kita lihat saja perkembangannya. Pasti pihak kementrian akan memberikan informasi resmi terkait hal ini.” “Baik prof.” jawab Danny dan Jim bersamaan. “Lalu… ada yang mau saya sampaikan juga kepada kamu Jim. Soal ayah kamu,” ucap Profesor. Jim terlihat mengerutkan keningnya. “Ayah saya? Ada apa ya prof?” tanya Jim penasaran, karena selama ini yang ia tahu profesor Austin sama sekali tidak mengenal ayahnya. Mendengar hal itu, Danny segera beranjak dari tempat duduknya dan memberikan ruang kepada keduanya untuk membicarakan hal yang pribadi. “Ngga papa Dann… duduk saja. Saya rasa Jim tidak keberatan mendengar hal ini.” Danny pun kembali duduk di tempatnya. #Bersambung
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN