Bab 12

1678 Kata
Setelah Dale menerima panggilan dari Hugh sore itu, ia dan Judd langsung berkendara untuk sampai di kediaman Paul Scholes, seorang pendeta yang dikabarkan telah menemukan mayat di dalam peti yang diletakkan di belakang rumahnya. Mereka harus menempuh dua puluh menit perjalanan untuk sampai di sana. Awak media secara bergerombolan memenuhi halaman depan rumah sang pendeta. Beberapa di antara mereka mengadakan liputan langsung di sana. Sebagian yang lain terus berusaha menerobos masuk untuk mendapat gambar ekslusif terkait korban di dalam peti. Dale menatap melalui kaca jendela mobilnya ketika ia melihat tiga orang petugas dikerahkan untuk memundurkan para wartawan. Kepala polisi, Gerard O'Neill juga hadir di sana. Pria itu langsung dikerubungi wartawan begitu turun dari mobil patrolinya. Pertanyaan demi pertanyaan yang diajukan mereka seakan menggantung di udara. Keributan itu juga dipicu oleh beberapa tetangga yang datang untuk menyaksikan kejadian. Masing-masing dari mereka berdiri di halaman rumah sang pendeta sembari terus menatap ke dalam. "Bagaimana kita bisa masuk ke sana dan melihat mayatnya?" tanya Dale pada Judd yang masih duduk diam di kursi penumpang. "Tidak. Jangan sekarang," ujar Judd. "Sebaiknya kita menunggu." Dale tersenyum masam, tampak tidak begitu menyukai gagasan untuk menunggu lebih lama. Lima belas menit dengan hanya duduk di sana bersama Judd tanpa bicara nyaris membuat Dale bosan. Ia terheran-heran bagaimana Judd bisa setenang itu. Sambil terus menatap ke halaman rumah yang semakin ramai itu, Dale merogoh saku jaketnya kemudian meraih sekotak permen karet yang selalu ia letakkan di sana. Menjejalkan dua permen itu ke dalam mulutnya, Dale terus mengunyah sembari menunggu. Peter Jennings dan Jesse Owens langsung menyambut kedatangan O'Neill begitu sang kepala polisi bergabung dengan mereka di TKP. O'Neill memilih untuk melewati basa-basi dan langsung bergerak ke samping peti mati untuk melihat jasad wanita berambut pirang yang lain di dalamnya. George Hale, dan dua orang petugas medis lainnya ikut hadir di sana. Sementara itu, Kirk Hammett bersama Dan Morris telah bergabung dengan mereka sepuluh menit lebih awal sebelum O'Neill. Morris adalah penyelidik yang bertanggung jawab atas kasus orang hilang di Boston. Setelah hasil identifikasi mayat membuktikan bahwa jasad wanita di dalam peti yang ditemukan sebelumnya adalah Amber Marylin, polisi itu jadi ikut terseret dalam kasus yang ditangani Peter dan Jesse. Morris hadir di sana untuk mendapatkan beberapa potret gambar yang akan ia cocokan dengan profil orang hilang di Boston. Sebelumnya Morris juga telah menghubungi Hart, rekannya untuk bergabung. Pria itu mengatakan akan datang dalam hitungan menit. "Jadi, kita mendapatkan satu lagi modus operandi yang sama." O'Neill bergerak mengelilingi peti mayat itu sembari memerhatikan jasad wanita di dalam peti lebih detail. "Kali ini siapa korbannya?" "Kemungkinan itu Esther," sahut Morris sembari membolak-balik halaman catatannya. "Ciri-cirinya sama persis dan gambarnya juga cocok." Mayat wanita itu diletakkan dengan kondisi sama seperti Amber Marylin. Seorang pembunuh memasangkannya gaun pengantin berupa kain satin berenda berwarna putih pucat yang senada dengan kulitnya. Kemudian rambut pirang menggelombangnya ditata menyamping di kedua sisi lengan wanita itu. Tubuhnya bersih dan berbau anyelir. Wajahnya juga didandani. Seseorang memoleskan lipstik tipis brrwarna merah muda di bibir wanita itu. Tepat di antara kedua tangannya terdapat buket bunga anyelir. Sementara pada salah satu jari manisnya melingkar sebuah cincin perak. O'Neill mengangkat secarik kertas yang diletakkan di sana. Ia telah menduga isi tulisan itu sebelum membacanya. BERISTIRAHAT DALAM TENANG J.D. HOLLY "Bagaimana cara kematiannya?" "Kehabisan nafas," jawab Hale. Sang ahli medis menganbil posisi di seberang O'Neill. Mereka saling berhadap-hadapan dan tepat di tengah-tengah mereka sebuah peti mayat tergeletak. Hale membuka kembali catatannya dan mulai menjelaskan. "Tidak ada bukti penyiksaan fisik, juga tidak ada bukti bekas cekikan. Sama seperti korban wanita di peti mayat yang pertama, wanita ini juga kehabisan nafas karena dibekap. Kuku jari dan giginya masih utuh. Kedua bola matanya juga tampak normal. Jasad ini diperkirakan mati dalam kurun waktu kurang dari dua puluh empat jam." O'Neill mengangguk. Ia memerhatikan jasad itu sekali lagi sebelum mengajukan pertanyaan lain. "Bagaimana penyelidikanmu tentang barang bukti yang kau temukan bersama mayat Amber?" Peter saat itu mendekat untuk menjawab, "tidak ada toko baju yang menjual pakaian pengantin itu. Dugaanku, pembunuh ini merancang sendiri gaun yang dipakaikannya pada mayat korban, atau kemungkinan lain adalah dia membayar jasa seseorang secara khusus untuk mendesain pakaian pengantin itu dan menjahitnya." "Bagaimana dengan cincinnya?" "Tidak ada daftar transaksi untuk pembelian cincin itu di toko perhiasan manapun. Tapi ada sebuah tulisan di lingkaran dalam cincin itu. Di sana tertulis 1994 J & R." "Apa maksudnya J & R?" tanya O'Neill. "Mungkinkah itu sebuah inisial nama seseorang?" "Aku tidak tahu, yang pasti kita sudah mendapatkan dua pembunuhan dengan modus operandi yang sama. Dan pembunuhan itu terjadi dalam selang waktu dua hari. Korban pertama sudah didapatkan identitasnya. Dia adalah Amber Marylin, wanita yang dikabarkan menghilang sejak satu bulan yang lalu. Dan korban ini kemungkinan besar adalah Easter Reene," jelas Peter pada O'Neill. Kirk Hammett saat itu maju untuk bicara. "Kabar buruknya, orang tua Easter sudah sampai di luar dan dia sedang berusaha untuk menerobos masuk ke dalam. Dia ingin memastikan apa korban ini adalah putrinya." "Apa?" Peter langsung menatap Kirk tajam. "Sial! Bagaimana dia tahu?" "Aku minta maaf," sahut Morris di seberang. "Aku yang menghubunginya untuk datang. Kita memerlukan seseorang yang bisa mengidentifikasi mayat ini dengan cepat. Karena aku yakin kalau wanita ini adalah Easter, jadi aku menghubungi orang tuanya. Wanita itu juga tidak pernah berhenti menanyakan keberadaan putrinya." Peter mengerang. Ia memijat keningnya dengan satu tangan saat mengatakan komentar pedas. "Seharusnya dia tidak dihubungi lebih dulu. Kau tahu bagaimana orang tua korban menyikapi kasus pembunuhan yang terjadi pada keluarga mereka? Beritanya akan tersebar dengan cepat jauh sebelum kita berhasil menemukan barang bukti lainnya." "Tapi mengidentifikasi mayat akan memakan waktu lebih lama dari yang kita punya," kilah Dan. "Setidaknya dia hanya perlu datang untuk memastikan apa wanita itu Easter seperti dugaanku atau bukan." Jauh sebelum seseorang angkat bicara untuk menanggapi Dan Morris, suara keributan beberapa orang di luar telah mengalihkan perhatian orang-orang yang hadir di sana. O'Neill memberi isyarat pada Kirk untuk menghentikan keributan yang terjadi sementara itu, Morris ikut mengekor di belakang Kirk untuk menyaksikannya. Kirk menghentikan seorang wanita tinggi berambut cokelat terang yang berusaha melawan dua orang petugas keamanan di sana. Usaha wanita itu di dukung oleh wanita berusia sekitar lima puluhan yang Kirk kenal sebagai orangtua Easter. Sementara itu, di sisi lain Michael Hart tengah menghentikan aksi wanita tinggi itu dengan menariknya. Hasilnya sia-sia. Dua wanita itu bersikeras untuk masuk ke TKP dan melihat langsung mayat korban. "Tolong tenang ma'am!" tanya Kirk saat ia mengambil posisinya di antara kedua wanita itu. Wanita yang lebih muda itu langsung memperkenalkan dirinya sebagai Maggie Russell dan mengatakan keinginannya untuk melihat mayat korban. "Aku ingin melihat korban itu. Adikku diculik lebih dari satu pekan yang lalu dan aku ingin memastikan kalau mayat itu bukan Kate." "Maaf, tapi kami tidak mengizinkan seseorang selain petugas untuk masuk ke TKP." "Tidak!" protes Maggie. Wanita itu tampak ngotot. "Aku tidak akan mengacaukannya, aku hanya perlu memastikan dugaanku salah. Aku tidak akan menyentuh apapun." "Maaf ma'am.." Kirk belum menyelesaikan kalimatnya ketika Hart menyela dengan cepat. "Maggie dengar aku! Kembalilah ke mobil. Tolong.. aku akan menyelesaikan ini kemudian aku akan mengantarmu pulang." "Diam Hart!" "Tolong ma'am! Jangan buat keributan di sini. Itu akan mengganggu proses penyelidikan. Tolong keluarlah, kami akan mengabarkanmu jika mayat itu terbukti adikmu yang hilang." "Aku ingin melihatnya sendiri! Aku hanya ingin lihat. Apa yang salah?" Jauh sebelum Kirk sempat mengantisipasi pergerakan berikutnya, dua wanita itu saling bahu membahu mendorong Kirk menjauh dari jalannya kemudian berlari cepat untuk sampai di TKP. Dua orang petugas yang sebelumnya menahan wanita itu langsung berlari untuk mencegahnya. Hart ikut membantu. Tapi mereka tidak mampu mencegah wanita itu masuk lebih dulu ke TKP. "Itu Maggie Russell," bisik Jesse pada Peter. Maggie masuk tanpa rasa bersalah diikuti oleh seorang wanita yang lebih tua di belakangnya. Saat itu, tatapan Peter langsung mengintimidasi ke arah Morris. Sementara Morris yang berdiri di dekat pintu pembatas menggelengkan kepalanya begitu memahami pertanyaan tersembunyi Peter. O'Neill baru berniat menghentikan Maggie dan wanita lain yang bersamanya ketika merek berjalan lebih dulu ke arah peti mayat itu. Wajah Maggie tampak pucat setelah melihat korban di dalam peti mayat, tapi wanita yang disampingnya menunjukan reaksi yang berbeda. Julia Renee berteriak histeris melihat mayat itu. Peter saat itu bergerak cepat sebelum Julia menerjang peti mayat dan meraih jasad putrinya. Dibantu oleh dua orang petugas medis, Peter menahan Julia kemudian membawanya menjauh dari jasad korban. Julia sempat memberontak, wanita itu mengerahkan seluruh tenaganya untuk bisa lepas dari genggaman Peter. Tapi setelah berteriak keras hingga membuat suaranya hilang, Julia jatuh pingsan. Petugas medis saling bahu-membahu menggotong tubuh Julia menjauh dari TKP. Sementara itu, Kirk membimbing Maggie untuk bergerak keluar dari sana. Maggie begitu tercengang dengan pemandangan yang baru saja dilihatnya sehingga ia tidak bergerak jika saja Hart tidak menariknya menjauh meninggalkan TKP. Laki-laki itu membawa Maggie sampai ke depan. Ekspresi Hart mengatakan kalau pria itu akan meledak karena marah, tapi kebisuan Maggie telah menyurutkan amarahnya yang menggebu-gebu. "Maggie!" Teriak Hart ketika Maggie tidak juga menanggapi ucapannya. "Maggie! Dengarkan aku. Aku akan mengantarmu pulang, oke? Bisa kau tunggu aku di dalam mobil?" "Ya Tuhan Hart!" Tatapan Maggie kosong, pikirannya pergi ke tempat yang jauh. "Wanita di dalam itu Esther Renee! Dan dia dikabarkan menghilang beberapa hari setelah hilangnya Amber, kan?" "Dengar! Ini tidak ada kaitannya dengan Kate. Jangan berpikir buruk tentang Kate." "Aku tidak bisa! Kau lihat jasad itu, kan? Oh Tuhan! Bagaimana jika Kate bernasib sama. Kau harus menemukannya lebih cepat Hart! Aku tidak bisa diam saja. Aku harus menemukan Kate." "Oke, kau bisa membantu kami dengan melakukan apa yang bisa kau lakukan. Beristirahatlah di rumah. Itu yang kau butuhkan. Polisi sudah berusaha mencari Kate, dan kami tidak akan berhenti sampai Kate ditemukan." Maggie tidak menanggapi ucapan Hart. Hart nyaris berpikir kalau Maggie akan menuruti kata-katanya, tapi ketika wanita itu terlihat semakin pucat dan kusut, harapannya langsung pupus. "Dengar! Tunggu saja aku di mobil, oke?" Maggie tidak membantah Hart. Ia berjalan mengikuti sepupunya ketika pria itu menarik tangan Maggie dan membimbingnya untuk sampai di depan mobil mereka. Begitu sampai di sana, Hart meninggalkan Maggie dan kembali ke dalam bersama rekan kepolisiannya yang lain. Hal pertama yang dilakukan Maggie ketika Hart pergi adalah menghubungi Hugh.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN