“Neng Shanum, makanan sudah bibi taruh di meja. Kamu makan ya.” Terdengar suara bibi bicara depan pintu kamarku. “Ya, Bi,” jawabku lirih. Aku masih tak berselera makan. Perut ini terasa masih kenyang karena tadi baru saja berkumpul dengan teman lama dan banyak makanan yang kami habiskan sebagai camilan. Ah, mungkin yang banyak makan adalah mereka. Aku hanya mencicip ala kadarnya untuk menghargai tuan rumah. Karena sejak tadi, sungguh aku masih tak berselera. “Aku minta maaf atas pertanyaanku tempo hari, tapi itu terus mengganggu pikiranku selama ini, Shanum. Dari mulai kamu pergi kuliah setelah menikah dengan laki-laki itu, aku tak henti untuk mencari kabar kamu. Walau pada akhirnya, aku berhasil mendapat kabar tentang kamu Sekitar dua atau tiga tahun ke belakang saja.” Ucapan Ti