17. A Kiss or A Dream

1044 Kata

"Kau tidak memasukkan garam ke dalamnya, kan?" tanya Rasya begitu dia menerima secangkir kopi dariku. Sejujurnya itu niat pertamaku, tapi aku urung melakukannya. Aku hanya membuat kopi yang begitu pahit seperti sebelumnya. Tanpa menjawab atau berkata apa-apa, aku berbalik meninggalkan meja tersebut. "Jangan pergi dulu!" Baritonnya memerintah padaku. Setelah itu, bunyi denting di meja terdengar saat dia menyimpan cangkir kopinya. Disusul langkah kaki tegap begitu pantofelnya mengetuk lantai. Entah kenapa aku jadi tidak bisa mengangkat kaki ini. Hingga akhirnya tubuhku pun hanya terdiam sambil memeluk nampan di tangan. "Aku merindukanmu." Dengan perlahan aku merasakan sesuatu memelukku dari belakang. Sepasang tangan kekar yang tampak berurat. Berbeda dengan beberapa tahun sebelumn

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN