Dia pikir perasaan ini hanya seonggok daging yang disimpan di atas pemanggang? Gerutuku tak mengubah apa pun. Bahkan ketusku juga tak dapat mencegahnya. Dia mengabaikan amarah dan rasa kesal ini, lalu seenaknya membolak-balik keadaan untuk membuat orang bingung. "Aku tidak bisa lagi!" tolakku dengan tegas sambil pergi. "Shanum," cegahnya sembari memegangi pergelangan tangan ini. Aku hanya menjadi cermin atas sikapnya. Maka dari itu, aku menepis tangan tersebut dan memundurkan langkah. "Aku tidak bisa masuk dalam permainanmu, Rasy!" Kini langkahku semakin jauh dan mendekat pada gerbang vila. Beberapa menit lalu aku sudah memesan taksi, seharusnya aku tak perlu menunggu lama. "Mamaku sudah menjelaskan padamu tadi bagaimana kondisi nenek. Maaf, Shanum. Kami harus melibatkan kamu."