Suasana mendadak jadi aneh. Rasya menatap ke arahku dengan mata yang tiba-tiba berubah menjadi garang. Sementara Bella, yang sejak tadi pura-pura tak mendengar sekitar, sekarang malah senyum-senyum sendiri. Dia terlalu bahagia ketika Rasya memuji kopinya dan aku mengatakan jika kopi itu buatannya. Lalu di samping Rasya sendiri, ada Randi yang sepertinya sedang menahan tawa. “Bukankah tadi ... aku ... meminta kamu yang membuatkan kopi untukku?” Tampak Rasya menahan kegeramannya. Aku menegak saliva sendiri, amarahnya tiba-tiba membuat bulu kuduk ini merinding. “Maaf, Pak. Tapi ....” Rasanya aku kehabisan kata-kata untuk membuat alasan. “Tadi ... Bu Shanum sedang sangat sibuk, Pak Rasya. Jadi saya menawarkan diri untuk mengambil alih tugas tersebut. Bagaimana, kopi buatan saya, en